"Menyontek adalah seni menyalin dengan pintar!"
~Reza widinata~
Sebuah sinar matahari masuk melewati ventilasi jendela kamar yang bernuansa warna abu-abu, serta terlihat sebuah dinding yang di penuhi oleh beberapa koleksi Airsoft mulai dari unit Hand gun, AEG, hingga senapan sniper. Dan cahaya yang masuk tersebut menyilaukan mata seorang laki-laki yang tengah berbaring di ranjang yang nyaman dan begitu posesif.Dia adalah Rian, Saat dirinya memalingkan wajahnya ke arah sebuah jam dinding yang menujukan pukul 06.00 dengan cepat Rian bergegas untuk menyiapkan dirinya berangkat ke sekolah.
Setelah selesai bersiap tidak lupa juga dia harus menggunakan kontak lensa yang di berikan oleh dokter Natalia kemarin agar dirinya terlihat sempurna di mata semua orang saat berada di sekolah.
Rian pun keluar dari kamarnya kemudian turun dari anak tangga menuju ke ruang makan, jangan lupakan ciri khas Rian yang selalu menggunakan hoodie saat ke sekolah. Dimana saat ini hoodie dengan warna mocca tarbalut sempurna di tubuhnya dan juga tas oxford di punggung kirinya.
Saat di ruangan tersebut Rian melihat seorang wanita dengan rambut layer sebahu berwarna coklat terang dan wajah yang cantik tak kalah seperti anak muda tengah menyiapkan sarapan pagi di meja makan.
"Selamat pagi sayang," sapa Stelin mama Rian sambil tersenyum hangat.
"Pagi juga mah." Balas Rian sambil membalas senyuman hangat tersebut.
Tidak lama kemudian seorang pria tinggi dengan punggung tegap dan juga garis rahang tegas membuat kesan tampan diwajah itu pun berjalan menuju ke arah ruang makan.
"Pagi Rian, bagaimana keadaan mata kamu?" Tanya pria itu yang adalah Davin ayah Rian sambil menarik kursi dan duduk di sebelah anaknya.
"Pagi juga pah, belum ada perubahan."
Setelah mendengarkan jawaban tersebut Davin hanya terdiam sambil menganguk-ngangukan kepalanya dan kemudian menepuk pundak anaknya itu memberikan semangat.
Davin menatap anaknya seperti mengatakan bahwa jangan menyerah dalam keadaan kekurangan yang kamu miliki karena pada dasarnya semua manusia spesial, jujur saja dirinya sangat bangga dengan potesi yang anaknya miliki.
Pemandangan yang Stelin lihat di depan matanya membuat dia senang dan menampilkan senyum tipis di bibirnya. Kini mereka memakan sarapan pagi mereka dengan tenang.
Setelah mereka bertiga selesai sarapan bersama, tidak ada sebuah kata-kata yang keluar dari mulut mereka masing-masing, hingga seseorang memulai membuka sebuah percakapan di meja makan.
"Mama akan pergi ke luar negeri besok untuk menyetujui kerja sama di sana," Ujar Stelin melihat kedua laki-laki tersebut.
"Kerja! kerja! kerja! Kerja terus di pikiran kamu?! Aku sudah bilang kamu nggak usah kerja keras! kamu cukup di rumah saja!" Tekan Davin kesal akan perkataan istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Buddy's
Teen FictionREVISI⚠️ Menceritakan tetang 4 sekawan yang saling melindungi dan peduli satu sama lain di Candles High School serta bakat yang luar biasa mereka miliki untuk melengkapi satu sama lain. Salah satu kesamaan mereka adalah memiliki nama yang berawalan...