8 -- Crisis

24K 1.8K 72
                                    

Sial

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sial. Sial! SIAL!

Ada masalah apa sih antara rumah Will dan ponselku? Kenapa setiap kali tidur di rumah Will aku selalu terbangun karena bunyi ponsel yang nggak tahu sopan santun. Kayaknya belum juga lima menit sejak aku memejamkan mata. Belekan aja belum, udah terpaksa bangun.

Rasanya kepalaku akan meledak ketika ponselku yang baru berhenti berdering beberapa detik itu kembali berbunyi. Kutendang selimut yang menutupi tubuh telanjangku keras-keras, tak peduli pada Will yang sedang tertidur pulas. Perkara Will terbangun aku bisa urus nanti, tapi si penelepon ini harus diberi pelajaran.

Lagian kenapa aku lagi-lagi lupa untuk mematikan ponselku? Ini benar-bener seperti kutukan!

Aku berjalan menuju meja di sudut kamar Will. Tanganku menggapai tas yang tergeletak di atas meja meski mataku belum terbuka. Kalau telepon sialan itu berbunyi karena Mama lagi, kupastikan nomerku akan mendarat di dalam kakus sesegera mungkin!

"Halo!" seruku sewot tanpa melihat siapa sang terdakwa pengganggu tidurku kali ini.

"Tan, lo di mana? Bisa balik ke kantor sekarang?" tanya seseorang di seberang telepon.

"Bang Andre? Kenapa emangnya, Bang? Gue baru tidur sebentar banget nih. Emang udah pagi apa?" ucapku malas-malasan.

"Joseph Laksmono ditemukan tewas di parkiran Exhale. Kita butuh kamu."

Mataku yang tadi masih rapat mendadak terbelak. "APA? Jolak anaknya Bambang Laksmono?"

Aku tahu siapa Joseph Laksmono. Bahkan kami cukup sering bertemu sehingga saling menyapa dengan nama panggilan. Jolak adalah anak pengusaha bisnis retail yang sedang hangat dibicarakan. Seingatku baru setahun dia kembali dari Amerika setelah menyelesaikan kuliah S2, dan kini dia memimpin salah satu anak perusahaan milik keluarganya.

"Iya."

"Oke, gue ke kantor sekarang."

Aku segera menutup telepon dan langsung mencari pakaianku yang berhamburan di segala tempat. Sepertinya aku dan Will harus mulai mengurangi adegan lempar-lemparan baju sebelum olah raga ranjang. Memunguti pakaian dalam keadaan setengah sadar akibat kantuk yang belum terbayar adalah ide yang buruk. Kelingking kakiku sukses mencium ujung lemari Will karena aku berjalan terburu-buru.

"ADUH!" jeritku. "Shit!"

Aku meringkuk sambil memegangi kakiku. Patah hati aja nggak sesakit ini deh kayaknya.

"Lo kenapa?" Will tiba-tiba bangun.

Sial! Aku lupa kalau Will masih tidur.

"Sorry... Sorry. Lo tidur lagi aja."

"Lagian lu ngapain akrobat pagi-pagi buta? Bukannya tidur. Mau melarikan diri?" tanya Will yang sudah jelas enggan kembali tidur dan lebih tertarik untuk menginterogasiku.

"Bang Andre minta gue balik ke kantor. Urgent," sahutku.

"Hah? Yang bener aja si Andre. Udah lo tidur lagi aja, siangan dikit nanti gue anter."

"Nggak bisa. Gue harus balik ke kantor sekarang."

"Ada apa emangnya?"

"Bisa tolong bantuin nggak?" tanyaku sambil mendekat ke tempat tidur.

Will bangkit dari posisi tidurnya dan menarik resletingku hingga menutup. Kemudian dia manarikku hingga aku duduk di pangkuannya. Syukurlah boxernya sudah terpasang dengan baik dan benar. Kalau enggak, bisa terjadi hal-hal yang diinginkan, eh, maksudku tidak diinginkan.

"Yakin lo mau balik ke kantor? Lo baru tidur sebentar banget. Emang ada apa sih?"

"Ada yang ditemukan meninggal di parkiran Exhale. Gue harus balik ke kantor, nyiapin segalanya sebelum pers mencium informasi tentang itu. Gue harus menjaga Exhale tetap berdiri besok pagi."

Tak ada keraguan dalam suaraku. Apa yang dialami Exhale saat ini mungkin adalah satu-satunya hal yang menentukan nasip karierku ke depannya. Krisis seperti ini adalah hal yang paling ditakuti oleh setiap perusahaan, dan pekerjaan terberat tentu akan berada di pundak para public realtions-nya. Karena mulai detik ini, segala informasi yang keluar dari managemen maupun karyawan Exhale lainnya akan jadi penentu apakah masih ada masa depan bagi perusahaan ini. Dan aku sebagai kepala divisi PR akan memastikan bahwa masih akan ada Exhale setelah terpaan badai ini.








---

Music Video: Show Me Love by Above & Beyond vs Armin van Buuren

Tanya Tania [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang