E M P A T P U L U H D U A

13.8K 731 75
                                    

See You
.
.
.

Salsa langsung menyusul mengikuti Dika yang ingin menemui Arfan di depan rumah. Dia tidak bisa hanya diam di rumah seperti yang Dika minta karena dia tidak tahu apa yang akan dilakukan Dika kepada Arfan. Dia tidak mau Arfan atau pun Dika terluka atau melukai. Mereka sama-sama memiliki peran penting bagi Salsa. Dika adalah suaminya dan Arfan adalah temannya.

"Dika," panggil Salsa lagi saat mereka berada di pekarang. Bisa dilihat ada mobil sport yang mungkin punya Arfan di luar gerbang. Dika berhenti lagi dan menatap Salsa datar, "Kenapa lagi, Sal? Aku tidak akan melukainya karena sepertinya kau sangat menyayanginya," jawabnya lemah dengan tatapan sayu kepada Salsa.

"Jangan bilang begitu, Dika. Aku hanya tidak ingin kau terluka atau dilukai dan lagi..." Salsa menggantung ucapannya, "aku tidak ada apa-apa dengan Arfan seperti yang kau pikir. Ada sesuatu yang belum kuberitahu padamu tentang Arfan Dika," sambungnya.

Dika menghampiri Salsa yang berdiri beberapa meter darinya lalu mengusap kepala Salsa lembut. Senyum tipis menghiasi bibirnya, "Seberapa banyak yang sebenarnya kau sembunyikan dariku, Sal?" ucapnya pelan membuat Salsa merasa nyeri di hatinya mendengar ucapan penuh kekecewaan dari Dika itu.

"Masuklah. Mungkin Vivi sudah bangun. Aku hanya akan berbicara dengan Arfan itu layaknya pria. Aku janji tidak akan melukainya, jadi jangan cemas," tukas Dika lembut sebelum melangkah pergi menghampiri mobil di luar gerbang rumah.

Salsa terdiam di dalam posisinya. Dia tidak bisa ikut bergabung dengan dua pria yang kini sedang bertatapan tajam di hadapannya itu. Dia tidak mau jika dia menghampiri mereka, Dika akan kecewa lagi kepadanya dan menganggapnya sangat dekat dengan Arfan. Memang dia dengan Arfan cukup dekat, apalagi selama bekerja, namun dia hanya menganggap Arfan sebatas teman saja meskipun dia tahu pria itu menyukainya. Tapi Dika selalu menganggap jika ada sesuatu diantara dia dan Arfan padahal itu hanyalah kesalahpahaman.

Dika dan Arfan masih sama-sama bungkam sembari saling bertatapan tajam. Tidak ada seorangpun yang berniat memulai pembicaraan hingga akhirnya Dika mengalah sebab tidak ada gunanya menghabiskan waktu yang lama bersama pria itu.

"Apa kau tahu jika tidak sopan menemui istri orang lain sepagi ini?" sinis Dika maju beberapa langkah mendekati Arfan. Dia tidak mau apa yang nantinya mereka bicarakan terdengar oleh Salsa yang masih mematung di pekarangan rumah.

Arfan tersenyum miring lalu melirik Salsa yang menatapnya ragu dari kejauhan, "Aku tidak ada urusan denganmu Tuan Dika. Apa salah menemui seorang teman?"

"Hah, teman? Aku tidak yakin kau hanya menganggap Salsa itu temanmu," sindirnya ikut tersenyum miring. Tangannya kini dia masukkan di saku celana pendeknya. Rencananya dia ingin memberi pria itu pelajaran untuk tidak mengganggu Salsa lagi, tapi karena Salsa melihat apa yang mereka lakukan, akhirnya ia mengurungkan rencananya. Dia tidak ingin mengecewakan perempuan itu, cukup dia yang dikecewakan karena dia tidak mau orang yang disayanginya merasakan sakitnya merasakan perasaan kecewa.

"Apa kau melarangnya untuk menemuiku? Ah, ternyata kau suami yang posesif," seru Arfan sembari merogoh saku jaketnya dan mengeluarkan rokok dari sana. Dia menyalakan rokok itu lalu menghisapnya dalam-dalam dan menghembuskan asapnya ke wajah Dika.

Dika mengipas asap yang mengepul di depan wajahnya lalu tertawa renyah, "Aku harus posesif terhadap istriku yang banyak disukai orang lain. Aku harus menjauhkannya dari pada predator tidak tahu diri sepertimu ini."

Young WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang