Part of Life
.
.
.Pukul 04.00 pagi hari dan Salsa masih memukul kepalanya berulang kali dan terus merutuk dirinya karena kebodohan yang dia lakukan. Dia bahkan tidak yakin dengan apa yang sudah dia lakukan dengan Dika tadi malam. Semuanya terasa abu-abu dan dia tidak bisa meyakinkan dirinya jika semua baik-baik saja.
Matanya melirik pria yang tertidur pulas di sebelahnya. Pria yang terlihat sangat damai dan tenang di dalam nyenyak tidurnya. Salsa menggigit bibir bawahnya seraya mendesis pelan. Dia tidak mabuk semalam sehingga dia bisa melupakan semuanya begitu saja. Semua yang terjadi terekam jelas di memorinya. Dia bahkan malu jika mengingat semua yang terjadi di antara dia dan Dika. Kenapa dia begitu mudah menyerahkan dirinya pada pria itu padahal selama ini dia menolak untuk melakukan hal yang menurutnya dia belum cukup siap.
Salsa menatap tubuhnya yang sengaja dia tutup dengan selimut dengan ragu. Dia bahkan sudah kehilangan akal bagaimana nantinya dia menghadapi Dika saat pria itu terbangun. Dia tidak yakin bisa menahan rasa malunya di depan pria yang sudah menjadi suami resminya itu. Tapi tetap saja dia merasa malu, karena ini pertama kalinya dia melakukannya. Di lain sisi, dia cukup bersyukur, setidaknya mereka melakukannya bukan karena paksaan, tapi keinginan mereka berdua. Karena itu juga, Salsa merasa sangat malu sebab dia melakukannya dengan keadaan sadar dan Dika pasti akan mengejeknya karena selama ini beralasan tidak siap. Padahal kenyataannya memang dia belum siap, namun kemarin semuanya di luar kendalinya. Entah kenapa dia mempercayakan dirinya sepenuhnya pada Dika dan semuanya terjadi begitu saja.
"Dika, bangun!" seru Salsa mengguncang tubuh kekar Dika yang terlihat tidak bergeming sedikitpun. "Bangun, Dika! Jangan bilang kau sudah mati!" teriaknya masih mengguncang badan Dika dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya berusaha menutup tubuh dengan selimut. Dia masih malu memperlihatkan tubuhnya pada orang lain selain dirinya sendiri.
Pria itu akhirnya terbangun. Matanya mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya terbuka sempurna. Dia menatap Salsa datar untuk beberapa saat namun kembali memejamkan matanya.
"Apa yang kau lakukan di kamarku? Hah?" teriak Salsa dengan wajah yang entah dari kapan sudah memerah. Dia berusaha terlihat biasa saja, namun kenyataannya sulit sekali untuk bersikap biasa saja setelah apa yang terjadi.
"Tidur," jawab Dika datar dengan kedua mata masih terpejam sempurna.
Salsa menggeleng kecil melihat sikap Dika yang menurutnya sangat menyebalkan itu. Mau tidak mau, ia mendorong tubuh pria itu dengan kakinya hingga Dika terjatuh dari ranjang. Spontan itu membuat Dika terbangun dan meringis kesakitan saat tubuhnya menyentuh lantai yang terasa dingin.
"Kembalilah ke kamarmu!" Dengus Salsa setengah menjerit. Dia mendadak kesal tanpa sebab. Yang dia mau pria itu meninggalkan kamarnya sekarang juga sehingga dia tidak perlu bertingkah aneh seperti sekarang ini.
Sembari mengubah posisinya menjadi terduduk dengan tangan kiri sedang mengusap lengan kanannya yang terasa sedikit sakit, Dika menatap Salsa datar namun kemudian berganti jadi ekspresi bingung. "Jangan ribut, nanti Vivi terbangun," ucapnya mengingatkan. Matanya memerhatikan Salsa yang masih membeku di atas ranjang dan kelihatan salah tingkah dan gugup, "Kenapa wajahmu memerah? Apa kau demam?" tanyanya kemudian bangkit berdiri.
Salsa segera mengalihkan pandangannya alih-alih melihat tubuh Dika. Dia masih malu mengingat apa yang terjadi sehingga untuk melihat pria itu bertelanjang dada saja dia masih gugup. "Aku baik-baik saja. Kembalilah ke kamarmu. Cepat!" tukasnya tidak menatap Dika sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Wife
RomansaMungkin menurut banyak orang, seorang gadis berumur 24 tahun itu sudah cukup umur untuk menikah dan menjadi seorang istri. Tetapi bagi, Salsa Nabilla, dia sudah menjadi salah satu korban nikah muda. Jika bukan karena kehendak Bibi Evelin, dia tak...