Change it!
.
.
.Arfan menghirup rokoknya dalam-dalam lalu menghembuskan sekepul asap ke arah langit. Angin dengan cepat membawa asap itu lalu semuanya lenyap. Tidak menemukan tenangan dari rokok yang dia hisap, Arfan memeras puntung rokoknya tanpa menghiraukan telapak tangannya yang terasa nyeri perihal rokok itu membakar permukaan kulit tangannya.
Rasanya Arfan tidak bisa menerima semua kenyataan. Tidak lama lagi dia akan melepas status lajangnya kemudian menikahi Rani, adiknya sendiri. Arfan bisa memaklumi maksud Hendrawan— ayahnya sehingga memaksanya menikah secepat mungkin. Hendrawan sudah tua, umurnya sudah mencapai 72 tahun dan kesehatannya tidak begitu baik. Belakangan ini dia sering rawat inap di rumah sakit karena penyakit ginjalnya sehingga pekerjaan di perusahaannya seringkali terabaikan. Hendrawan ingin Arfan segera mengambil alih posisinya setidaknya sebelum penyakitnya bertambah parah dan tentang nafas tidak seorangpun yang tahu kapan akan berhenti, bukan.
Suaran ketukan pintu mengalihkan lamunan Arfan, dengan cepat dia membuang puntung rokoknya ke keranjang sampah di balkon kamarnya lalu segera membukakan pintu. Terlihat Rani menatapnya dengan wajah sembab, khas orang baru menangis. Arfan bisa menyimpulkan jika Rani sudah mengetahui kebenarannya bahwa mereka akan segera menikah setelah Hendrawan dan Alisa menentukan tanggalnya.
Rani langsung menghambur ke pelukan Arfan, menangis kencang melampiaskan kesedihannya. Arfan tidak tahu berbuat apa-apa. Tangannya menepuk punggung Rani pelan, mencoba menenangkannya. Mereka berdua hanyalah korban yang tidak bisa menghindari nasib yang sudah jelas kemana arahnya. Hanya saja masih sulit menerima kebenaran itu.
"Sudahlah Rani, menangis tidak akan mengubah apapun," cicit Arfan pelan.
Rani masih saja menangis, tangannya mencengkram kemeja yang dikenakan Arfan. Kepalanya menggeleng, "T-tapi aku tahu...kalau Kakak itu suka sama Kak Salsa." Rani mengadah, menatap wajah sedih Arfan.
Arfan tersenyum kecil, "Itulah hidup Rani, keras. Kamu tidak bisa mengikuti kemauanmu seberapa inginpun kamu mendapatkannya." ucapnya. "Sekarang tidak ada gunanya siapa yang aku cintai sebab semuanya jelas, aku akan menikah dengan adikku sendiri lalu kamu menjadi istriku."
"Apa tidak ada cara lain untuk menghindari ini semua?" ucap Rani dengan suara gemetar.
Spontan Arfan menggeleng, "Gila namanya jika aku menolak permintaan mereka, Rani."
"Tapi dengan begitu Kakak bakal tersiksa karena menikahi orang yang tidak Kakak cinta," jawab Rani masih menangis. Arfan terdiam, benar kata Rani, pasti sulit baginya menjalani kehidupan pernikahan dengan orang yang tidak ia cintai. Tetapi jalan hidupnya sudah lama dituliskan, bahwa ia akan tetap menikahi adiknya, apapun yang terjadi.
***
Suasana malam ini begitu serius. Setelah menemui Egina sore tadi, Dika kembali disapa masalah yang harus dia selesaikan secepat mungkin sebab ini memang masalah yang dia buat sendiri sehingga dia jugalah yang harus menyelesaikannya sendiri. Ayahnya dan ibunya baru saja meneleponnya kemudian bertanya tentang keadaan kandungan Salsa yang mereka jadikan alasan agar Geraldo mengijinkan mereka mengadopsi Vivi. Nyatanya Salsa sama sekali tidak mengandung dan itulah masalahnya saat ini.
Salsa menghembuskan napasnya panjang, lalu menatap Dika serius, "Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?" Dia sudah tahu sejak dulu jika saat ini pasti terjadi. Kebohongan tidak akan bertahan lama dan sekarang mereka harus menanggung semuanya.
Dika yang awalnya menunduk kini melihat ke arah Salsa nanar. Dia sudah tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan. Entah mengapa semua masalah seakan bergantian muncul dan tidak pernah ada celah dalam hidupnya untuk tetap tenang tanpa masalah sedikitpun. "Aku rasa inilah saatnya Salsa. Antara kau harus mengandung secepat mungkin atau kita mengakui kebohongan kita pada mereka. Aku tidak akan memaksa Salsa, sungguh, aku akan memberi pilihan ini padamu."
Dada Salsa tiba-tiba terasa sakit, dia merasa nasib begitu kejam padanya. Selalu saja dia menjadi korban di setiap masalah. Kini dia bisa menyimpulkan jika Dika secara tidak langsung memintanya mengandung disaat dia sendiri tidak siap namun itulah jalan terbaik untuknya. Diliriknya Vivi yang tertidur nyenyak diatas ranjang. Anak kecil itu terlihat baik-baik saja, namun nyatanya anak sekecil itu juga menanggung beban yang bahkan orang dewasa saja tidak bisa menyelesaikannya. Demi kehidupan pernikahannya dengan Dika dan juga dengan keberadaan Vivi, Salsa tidak bisa egois untuk pilihannya kali ini. Itu akan menentukan arah kehidupan mereka selanjutnya. Dihirupnya nafas dalam-dalam kemudian menghembuskannya. Dia sudah yakin dengan pilihannya dan semoga saja dia tidak akan menyesalinya kelak.
"Ayo kita lakukan Dika, biarkan aku mengandung." ucapnya berusaha yakin jika pilihannya ini adalah yang terbaik.
***
"Aku sangat tidak sabar untuk melihat cucuku. Pasti dia akan secantik Salsa," ucap Lilisya sembari menyesap teh panas yang baru saja disajikan Evelin.
Evelin kembali ke tempat duduknya semula, "Tentunya dia akam setampan Ayahnya. Aku harap dia akan tumbuh seperti Dika." timpalnya menambahi. Kini mereka berada di kediaman Evelin untuk sekedar bertukar cerita saja. "Semenjak Salsa menikah aku merasa rumah ini terasa sangat sepi. Biasa anak itu akan membuat keributan sendiri sehingga aku sering memarahinya," kekeh Evelin.
"Itulah risikonya jika anak-anak sudah bertumbuh dewasa. Mereka akan meninggalkan kita akhirnya." Tambah Lilisya. Evelin mengangguk setuju.
Ditengah pembicaraan mereka, suara bel terdengar serta beberapa ketukan di pintu utama. Evelin segera bangkit dari duduknya lalu membukakan pintu. Matanya membulat, terdiam sesaat, tidak mampu berkata apa-apa.
Lilisya yang merasakan keganjalan segera menyusul Evelin untuk melihat apa yang terjadi. Detik itu juga jantung Lilisya berdetak cepat, dia menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Tidak mampu berkata apa-apa begitu melihat pria berusia awal 50-an berdiri dengan senyum kecilnya."Bagaimana kabar kalian?" Senyumnya seraya memperbaiki letak kacamatanya.
***
Holla~~
Aku php ya? Bilangnya kemaren update, eh, nyatanya enggak.
Maaf ya teman-teman semua.Maaf ya kependekan, tapi aku usahain cepat update deh.
Gimana? Aneh? Bingung?
Kalau ada keganjalan, di comment ya sayLuv you♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Wife
RomanceMungkin menurut banyak orang, seorang gadis berumur 24 tahun itu sudah cukup umur untuk menikah dan menjadi seorang istri. Tetapi bagi, Salsa Nabilla, dia sudah menjadi salah satu korban nikah muda. Jika bukan karena kehendak Bibi Evelin, dia tak...