2minggu sudah berlalu sejak kejadian tidak mengenakan dirumah Mayor Agus. Aku sudah tidak memperdulikanya walaupun suara sumbang sering terdengar.
Bahkan Tian dan Mas Satria sering meledek ku sebagai selebriti baru di Batalyon. Aaaaahhh dasar, demi apa aku terkenal juga karena mereka, emang dasar.
Sudah seminggu ini aku kembali bekerja setelah beberapa hari ini aku mulai mengenal kegiatan Persit, seperti senam di akhir pekan, bola volly di jumat Sore atau terkadang juga acara memasak di salah anggota.
Walaupun terkadang aku juga merasa jengah saat ada para anggota yg menanyakan tentang masa laluku, sebisaku ku jawab biasa saja walaupun jujur aku sama sekali tidak menyukai hal tersebut.
Berbicara mengenai Tian, minggu lalu saat weekend aku sempat melihat istrinya si Tian, entahlah bahgaimana hubungan mereka, Mas satria sudah mewanti wantiku agar tidak mencanpuri urusan rumah tangga siapapun.
Iyuuuucchhh siapa juga yg mau ngurusin ? Tapi serius deh, Tian sekarang tiap hari memang numpang makan di tempatku, biasa saja sih, serasa ngurus 2 kingkong, bahkan saat aku mengeluh mereka hanya tertawa tawa senang.
Seperti pagi ini, selesai menyiapkan sarapan untuk Mas Satria akupun segera berbenah untuk segera berangkat.
"Dek, mau kerja?" Tanya Mas Satria sembari menyandarkan kepalanya dibahuku. Hawa panas langsung terasa.
"Kamu demam Mas ?"tanyaku sambil menempelkan tanganku di dahinya, bener deh badannya Mas satria panas banget, mungkin efek beberapa hari ini dia kerja keras dan lembur untuj persiapan para atlet tembak TNI.
Dan tanpa dia menjawabpun aku sudah tahu jawabanya, wajahnya terlihat lesu, hidungnya dan matanya memerah bahkan badanya yg terbalut seragam gagahnya tidak menutupi kondisi badanya yang kurang fit.
Kubuka kancing bajunya,"buka lagi seragamnya, hari ini ijin dulu" syukurlah dia langsung mengangguk lemah menuruti permintaanku, dilepasnya lagi seragam yg baru dikenakanya.
"Dek, kamu dirumah aja ya nemenin aku"
"Iya Mas, aku bikinin bubur dulu buat nanti minum obat"
"Nasinya sayang dek,"
"Nggak usah protes Mas, Mas Satria lupa ada Kingkong yg siap nampung makanan kita!!" Jawabku mengarah ke Tian , mengingat itu dia tertaw kecil."Mas tolong telponin Manager aku ya" teriakku sambil berjalan ke.dapur.
Dan benar saja saat aku selesai masak bubur, si Kingkong benar benar datang.
"Satria mana Mbak ?" Tanya Tian sembari menyendok nasi.
"Lagi dikamar, Masmu sakit" jawabku singkat.
Tian mengangguk paham sembari menyendok makanya, "Satria kalo sakit manjanya amit amit lho"
Aku hanya mengangguk sembari membawa nampan ke dalam kamar. Dan lihatlah suamiku yg biasanya garang pada juniornya kini terbaring lemah. Wajahnya pucat .
"Mas Satria makan dulu" aku membantunya untuk duduk, dan mulai menyuapinya, bener bener deh, suamiku kalo sakit menyedihkan. Setelah makan ku suruh dia meminum satu gelas besar teh panas, langsung saja dia melihatku ngeri.
"Dek, kamu serius nyuruh aku minum air segentong itu"
"Iya, sehari kamu harus habis 7gelas teh panas manis ini Mas" wajahnya yg pucat semakin bergidik.
",nggak mau aaahhh"
"Mas nggak tahu, aku tuh pernah sakit tapi nggak mau opname jadinya sama dokternya suruh minum teh panas manis sebanyak itu mas, tokcer lho"
"Nggak, nggak mau"
Aku menggeram kesal melihat tingkahnya yg seperti anak anak,"yaudah kalo nggak mau, aku pergi kerja" ancamku.
Matanya langsung membulat karena terkejut mendengar ancamanku, wajhanya langsung berubah sendu," iya deh, aku nurut, tapi kamu nggak boleh pergi" rengeknya manja.
Tbc
Tapi bener deh soal yang teh manis itu, percaya atau tidak aku pernah sakit tapi karena takut jarum suntik dokternya itu memyarankanku agar dalam sehari aku mengabiskan teh panas manis 7 sampai 10 gelas sehari. Dan hasilnya aku sembuh esok harinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Kapten (Tersedia Di Ebook)
RomansaFatika Wasito, SPG mobil yg harus menerima hubungannya dengan Lettu Septian Adhi Wijaya kandas karena restu yg tidak diberikan keluarga Tian. Pekerjaan dan latar belakang semrawut membuatnya harus menelan pil pahit penolakan untuk bersanding dengan...