Wijaya Saputra as Kapten Yama Muzaki Hamzah
Sore ini Bamg Yama yg menjemputku dengan Motor besar kebangganya yg langsung kuhadiahi cemberutan. Melihatku cemberut malah membuat Bang Yama melotot, dengan geram dibukanya baju seragamnya, bikin teman teman karyawan menjereit melihat Bang Yama terlihat makin keren dengam kaos loreng press bodi yg dipakainya. Alamat besok bakal diteror karyawati lain nih, apalagi mbak Kania, udah hampir ngeces liatnya.
"Bisa nggak sih Tih bajumu itu yg normal, bikin abangmu Darting tahu nggak" omel bang Yama, ya ya ya tiap kali menjemputku dengan motor pasti omelan itu yg keluar.
Padahal Swear deh, baju yg aku pakai sekarang lebih layak daripada yg dipakai para Sales saat pameran.
Dengan sebal kuikatkan seragamnya dipinggangku, mengantisipasi rok pencilku. "Abang juga, hobi bamget pake Jago Alay inin Jomblo tapi nggak nyadar" itu juga cibiran yg selalu keluar dari mulutku jika dijemput Abangku dengan motor ini.
Hari ini memang Abangku datang untuk mengantarkan semua berkas pengajuanku. Tinggal Cek kesehatan ke Rumah Sakit untuk syarat terakhir Pengajuan nikah kantor.
Bang Yama hanya mengantarkan berkas dan setelah menjemputku dia langsung balik, Bang Yama bilang aku musti bersyukur akan menjadi Menantu keluarga Satria, jika bukan dengan surat Sakti yg dikeluarkan oleh keluarga Satria, mustahil semua surat sudah komplit dalam waktu 2minggu, itu sih kata Abangku, kan aku sama sekali nggak tahu.
Aku saja hanya tahu jika keluarga Satria baik dan sangat menerimaku, apalagi waktu bersama Satria amatlah singkat, biarlah aku tahu dengan sendirinya.
____________________________________
Besok aku akan ijin untuk ter kesehatan, tadi malam pun Satria bilang akan mengantarku. Dan disinilah dia tepat pukul 8 berada di teras kamar kostku, menjadi perhatian para penghuni kamar kost lain yg akan berangkat bekerja. Walaupun mereka sudah tahu jika Satria adalah calon suamiku, tapi pemandangan segar lelaki tampan berseragam press body di depan mata mereka tidak akan mereka sia siakan. Karena itulah aku sengaja berlama lama saat mandi dan berias. Sengaja membuatnya kesal dan benar saja saat aku sudah keluar kamar kost aku mendapati wajahnya yg terantuk antuk, haaaah betapa lucunya pak tentaraku ini.
Aku duduk di kursi di depannya, memandang wajah ngantuk karena lembur yg dilakukanya tadi malam. Saat dia mengangkat wajahnya, terlihat Satria yg terkejut melihatku."Udah, kalo belum mau aku tinggal naik haji dulu Beb" uluuuuuhhh Pak tentaraku ngambek beneran.
"Lucunya Pacarku, Calsumku yg lagi ngambek" godaku sembari mencubit pipinya, bukanya marah Satria justru terkekeh senang.
"Bisa nggak sih, Beb, cantiknya dikurangin dikit"keluh Satria," tiap hari tambah cantiknya, untung aku bawa mobil Beb, kalo bawa Motor bisa seneng yg liat kamu" tambahnya sembari memanyunkan wajahnya, walaupun merajuk Satria tetaplah Satriaku yg manis.
Perjalanan menuju rumah sakit memakan waktu hampi 30 menit, selama perjalanan Satria menjelaskan sedikit tentang tes yg akan aku jalani, juga tentang virginity test yg aku jalani.
"Kalau ini sudah tinggal pengajuan ke Batalyon, kamu siap kan, Beb?"
Aku mengangguk bersemangat," siap donk, kalo nggak siap bisa kamu tukar tambah nanti akunya" godaku,"biasanya emang gimana Sat yg ditanyain"
Satria mengeryitkan dahi mencoba mengingat ingat," ya cuma ditanya seberpa kamu kenal sama aku, tentang riwayat pendidikan dan karirku dan kesiapan kamu buat nikah sama aku, kamu juga udah kenal sama Bang Fadil sama Mbak Fadilkan, tenang aja ya Beb"
Aku mengangguk mengiyakan, mengingat sosok suami istri yg ramah itu.
Dan sampailah kami di Rumah Sakit tersebut. Terlihat ada 2orang yg akan melaksanakan test serupa, begitu melihat Satria, 2 orang itu langsung menyapa Satria secara Formal.
Aku yg mendengar ucapan Satria langsung membeku, Satria menjadi sosok lain saat bertemu dengan rekan kerjanya, suara dan pembawaanya begitu tegas, berbeda dengan Satria yg selalu usil dan senang merajuk jika bersamaku.
"Kenalkan ini calon istriku," suara Satria yg berat membuyarkan lamunanku," Dek, ini senior Mas di kesatuan" aku menahan tawa karena geli mendengar Satria membahasakan dirinya 'Mas'.
"Siap izin Mbak, saya Sertu Adi dan ini calon istri saya, Hanifah" aku tersenyum sembari menyambut uluran tangan calon suami istri ini.
"Fatih"
"Siap izin mbak, Saya Sertu Iwan dan ini calon saya, Shinta"
"Fatih" aku kembali menyalami mereka.
Setelah itu Satria membawaku ke kantin rumah Sakit karena aku yg belum sempat Sarapan lagipula aku juga harus antri bukan dengan dua junior Satria, walaupun mereka menyilahkan kami untuk duluan, tapi tidak etis bukan jika datang paling akhir tapi masuk duluan.
Lagi lagi di kantin rumah Sakit Satria kembali menjjadi pusat perhatian, apalagi tempat duduk yg dipilih berdekatan dengan Bangku para Dokter muda dan perawat, dan yah mereka para Wanita normal yg suka pemandngan segar, seperti calon suamiku tentunya.
Merasa jengah aku memutuskan untuk memesan makanan, Satriayg fokus dengan chat atasanya punhanya engangguk menyetujui.
Setelah memesan makanan aku memilih milih minuman di showcase, aku juga ingin melihat reaksi Satria jika digoda perempuan, dan benar saja, saat aku berpura pura memilih minuman seorang yg terlihat seperti Dokter yg terlihat lebih muda dariku beralih duduk di dekat Satria, dapat kulihat perempuan itu berusaha menempel pada Satria, dapat pula kulihat dia tersenyum menggoda sembari mengeluarkan ponselnya, aaahhhh pasti dia mau minta nomor kontak pak Tentaraku,dan Satria yg sedari tadi sibuk dengan chat atasanya merasa mulai terganggu dengan kehadiran Doktet itu, Satria berulang kali beringsut menjauhi Dokter itu, dan puncaknya saat Dokter tersebut mulai berani mengelus lengan Satria yg berada di atas meja.
Hell ...
Habis sudah kesabaranku, dengan senyum seratus watt andalanku untuk memikat customer aku mendatangi Satria dan dokter genit itu.
"Sayang, aku lama ya perginya" kataku manja sembari merangkul lengan Satria, Satria yg heran dengan tingkahku hanya tersenyum kaku," eeeehhh ada bu dokter, kenalin saya calon istrinya pak Tentara" kataku berpura pura manis sembari mengulurkan tangan.
Dengan sebal dokter itu membalas uluran tanganku, tapi sedetik kemudian dia kembali tersenyum riang ke Satria," jadi gimana kak,nomor WAnya jadikan kak?" Huuuhhh inilho calon istrinya nggak di gubris.
Satria menatap dokter itu dengan heran," kapan saya bilang mau tukeran nomor?"
"Ya kan pasti nyambung kak ngobrol antara tentara sama dokter, sama sama mengabdi ke negara"
Hiiissss, sebal sebal sebal, "ohh mbaknya korban DraKor ya mbak, malu mbak sama Jas yg dipakai Mbak, kalo mau noh mbak ambil," kataku sambil mendorong pundak Satria ," gratis, nanti saya bisa cari lagi segudang" kataku sambil berjalan melenggang keluar kantin Rumah Sakit.
"Naaah mbak dengerkan Sadisnya calon istri saya, permisi Mbak" masih ku dengar suara Satria sebelum berlari menyusulku.
Dengan senyum lebar aku menyambut wajah kalutnya yg menyusulku.
"Beb, jangan cari yg lain dong" ujarnya memelas.
Aku hanya tertawa pelan sembari menggandeng tanganya menuju ruang tunggu yg mulai lengang.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Kapten (Tersedia Di Ebook)
RomansaFatika Wasito, SPG mobil yg harus menerima hubungannya dengan Lettu Septian Adhi Wijaya kandas karena restu yg tidak diberikan keluarga Tian. Pekerjaan dan latar belakang semrawut membuatnya harus menelan pil pahit penolakan untuk bersanding dengan...