Tape 6

79 28 16
                                    

Grie

Di psikologi dasar dijelaskan bahwa hubungan pertama perempuan dengan laki-laki adalah dengan ayahnya. Hal itu memengaruhi cara perempuan menjalin hubungan dengan laki-laki, selamanya. Grie memiliki ayah yang sangat baik dan perhatian, tentu saja Grie berpikir bahwa semua laki-laki seperti ayahnya.

Pikiran itu bertahan sampai saat ini, ketika dia berdiri di hadapan Ruel, dengan headphone melingkari leher dan kuas di kedua tangan.

Tentu saja tidak semua laki-laki seperti ayahnya, Ruel adalah bukti nyata.

"Katakan saja, Grie. Apa yang salah?" Cowok itu mencoba memegang lengannya, Grie menjauh. "Kamu mau putus hanya karena tadi malam?"

Grie memutar bola matanya. Dia menaruh kuas di lantai, dan berjalan pergi dari panggung. Sekarang mereka berada di ruang teater, Grie tidak menyangka Ruel akan ke sini. "Sebagian besar kesalahan yang membuatku muak denganmu, adalah ulahmu sendiri." Grie mengutak-atik walkman-nya, lalu berbalik dan menatap Ruel yang mengikutinya. "Kamu ingat saat kita menonton The Art of Getting By? Menurutmu kenapa Sally malah memilih bersama Dustin saat hubungannya dengan George berjalan rumit?"

Mata Ruel melebar, itu artinya dia sedang mengingat-ingat. Sudah bisa ditebak, waktu itu pasti Ruel tidak mengamati filmnya, cowok itu selalu membuka ponsel saat di bioskop. Grie melanjutkan dengan perasaan kesal yang menjalari jarinya, "Karena Dustin dekat dengan George dan karena Dustin lebih mengerti perasaan Sally." Grie mengembuskan napas, "masalahnya, akulah si George, dan kamu Sally. Kamu lebih memilih bersama ... Dustin." Atau Karin, "karena aku terlalu membosankan dan tidak tahu-"

"Tunggu, tunggu. Jadi, maksudnya kamu ngira aku selingkuh?" Ruel mendekat, tapi masih dalam jarak aman. Dia membuka mulutnya, lalu menutupnya lagi. "Dengan siapa Grie? Astaga, atau, kata siapa?"

Kata siapa?

Yang benar saja. Grie melihatnya sendiri.

"Kita bisa jadi teman," simpul Grie. Walaupun sebenarnya itu bukan kebenaran, Grie tidak akan mau berbicara dengan Ruel lagi. "Aku tidak apa-apa, lagian kita juga akan berpisah saat kelulusan. Kamu harus keluar kota untuk kuliah dan melanjutkan hidup, aku akan tetap di kota ini. Jadi, daripada menunggu hari itu datang lebih baik dilakukan sekarang 'kan?" Grie memasang headphone, lalu memasukkan kaset ke dalam walkman dan mulai menyetel lagu. I Want To Break Free – Queen, terdengar kemudian. Waktu yang tepat.

I want to break free

I want to break free from your lies

Headphone terlepas dari telinga Grie. Ruel yang melepasnya. Mata Ruel memerah dan Grie mengira itu disebabkan oleh karena cowok itu benar-benar payah dalam menyembunyikan emosinya. "Tapi kita bisa-"

"Ayolah, Ruel. Bersikap dewasa. Itu yang selalu kamu bilang padaku 'kan?" Grie merujuk perkataan Ruel saat cowok itu mengatakan "lebih dewasalah, Grie" saat cewek itu menari di lorong sekolah atau berteriak di tribun atau bolos atau membuat masalah. Lebih dewasalah. "Kita sudah dewasa. Hal ini sering terjadi, seharusnya saat kamu memberikan bunga waktu itu kamu sudah sadar bahwa saat ini akan datang." Grie hampir muntah mendengar kata-katanya sendiri. Akhir-akhir ini dia sering mendengarkan lagu-lagunya Queen dan Dolly Parton sehingga membuat kata-katanya terpelintir mirip lirik lagu kedua musisi itu.

"Oke." Ruel menegakkan punggungnya, dia menyurai rambutnya – tanda bahwa cowok itu benar-benar ingin mengakhiri situasi ini. Tunggu, kenapa Grie tahu banyak tentang Ruel? "Tapi kita akan tetap berteman 'kan?"

RekamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang