Tape 2

248 69 46
                                    

Grie

Mungkin Twenty One Pilots atau The Neighbourhood.

Grie lupa dia mendengarkan lagu siapa sebelum sampai di tribun ini. Tapi kalau dilihat dari suasana hatinya yang penuh dengan percikan api dan sedikit bumbu ketajaman, Grie memutuskan kalau dia mendengarkan Twenty One Pilots.

Mungkin yang judulnya The Judge, karena lagu itu yang memberinya ide untuk berdiri di sini, di tribun sekolah lawan.

Bukan Grie namanya kalau dia tidak bisa menyelinap masuk ke tribun yang salah. Untuk malam ini saja, Grie akan menjadi supporter sekolah lain. Karena dia punya rencana. Dan tidak ada yang bisa menggagalkannya.

Lapangan masih diisi dengan hiburan acara penutupan, Grie tidak terlalu memperhatikan karena dia masih mematangkan rencananya.

Rencana itu meliputi, tidak menjawab telepon Ruel, centang. Memelototi Karin di lorong sekolah, centang. Mengunggah foto berlatar hitam dengan huruf F di tengah-tengah, centang. Berdiri paling depan di tribun sekolah lain, centang. Kalau begitu tinggal 3 rencana lain yang harus dijalankan.

Grie melihat tribun yang diisi supporter sekolahnya sedang menyaksikan acara penutupan dengan riuh. Sebenarnya keadaan di tribun yang ditempatinya sekarang juga tak kalah riuh, tapi riuh di sana dan di sini beda. Grie bisa merasakannya.

Sewaktu acara penutupan itu selesai – yang seingat Grie hanya berisi pertunjukan api, penampilan ekstrakurikuler pramuka, dan tari – akhirnya MC berjalan masuk ke tengah lapangan, yang artinya pertandingan akan segera dimulai.

Beberapa anak dari sekolah lain meneriaki MC itu agar tidak terlalu banyak bicara, dan langsung memulai pertandingan. Grie memutar bola matanya, itulah gunanya dia jadi MC, bodoh. Agar dia bisa banyak bicara.

"Halo!" Seseorang berkata terlalu dekat di telinga Grie.

Gadis itu menoleh, dan mendapati seorang cowok yang di sampingnya ada cowok lagi dan di sampingnya lagi. "Hai!" teriak Grie. Dia menampakkan wajah terbaiknya agar mereka tidak curiga. Dia ada di kandang lawan, dan seharusnya dia berhati-hati.

"Dukung siapa?" tanya cowok itu.

Grie menaikkan alis. Lalu cowok itu tertawa. "Aku tahu kamu supporter sekolah sini."

Oke, Grie sudah membayangkan dia akan dikenali sebagai supporter sekolahnya. Karena dia sering menonjolkan dirinya di antara para supporter lain, dia selalu berteriak paling keras saat keadaan agak tenang, dia yang selalu dikeluarkan dari tribun oleh panitia karena membuat keributan, dia yang membuat semua orang mengingatnya. Karena itu, Grie bersikap tenang, dia menatap mata cowok itu, lalu berkata, "Supporter itu bebas, tidak terikat! Aku bebas mendukung siapa pun yang menurutku pantas buat jadi pemenang," teriak Grie.

Cowok itu kembali tertawa, jenis tawa yang mungkin dipaksakan terlihat menawan, tapi Grie tahu kalau itu dipaksakan. "Oke!"

Grie mengangguk. Dan dia sadar kalau pertandingan akan dimulai. Panitia mulai membersihkan lapangan dari bekas acara penutupan tadi, dan akhirnya MC mulai menyebutkan nama pemain. Dimulai dengan pemain dari sekolahnya.

Grie menunggu.

Setiap nama yang disebutkan MC membuat kegaduhan dari tribun sebelah. Namun, Grie hanya menunggu satu nama.

Dan ketika nama itu disebutkan. Grie menempelkan tubuhnya ke pembatas tribun, dan mencondongkan tubuh. "Dasar pengecut! Nanti jangan takut sama bola ya!" Teriakannya tidak terlalu terdengar karena tribun sedang ramai, tapi Grie bisa merasakan kalau orang yang diteriakinya mendengar itu.

Benar saja, dia melihat Ruel menoleh ke mana-mana, yang artinya cowok itu sedang mencari Grie. Grie tersenyum puas.

Kepuasan itu hanya berlangsung sekitar sepuluh detik, karena Grie menyadari kalau beberapa temannya yang sedang duduk di tribun sebelah, tahu kalau Grie sedang ada di tribun sekolah lawan. Dia melihat Tasya, Karin, dan Rani duduk bersebelahan di tribun sana, mereka menatap Grie. Trio idiot.

Bertahun-tahun Grie ada dalam lingkaran itu. Duduk bersebelahan di mana saja, berdiri berdampingan, minum minuman yang sama, memakai gelang yang sama, tertawa bersama, dan hal lainnya yang dilakukan berulang-ulang, mirip siklus setan. Kalau saja Ruel tidak melakukan kesalahan, mungkin Grie masih akan ada di lingkaran itu. Duduk di sana dengan berpura-pura menyimak cerita mereka atau mendengarkan komentar mereka tentang segalanya. Untung saja Ruel melakukan kesalahan.

Tapi seandainya Ruel tidak melakukan kesalahan, mungkin Grie tidak akan muak dengan segalanya, lagi.

RekamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang