20 -- Craziness

19.9K 1.6K 45
                                    

Aku menyalakan tv dan mengganti-ganti saluran meski tak tahu apa yang hendak kutonton

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aku menyalakan tv dan mengganti-ganti saluran meski tak tahu apa yang hendak kutonton. Stasiun TV lokal kebanyakan berisi talkshow, acara gosip, dan ftv, kecuali beberapa saluran yang memang mengkhususkan sebagai saluran berita. Aku akhirnya menyerah dan memasang Fox, menonton siaran ulang Harry Potter untuk yang kesejutakalinya.

Sebagai generasi yang tumbuh bersama buku-buku dan film Harry Potter, tentunya aku adalah salah satu potterhead. Aku bahkan punya tato berbentuk petir yang terinspirasi dari luka milik Harry. Hanya saja punyaku sengaja kubuat di tangan, bukan di kening. Lagian aku belum segila itu sampai mau menato wajahku.

Will meletakan dua gelas kopi di atas meja dan bergabung bersamaku di sofa untuk menyaksikan Harry Potter.

"Nyokap lo tuh," ucap Will saat melihat sosok Umbridge di layar.

Aku tertawa. "Si bego, nyokap gue nggak pake baju serba pink gitu kali."

"Tapi mirip lah nyebelinnya," sambung Will.

"Yah, lumayan."

Will kenal Mamaku. Aku dan Will sudah berteman sejak kami kuliah. Meski kami tidak kuliah di fakultas yang sama dan Will tidak pernah menyelesaikan studinya, tapi bangku kuliah adalah tempat di mana kami pertama bertemu. Pertemanan kami yang panjang itu membuat dia menyaksikan banyak kejadian dalam hidupku, termasuk hal-hal menyebalkan yang dilakukan Mama.

Mamaku memang bukan jenis ibu yang suka memukul, tapi kami punya love-hate relationship yang lebih banyak didominasi kebencian. Waktu kecil aku kerap dijadikan umpan untuk dijodoh-jodohkan dengan anak temannya yang kaya. Dia juga sering membanding-bandingkan aku dengan anak teman sosialitanya yang kuliah di luar negeri, punya suami bule, atau bahkan sepupu-sepupuku yang menikah dengan pria kaya setelah kuliah dan langsung punya anak. Sayangnya aku tak pernah berpikir untuk menyenangkannya dengan mengorbankan kebahagiaanku. Aku memilih untuk meniti karier sesuai passion, meski artinya aku harus berusaha dari bawah dan tanpa bantuan. Karena itulah saat Papa membelikanku apartemen sebagai hadiah lulus kuliah, akupun segera hijrah dan memulai kehidupanku sebagai manusia dewasa. Sayangnya hubungan burukku dengan Mama tidak berhenti di sana, ketika Papa mewariskan lebih banyak harta padaku saat meninggal, Mama seolah merasa dikhianati dan memilih menjadi musuh terbesar dalam hidupku. Padahal Papa meninggalkan rumah mewah, sederet vila, dan aset yang diwariskannya pada Mama.

Papa pernah bertanya kenapa aku tak ingin menurut saja dan mengikuti apa yang diinginkan Mama, dan saat itu aku menjawab bahwa aku sengaja melakukan itu untuk membuat dia sadar bahwa hidupku bukan miliknya. Kemudian dia menertawai jawaban itu sambil mengacak rambutku.

Papa adalah orang yang santai dan humoris. Entah dia sial atau dikutuk hingga punya istri seperti Mama. Tapi sepertinya Papa tetap tabah menghadapi sifat istrinya dan selalu mencintai Mama hingga meninggal di usia yang belum 60 tahun. Kemudian, tak sampai tiga tahun setelah kepergian Papa, Mamaku menikahi mantan partner bisnis Papa.

"Lo nonton apa bengong sih?" tanya Will mengejutkanku.

"Nonton," dustaku.

"Halah, dari tadi gue tanya diem aja," ujarnya.

"Emang lo nanya apa?"

"Lo nggak mau benerin HP?"

"Kayaknya gue beli yang baru aja deh," ucapku. "Hp itu juga udah gue pake dua tahun lebih. Mungkin udah waktunya gue ganti HP."

"Mau dianter sekarang?"

"Lo beneran nggak ada kerjaan ya? Dari kemaren nemenin gue mulu."

"Kan gue udah bilang, gue baru ada kerjaan hari Rabu, dan ini masih Senin. Jadi mau dianter nggak?"

"Lo mandi dulu gih," perintahku.

"Udah mandi kok gue semalem."

"Heh, paus! Ini udah ganti hari, jorok lo!"

"Kok jorok sih? Wangi kok gue," ujar Will seraya mengendus ketiaknya. "Nih coba cium kalau nggak percaya."

Pengar yang belum sepenuhnya hilang membuat reflekku buruk, dalam sekejap ketek Will mendarat di hidungku. Lengkap dengan bulu-bulu sebagai bonus.

"Paus gila!" omelku sambil memukulnya membabi buta.

---

Music Video : Shake It Off by Taylor Swift

——
Haiii.... jangan lupa cek IGku yaa @kinantiwp karena lagi ada GA uang/pulsa 50.000 untuk para pembaca Tanya Tania. Cuma sampai besok, loh! 😍😍😍

Tanya Tania [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang