Setelah Will keluar, aku segera masuk ke dalam kamar mandi. Tidak hanya untuk mengganti baju, aku sengaja mengguyur badanku agar sedikit lebih segar. Aku perlu segala kewarasan yang bisa kudapatkan untuk menghadapi konferensi pers. Setelah mengeringkan tubuh dan menggunakan setelan blazer yang tadi dipilihkan Mandy, aku memulas bedak, blush on, dan lipstik. Tak lupa concealer demi menutupi mata pandaku. Aku tak mau kelihatan seperti zombi saat berada di hadapan kamera wartawan. Penampilanku harus dapat merepresentasikan Exhale dengan baik.Kumasukan kotak make up dan baju kotorku ke dalam tas, kemudian menenteng hp dan cue card menuju tenda konferensi pers.
"Tania," panggil Bang Andre saat melihatku turun dari tangga.
Beberapa orang berpakaian resmi berada di lingkaran yang sama dengannya. Dengan langkah mantap aku menghampiri mereka.
"Tania, ini Pak Haryo dan Pak Frans, perwakilan keluarga dan perusahaan Joseph Laksmono," terang Bang Andre. "Bapak-bapak, ini Tania, public relations kami."
Aku menyalami keduanya seraya mengucapkan bela sungkawa atas kematian Jolak.
"Mbak Tania, terima kasih untuk bantuannya mengadakan konferensi pers. Kami berharap setelah ini pihak keluarga bisa diberi ruang untuk berkabung dan tidak dikejar-kejar wartawan," ucap pria bersetelan biru yang terihat lebih tua.
"Sudah sewajarnya kami melakukan ini. This is the least we can do. Lagi pula, Joseph juga teman kami."
"Betul," imbuh Bang Andre.
"Oh ya, apa ada hal-hal khusus yang perlu disampaikan kepada wartawan atau dirahasiakan?" tanyaku.
"Itu dia, Mbak Tania. Bisakah kita menghindari pembahasan tentang Miss Haidy pada konferesi pers nanti?" ujar pria satunya.
"Miss Haidy adalah anak dari salah satu duta besar negara sahabat. Informasi tersebut bersifat rahasia, akan sangat baik jika kita tidak menyebut namanya dalam konferensi pers nanti," terang pria berpakaian biru.
"Nona Haidy Dubois tidak berhubungan dengan kematian Joseph Laksmono meski jenazah ditemukan di mobilnya. Kami sudah mengkonfirmasi hal tersebut," tambah Pak Amal.
"Baik. Kita tidak akan menyebutkan nama Haidy. Jika ada pertanyaan wartawan tentang itu maka kita jawab secara diplomatis saja," rangkumku.
Semua mengangguk setuju.
"Saya permisi dulu, Bapak-bapak. Saya harus mengecek persiapan konferensi pers terlebih dahulu," pamitku.
Aku mencatat dalam memoriku agar informasi tentang Haidy harus disembunyikan sebaik mungkin. Secara pribadi aku memang tidak terlalu dekat dengan Jolak ataupun Haidy. Kami hanya sering bertemu di acara-acara yang sama dan memiliki beberapa mutual friends. Jadi aku agak terkejut juga saat mereka bilang Haidy adalah anak seorang duta besar, karena Haidy selalu terlihat low profile.
"Gimana persiapannya?" tanyaku pada Mandy yang sedang merapikan papan nama dan mic di meja utama.
"Udah rapi. Tinggal nunggu wartawan pada dateng aja," sahutnya.
"Yang jadi MC elo atau Sheila?" Menanyakan keputusan mereka yang tadi sempat ogah-ogahan saat kuminta jadi MC.
"Gue mempersilakan junior buat mencicipi sedikit spotlight, jadi Sheila yang bakalan MC."
"Dasar lo! Ya udah berarti elo jaga meja registrasi," ucapku. "Sana standby."
"Siap! Dari pada ngeMC depan wartawan. Atuuuuttt eike!" candanya.
Aku hanya menggelengkan kepala sebelum berlalu untuk menghampiri Sheila.
Enam bulan menjadi kepala divisi PR yang lebih banyak mengerjakan hal-hal seputar event di Exhale sudah jelas membuatku tak benar-benar memahami kemampuan para bawahanku saat dihadapkan dengan krisis seperti ini. Berbeda dariku yang sempat bekerja sebagai corporate PR, Mandy dan Sheila adalah orang-orang yang masuk ke dunia PR langsung di keramaian pesta Exhale. Bukannya merendahkan kemampuan mereka, tapi aku merasa perlu meng-encourage Sheila agar tidak panik saat menghadapi banyak wartawan di menit-menit berbahaya seperti saat ini.
"Pokoknya santai aja," ujarku sambil menepuk pundaknya.
"Iya, Kak," sahut Sheila.
"Gue tunggu di belakang lagi, ya. Kayaknya udah ada beberapa yang dateng tuh," kataku ketika menangkap kehadiran beberapa orang di meja registrasi.
Dengan segera, aku menjauh dari Sheila dan menuju belakang tenda. Aku memberi kode pada Bang Andre agar mengajak Pak Amal dan para perwakilan keluarga Joseph Laksmono untuk mempersiapkan diri.
Adrenalin membanjiri pembuluh darahku, menciptakan ketegangan yang sebelumnya tidak aku sadari. Saat ini satu-satunya yang bisa kulakukan adalah mengatur napas dan mengusir jauh-jauh segala bayangan buruk yang menghampiri otakku.
You can handle this, Tania!
---
Music Video: All Time Low by John Bellion
-----
Preconference = konferensi (biasanya lebih kecil dan lebih tertutup) yang diadakan sebelum konferensi lainnya (yang utama).
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanya Tania [TERBIT]
ChickLit[SUDAH DITERBITKAN OLEH PENERBIT KATA DEPAN] Menjadi Public Relations Officer memang mimpi Tania sejak kuliah dulu. Kini, setelah lima tahun bekerja di head office NRA Group, sebuah tawaran menggoda datang untuk menjadi head of PR department di Exha...