Perpisahan Pertama

21.9K 1.2K 9
                                    

Fatih pov

Berdamai dengan masalalu tidak buruk kawan, merelakan juga lebih baik. Setelah drama memasak dirumah Tian, Tita sudah lebih baik padaku, bahkan beberapa kali dia datang kerumah untuk sekedar bertanya resep atau pun membawakan makananya untuk dicicipi.

Dan hasilnya sudah lumayan dan layak dimakan.

Ngomong ngomong diusia kandunganku yg sudah lewat bulan ke 3 memasuki trimester kedua, Mas Satriapun sudah sembuh dari penyakit subuh hari.

Senyum lebar tak pernah lepas dari wajah bahagianya, Mas Satria semakin perhatian dan protektif padaku, bahkan koleksi wedges dan highhellsku disembunyikan entah kemana.

Dan juga kebiasaan Mas Satria yg semakin menjadi yaitu Manjanya nggak ketulungan.

Tapi hal kecil itulah yg mem uatku bahagia, ngidam kupun sudah tidak se ekstrim dulu yg harus memaksa Tian dan Serda Bayu.

Atau menangisi Mas Satria karena mandi, karena entahlah wangi tubuh Mas Satria yg berkeringat lebih enak. Hahaha jorok ya aku, eeiiiitttsss jangan salah, banyak bumil yg seperti aku.

Tapi malam ini entahlah, aku merasa gelisah, Mas Satria yg waktu pulang tadi sudah kusut pun harus terganggu tidurnya karena aku yg terus bergerak gerak.

Dibenakku terbayang lezatnya CapCay milik Warung Tenda Cipto Roso yg ada dibarat Sragen, Warung tenda langgananku dari kecil, penuh kenangan akan Mbak Rista dan ibuk.

"Kenapa sih dek, gerak mulu"protes Mas Satria dengan muka bantal.

"Pengen CapCay di Cipto Roso Mas" mata Mas Satria membulat.

"Ngomong dong dari tadi, ayoo mumpung masih jam 11" kata Mas Satria sambil meraih jaketnya, tapi aku cuma diem tidak bergerak," ayo , malah diem,"

Kugigit bibirku, dengan takut kuutarakan," Cipto Roso Gemolong Mas"

Mas Satria langsung terduduk lemas, semarang gemolong hampir 2,5jam dengan mobil."yang disini saja ya Dek, toh cuma Capcay"

Aku menangis mendengar kata kata 'cuma CapCay' melihatku menangis Mas Satria kelabakan,"dedeknya yg pengen!"

Mas Satria menyugar rambutnya yg seuprit dengan frustasi," ya Allah dek, yaudah Ayo, pakai Motor, kamu pakai baju hangat"

Yeeeeaaaayyyy aku langsung melonjak senang, membuat Mas Satria melotot melihat tingkahku, takut Mas Satria berubah pikiran aku segera berganti pakaian.

Dan setelah 1.5jam mengebut memakai motor, modal nekat dan dipenuhi gerutuan Mas Satria akhirnya kami sampai di kecamatan paling barat Sragen, yg selalu ramai dengan kendaraan lintas Kabupaten dan provinsi. Bersyukur penjualnya yg hampir saja beres beres mau melayaniku saat mengingat wajahku yg familiar dan tentu saja menjual nama Ibuku.hahaha.

Dan sepiring Capcay kuah dan goreng ludes berpindah ke perutku, Mas Satria mengelus perutku dengan sayang," Adek, selama Ayah ada pasti pengennya Adek Ayah kabulin"

Aku terharu mendengar kata kata Mas Satria barusan, betapa beruntungnya aku mendapat suami sebaik Mas Satria.

"Makasih Ayah, Mama sama Adek sayang Ayah" aku menjawab dengan suara anak kecil.

"Tapi jika Ayah lagi tugas, Adek jangan nakal ya, kasihan Mama, Adek harus jagain Mama"

Aku baru ingat jika suamiku hanya untukku jika dirumah, jika sudah menyandang seragam dan mendapat panggilan suamiku merupakan milik negara ini, entah dia pulang dengan rasa bangga atau pulang tinggal nama saat bertugas.

Entahlah, aku tidak ingin terlalu memikirkanya, jika itu terjadi aku hanya bisa menyiapkan senyum ikhlas untuk melepasnya bukan.

Setelah acara ngidam yg penuh drama dan rasa haru akan suamiku, kini kami kembali ke semarang, dan ternyata Mas Satria memesan ojek Online, yg syukurnya masih ada dan mau mengantarkan ke Semarang.

Dengan dalih agar aku nyaman di dalam mobil yg hangat karena kami sudah berdingin dingin ria saat berangkat.

"Suaminya manis banget Mbak!" Celetuk Babang Grab saat aku melirik Mas Satria yg mengikuti ku dengan Motor besarnya dibelakang. Aku mengulas senyum tipis mendengar pujian nya barusan, sungguh dadaku terasa penuh oleh rasa bahagia.

"Iya Mas, beruntung ya saya"

_____________________________________

Semua rasa bahagia yg kurasa semalam kini menguap tak berbekas saat siang hari ini dia datang dengan kusut. Sungguh wajahnya begitu lesu, begitu mengucapa salam dia langsung nyelonong menuju kamar dan mengambil koper kecilku, mengepak beberapa pakaianku.

Demi Tuhan, kelakuanya ini bikin aku Parno sendiri, apa Mas Satria mau ngusir aku ya ? Perasaan aku nggak ngelakuin kesalahan. Masa iya, lagi bunting mau diusir, kejamnya suamiku...

"Jangan mikir aneh aneh Dek, Mas mau ngajak kamu ke TawangMangu" Yipppiiieeee, mendengar akan mengajak ku ke tempat favoritku membuatku melonjak lonjak senang. Mas satria langsung melotot," kasihan Babynya dek, kamu ini udah tua kayak bocah"cibirnya.

Aku menjulurkan lidahku balas mengejeknya," yeee biarin, akhirnya setelah setengah tahun suamiku dapat cuti, lama nggak Mas?"

Mas Satria terdiam, raut wajahnya berubah," 3hari kita pulang pergi Dek, aku tahu kamu suka TawangMangu, makanya kita puas puasin kesana"Aku memeluk Mas Satria dengan senang.

"Tapi habis ini aku mau berangkat Dek " Haaaaah rasa senangku langsung pudar, aku menatap Mas Satria penuh tanya," aku ikut Pasukan Garuda di TimTeng dek, 6bulan aku disana"

Aku langsung terduduk. Lemas rasanya lututku, melihatku yg hanya diam Mas satria langsung berlutut di depanku, diusapnya perutku yg mulai menonjol," Mas tahu ini berat buat kamu, tapi Dek negara udah manggil Mas"

Aku mengulas senyum tipis, baru semalam aku mengkhawatirkan ini, dan hari ini terjadi,"pengen egois tahu nggak sih Mas, tapi Baby nya pasti pengen liat Ayahnya pulang Bertugas penuh kebanggaan, berangkatlah Mas dan berjanjilah untuk pulang" mati matian aku menahan air mataku dan ternyata justru semakin menganak sungai, dan lagi Mas Satrialah yg mengusapnya, biarlah aku menikmatinya sebelum berpisah.

"Aku sayang sama kamu Dek" Mas Satria mengecup keningku pelan, betapa hal sederhana yg akan kurindukan nantinya.

"Mas, nggak usah ke Tawangmangu, kita jalan jalan saja ke alun alun nanti malam" kataku bersemangat, entahlah aku ingin menghabiskan waktu lebih banyak sebisaku, tidak perlu jauh dan mewah tapi cukup berdua.

"Iya, habia apel sore kita jalan jalan, siap Baby"

Aaahhh perpisahan yg kutakutkan kini terjadi juga, perpusahan pertamaku dengan suamiku.

Tbc

Dear My Kapten (Tersedia Di Ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang