S E B E L A S

83.6K 3.9K 38
                                    

M O O D  B O O S T E R (1)
.
.
.

Salsa terbangun saat seberkas sinar matahari menyinari seisi kamarnya. Ia mengerjap-kerjapkan matanya berusaha memulihkan kesadarannya. Setelah kesadarannya terkumpul secara penuh, ia lalu turun dari ranjang untuk membuka tirai yang melambai-lambai karena kemarin malam dia tidak menutup jendela dengan sempurna.

Salsa terkejut saat menyadari jika Dika masih terlelap diatas tempat tidur. Tetapi kekagetannya segera menghilang karena dia tidak ingin ambil pusing dengan pria yang sudah menjadi suami sahnya itu.

Sambil merenggangkan otot-otot tubuhnya, Salsa berlalu menuju dapur untuk membuat sarapan. Hari ini adalah akhir pekan sehingga hari ini ia libur dan bisa menghabiskan waktu santai di rumah seharian ini. Seraya bersenandung kecil, Salsa mencari bahan masak di dalam kulkas untuk dibuatkan sarapan. Biasanya dipagi hari, dia memilih membuat makanan yang tidak terlalu berat seperti roti panggang dengan secangkir susu panas beserta salad sayur kesukaannya.

Tetapi, bayangan Dika menyusup didalam pikirannya. Dia kembali ingat jika sekarang dia tidak sarapan sendiri seperti saat tinggal di rumah Bibi Evelin, namun sekarang dia sudah tinggal bersama pria kutub yang entah mimpi apa yang membuatnya harus menikah dengan orang seperti itu. Sejak percakapan kemarin, Salsa dan Dika tidak ada berbicara sedikutpun. Keadaan menjadi canggung semenjak Dika mengatakan bahwa Salsa harus menjaga jarak dengan Arfan yang notabene-nya bukan siapa-siapa selain rekan kerja.

Tanpa ambil pusing, Salsa tetap membuat makanan sesuai rencana awalnya, tidak peduli apakah Dika suka makanan yang akan dibuatnya atau tidak, karena sebagai seorang dokter, seharusnya Dika tidak akan menolak masakannya sebab makanan yang akan dibuatnya 100% sehat dan bergizi.

Salsa mendesah kecil karena seharusnya akhir pekan seperti sekarang ini dihabiskannya dengan bertamasya atau sekedar jalan di taman, tetapi suatu hal membuatnya mengurungkan niat tersebut karena meskipun dia keluar dan berkeliling entah kemana, dia pasti tetap kesepian, yah, kesepian tanpa teman.

Salsa meraba ponselnya yang jarang bergetar itu di dalam saku pakaian tidurnya. Terasa aneh jika ponselnya bergetar sepagi ini sebab dia tidak punya satupun kontak dengan orang lain selain keluarga. Hanya terhitung beberapa, Vira, Dika, Mama & Papa Dika, Bibi Evelin dan nomor official perusahaan. Seandainya itu e-mail, seharusnya pihak perusahaan mengirim berkas penting ke e-mail yang digunakan untuk kepentingan pekerjaan bukannya e-mail yang digunakannya untul belanja online.

From: Si tampan Arfan❤

How is your weekend?

Mata Salsa membulat sempurna. Mulutnya sudah membentuk huruf O sempurna. Dia tidak percaya dengan pesan mencurigakan yang tertera di layar ponselnya. Bagaimana bisa ada sebuah pesan dengan nama pengirim 'Si tampan Arfan'? Padahal seingatnya, dia tidak pernah memberikan kontaknya ataupun menyimpan kontak Arfan, so, darimana datangnya pesan aneh itu?

To: Si tampan Arfan❤

Really bad. I think I need fresh air right now. But, where did you get my number?

Tanpa perlu menunggu lama, sebuah balasan kembali tiba.

From: Si tampan Arfan❤

Aku mengambil nomormu dari ponselmu saat kau pergi ke toilet tempo hari. Bagaimana namanya? Keren, bukan? Si tampan Arfan, with love mark

Young WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang