Satria & keluarga Wirabuana

23.1K 1.6K 14
                                    

Fatih POV

Setelah menimbang nimbang saran dari Pakdhe Hamzah membuatku memutuskan untuk memberikan Satria kesempatan, aku tidak ingin menjauh dari takdir jika ada seorang yg menawarkan masa depan

Paginya aku hanya mengirim chat pada Satria untuk menjemputku setelah pameran selesai. Dan Satriapun menyanggupinya.

Dan disinilah aku sekarang, dikedai kopi lokal stand foodcourt Mall. Dari awal menjemputku Satria hanya trrsenyum canggung tanpa berbicara sepatah kata pun, berbeda dengan biasanya. Tidak tahan dengan keheningan yg ada membuatku memutuskan untuk berbicara terlebih dahulu.

"Sat ,," ya ampun Pak, jangan grogi ngapa, mukanya tegang amirrr ,"diem aja, nggak pengen denger jawabanku"

Satria hanya memandangku cemas, bahkan dahinya pun ikut berkeringat, " Tih, fikirin lagi deh kalau mau nolak, nggak siap nih dengernya" ujarnya memelas.

Buaaahahahaha, tawaku langsung meledak mendengar perkataan Satria, kemana image Tentara yg garang, kok lemes amat..

"Ya udah, nggak jadi bilang iya deh" kataku sambil merengut setelah puas tertawa," pengenya jawab iya, tapi keburu disuruh mikir lagi ya udah " tambahku pura pura merajuk.

Buru buru Satria meraih tanganku, cengiran kecil sudah muncul menggantikan wajah cemasnya," eeehh jangan dicancel dong kalo bilang iya,"

"katanya tadi suruh mikir, gimana sih Sat,!"

"Hehehe, kalo jawabnya iya nggak usah mikir, udah mantap tuh"kata Satria meyakinkan," kamu serius kan , Tih"

Aku menggengam tanganya , dengan mantap aku mengangguk, "Serius, tapi ada syaratnya ...." yaaaah muka pak Tentara lemes lagi denger kata syarat.

"Apa aja syaratnya, aku bakal penuhin deh, Tih !!"

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Dan disinilah aku, hari minggu aku menagih janji Satria untuk memenuhi syaratnya. Aku ingin dia memperkenalkanku pada keluarganya jika dia memang serius padaku, wajah tegang yg sempat menghiasi wajah Satria langsung hilang saat aku mengutarakan keinginanku.

Dengan sumringah Satria menyanggupinya, "aku pikir kamu minta aku buat nguras Tanjung Mas, Tih! Tahunya minta kenalin Camer, Hayuk besok ya, minggu sekalian, Minggu seluruh keluarga besarku kumpul, biar semua kenal calon istriku yg cantik ini !!"

Deg !! Wajahku memerah mendengr jawaban mantap yg diungkapkan Satria, tanpa ada keraguan di suaranya.

Satu poin tambahan yg membuatku lebih yakin.

Rumah Pribadi keluarga Satria di Sragen. Astaga, rumahnya satu komplek dengan rumah Tian. Mungkin karena mereka sama sama dari golongan elit, entahlah..

Aku berpenampilan serapi mungkin, dress selutut warna putih krim dan blazet warna baby blue serta flat shoes, aku sempat bertanya pada Satria aku harus berpenampilan seperti apa, dan Satria hanya menjawab ,"kamu pakai aja yg terbaik buat kamu, jadi diri sendiri, Mama ku pasti suka kok"

Dasar Satria, nggak tahu apa pedihnya ditolak Camer, jawabnya gitu amat.

Satria yg menjemputku hanya tersenyum tanpa komentar apapun saat menjemputku tadi pagi, perjalanan dari Semarang menuju Sragen hanya dihiasi suara audio.

"Nanti mampir rumahmu ya, !" Hanya satu kata itu dari Satria yg terucap saat mobilnya melintasi perempatan tempatku tinggal. Setelah itu sunyi senyap.

"Sat, kok diem aja sih? Nyesel ya ngajak aku," aku sudah tidak tahan dengan sikap diamnya. Kalo nyesel udahlah, mending cancel aja, belum terlanjur juga, batinku kesal.

Ckiiiittttt Bruuuuukkkk !!!!!

Lagi lagi jidatku terpentok dashboard, dan benar saja, jidatku langsung memerah bahkan nyaris membiru, " Satria, sialan emang loe ya, juragan kos rese !!! Loe mau nyelakain gue ?!! Haaaaah" dengan menangis aku memukul mukul badanya dengan slingbagku. Nggak cukup apa dicuekin malah di siksa.

Selain mengaduh kesakitan Satria tidak menjawab apapun hingga aku lelah sendiri. Melihat reaksinya aku hanya menjauh, tangisku tidak bisa terbendung. Belum sembuh sakit hatiku karena Tian, kini aku kembali dikecewakan oleh Sahabatnya.

Kudengar suara pintu mobil terbuka, Satria membuka pintu mobil penumpang dan menarikku ke pelukanya.

Kueratkan pelukanku padanya, menupahkan sakit hatiku karena perlakuan sahabat dan dirinya.

"Udah, jangan nangis! Dengerin aku dulu !" Kata Satria saat tangisku mulai mereda. Aku hanya mendongak menatap wajahnya meminta dia melanjutkan, " aku tu bingung mau ngomong apa, Tih! Mau bawa kamu ke rumah orang tua aku udah kayak mimpi,  aku cuma ngeyakinin diri aku sendiri kalau semua ini nyata"

"HaaaaaaaaaH"

Satria menghembuskan nafas berat," Iya Tih, ini mimpiku yg jadi nyata," ujar Satria sambil mencubit hidungku"lebay banget aku ya ,Tih! Tapi gimana, kenyataanya, satu satunya perempuan yg aku kagumi ya cuma kamu, dan takdir Tuhan aku diberi jalan dan kemudahan sampai bisa bawa kamu ke keluarga aku"

Kesedihan yg kurasakan sedikit terangkat mendengar penjelasan Satria barusan, akunya yg nethink melulu sih, efek penolakan Camer bener bener nggak baik.

"Jadi jangan pernah mikir kalo aku ini nyesel, OK !!"

Aku hanya bisa mengangguk sembari mengusap bekas air mataku.

15menit kami sampai dirumah keluarga Satria, boleh nggak sih aku minder sekarang, mobil mobil banyak yg berjajar, ya ampun, ada acara apa sih dikeluarganya Satria. Banyak amat.

Melihat kegugupanku, Satria meraih tanganku dan mengeluanya pelan," nggak usah takut, ada aku kok, !"

Tanganku sampai berkeringat saat digandeng Satria, gugupnya itu lho. Bukanya mengendur, malah Satria semakin menggenggamku erat.

"ANAK KU BAWA MANTU" haaaaaah, teriakan ibu ibu yg tadi sibuk berbincang lngsung terdengar saat aku dan Satria memasuki rumah itu. Tak lama kemudian, ibu ibu itu, yg kuyakini kalau itu ibunya Satria langsung berjalan cepat ke arahku, membawaku yg masih kebingungan ke pelukanya, "Aduuuuh, Mama nggak nyangka deh Satria bener bener bawa kamu waktu bilang kemarin, Ayo sini ikut duduk sama Mama, mau Mama kenalin ke keluarga yg lain," melihat aku yg kebingungan Satria hanya mengangguk kan kepala, isyarat agar aku mengikuti Mamanya.

Mamanya Satria menggandengku menuju ke ruang tamu yg penuh dengan orang, " Fatih,!" Loooh Mamanya Satria kok tahu namaku sih, kan aku belum kenalan," kenalin yg paling muda ini, adiknya Mama, tante Ivanka, sebelahnya om Andri"

Aku langsung menyalami dua orang yg dikenalkan oleh mamanya Satria,"Waaah, calon ibu Persit ya, Tante kira Satria bakal jadi bujang lapuk, tahunya calonnya yg cantik diumpetin!" Seloroh tante Ivanka, membuatku tersipu malu.

"Ya pasti dong, Nah yg sebelah situ Budhe Tatik sama Pakdhe Nanda, kakaknya Mama," akupun mendekati Budhe Tatik dan Pakdhe Nanda dan menyalami beliau." Nah itu dia Papanya Satria" tunjuk Mamanya Satria pada sesosok Lelaki setengah baya yg baru saja memasuki ruangan, berdiri di samping Satria, baru kusadari jika Satria lebih mirip ke Papanya.

"Fatih, om!" Kenalku sembari memyalami beliau.

Uppssss, sepetinya aku salah, raut wajah beliau terlihat tidak suka, aku menoleh ke arah Satria dan dia hanya mengedikan bahu acuh, alamat ditolak camer lagi,pikirku.

"Kok Om sih, dikira saya nikah sama Tantemu" aku hanya melongo tidak paham," panggil Papa dong, masak Mamanya Satria dipanggil Mama, Papanya dipanggil Om" Fyuuuuuhhhh, lega rasanya, tapi aku hanya tersenyum, sebel juga rasanya dikerjain Papanya Satria, apalagi sekarang mereka menertawakanku karena wajahku yg kebingungan.

Satria mendekatiku, meraih tanganku di sela sela tawanya," Papaku emang suka becanda, jangan diambil serius,! Yok aku kenalin ke sepupuku yg lain,"
Kata Satria sambil menarikku ke dalam rumahnya menuju ruangan yg lain.

Ya Rumah keluarga Wirabuana yg aku takuti pada awalnya justru menerimaku dengan senang hati.

Dear My Kapten (Tersedia Di Ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang