15 -- First Clue

19.9K 1.7K 31
                                    

Seperti biasa, perjalanan membelah belantara kendaraan selalu memakan waktu yang lama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Seperti biasa, perjalanan membelah belantara kendaraan selalu memakan waktu yang lama. Meski jarak kantor Exhale dan Polda Metro tidak terlalu jauh, tapi diperlukan waktu satu jam lebih beberapa menit untuk bisa tiba di sana. Aku dan Bang Andre turun di lobi Polda dan segera mencari AKP Marko.

"Selamat siang, Mbak Tania, Pak Andre. Terima kasih sudah berkenan datang untuk membantu penyelidikan kami." Polisi muda dengan name tag Marko di dadanya menyalami kami. "Silakan."

Aku dan Bang Andre diantarkan untuk masuk ke salah satu ruangan. Pak Marko menjelaskan bahwa polisi kemungkinan telah memiliki timeline dari kedatangan Haidy di Exhale hingga ditemukannya mayat Jolak oleh Haidy dan dua sekuriti Exhale. Dari informasi yang dipaparkan, mereka curiga orang yang datang bersama Haidy juga nemiliki hubungan dengan kematian Jolak. Karena pria misterius itu segera menghilang segera setelah mayat Jolak dimasukan ke dalam mobil.

"Sayangnya kami belum bisa menemukan bukti kapan mayat Joseph Laksmono diletakan di dalam mobil Nona Haidy. Tapi kami bisa memastikan bahwa saat datang Nona Haidy hanya bersama seorang pria, dan tidak ada penumpang lain didalam mobil tersebut," paparnya.

"Dari mana Bapak tahu kalau di mobil Haidy tidak ada penumpang lain?" tanyaku.

"Kami sudah nenginterogasi sekuriti anda yang berjaga kemarin malam. Dari CCTV yang ada di pintu masuk basement sudah cukup jelas terlihat bahwa hanya ada dua orang di dalam mobil."

"Jadi sekarang Bapak perlu bantuan apa?" tanya Bang Andre.

"Kami ingin tahu apakah Mbak Tania dan Bapak Andre tahu tentang pria misterius yang datang bersama Nona Haidy tersebut. Karena pria itu bisa menjadi kunci informasi bagi kita selanjutnya," jawabnya.

"Ada foto yang perlu kita lihat?" tanyaku.

"Mari ikut saya." Pak Marko bangun dari duduknya dan mengajak kami menuju ruang lainnya.

Di ruangan kedua aku melihat beberapa komputer berjajar, serta para polisi yang mengoprasionalkannya. Pak Marko menghampiri salah satu polisi dan mempersilakan kami duduk agar dapat melihat dengan jelas gambar si pria misterius.

"Coba kasih cuplikan CCTV pos depan, Les," perintah Pak Marko.

"Siap!" sahut polisi muda di sebelahku yang langsung membuka video untuk diperlihatkan kepadaku dan Bang Andre.

"Nah, itu," ujar Pak Marko.

Wajah Haidy terlihat cukup jelas di layar komputer. Namun, pria yang duduk di kursi penumpang sepertinya sengaja mencondongkan tubuhnya ke sisi yang lebih gelap sehingga wajahnya tidak terlihat dengan jelas.

"Kurang jelas," ucap Bang Andre.

Aku hanya menggeleng.

Video diganti dengan gambar area parkir yang cukup penuh. Beberapa detik kemudian mobil yang dikendarai Haidy datang dan parkir. Sayangnya CCTV yang dipasang tersebut terdapat blindspot yang menyebabkan hanya bagian kap depan mobil Haidy saja yang terlihat setelah diparkir. Namun beberapa detik kemudian terlihat perempuan dengan pakaian yang sama dengan video sebelumnya berjalan menuju salah satu arah yang kuduga pintu depan Exhale. Dari video kedua tersebut Haidy dan pria yang datang bersamanya terlihat cukup 'akrab' karena pria itu merangkul Haidy dengan posesif.

"Di sini memang hanya tampak belakang, tapi coba perhatikan pakaian yang mereka kenakan, dan bandingkan dengan video di area bar." Ucapan Pak Marko tersebut sepertinya menjadi tanda pada polisi di sebelahku, karena setelah itu ia kembali mengganti tampilan gambar dengan video yang kuyakini merupakan CCTV bar utama.

Dari kedua CCTV yang ditunjukan sebelumnya, video CCTV bar ini memang memiliki kualitas gambar yang cukup jelas. Aku dapat melihat kesibukan para bartender, juga beberapa orang yang datang dan pergi setelah memesan minuman. Meski kondisi Exhale yang cukup gelap, tapi lampu yang ada di bar sangat membantu untuk memperlihatkan wajah-wajah orang yang datang dan pergi.

"That's me," ucapku reflek sambil menunjuk ke layar komputer.

Ingatanku masih cukup segar tentang runutan kejadian di bar kemarin malam. Ada perasaan aneh melihat aku dan Will dalam video CCTV itu. Namun, jauh lebih aneh lagi melihat Haidy dan pria misteriusnya datang menggantikan aku dan Will hanya beberapa saat setelah kami pergi dari bar.

"Itu," ucap Pak Marko. "Coba kamu perbesar," imbuhnya.

Dengan segera layar memperbesar ke arah Haidy dan pria misterius yang datang bersamanya.

"Haidy's looking off," ujarku sambil memperhatikan gambar yang terus diulang-ulang tersebut.

Jantungku hampir lepas saat memperhatikan pria yang berdiri tempat di sebelah Haidy. Aku sama sekali tidak menyangka akan melihat wajah itu di sana.

"Itu .... " Lidahku kelu.

---

Music video : Hotel Room Service by Pitbull

---

Haihai, lovely readers...

Maaf aku lama nggak menyapa kalian, tapi terima kasih ya untuk semua yang sudah baca, dan meninggalkan jejaknya. Nulis cerita ini bikin aku bener-bener bernostalgia sama masa-masa kuliah dulu 🤣🤣🤣 Tapi, sekaligus degdegan banget karena entah kenapa cerita yang tadinya aku rencanakan mau ringan-ringan aja malah berubah jadi ala-ala misteri gini. Semoga kalian suka ya... please jangan ragu untuk negur aku kalau ada typo atau kesalahan lain dalam tulisanku, karena bantuan kalian sangat berharga untuk author yang otak dan jempolnya suka offside ini. Hehehehe...

Sekali lagi terima kasih banyak ya.
Selamat membaca dan semoga betah karena masih akan ada sekitar 40an part lagi sampai tamat.

Luvluv,
Kinanti WP

Tanya Tania [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang