Gelapnya langit malam pun menyapa setengah dari bumi sehingga kini setengah dari bumi itu memancarkan sesuatu keindahan yang hanya bisa di lihat pada malam hari. Terlihat di sebuah apartemen seorang gadis tengah bergulat dengan buku yang ada di hadapanya, dalam mengerjakan soal matematika yang diberikan oleh Sir Dewo sebagai hukuman karena terlambat datang ke sekolah.
"Kenapa soalnya susah banget sih?!" guma Meiva sambil mengaruk kepala sakin bingungnya.
Gadis itu adalah Meiva, dan malam yang seharusnya menjadi malam yang tenang malah menjadi malam mematikan karena soal matimatika yang belum terpecahkan. Hingga setengah jam berlalu hanya bisa mengerjakan dua jawaban yang pasti.
"Argghh.." teriak Meiva akhirnya frustrasi.
"Sepertinya gue butuh joki!" Pikiran pendek Meiva karena sudah menyerah dengan keadaan.
Tidak lama kemudian terdengar bel apartemennya berbunyi, dengan malas Meiva pun pergi ke arah pintu apartemen untuk melihat siapa yang datang malam-malam begini.
Pintu apartemen itu pun terbuka, dan menampilkan sosok seorang cowok tampan yang berbalut dengan hoodie hitam di balik pintu tersebut dengan tas yang mengait di pundak kananya yang sedari tadi menekan bel apartemen.
"Lama amat bukanya." kata Rian dengan wajah datar miliknya.
"Lo ngapain ke sini?!" tanya Meiva sambil mengerutkan keningnya.
"Menurut lo?" bukanya menjawab pertanyaan gadis itu. Rian malah balik bertanya kembali dan membuat Meiva menjadi bingung.
Rian langsung saja masuk ke dalam ruang tamu apartemen itu dan tentu saja melewati Meiva yang masih setia berdiri di depan pintu dengan ekspresi muka heran akan kedatangan cowok itu.
'Cukup matimatika yang jadi beban ku tolong jangan menambahkan beban makhluk hidup lagi Tuhan.' Batin Meiva capek dengan badai kehidupan yang dia harus hadapi.
Rian pun mendaratkan bokongnya di kursi sofa ruang tamu milik sambil tidak tau malunya memakan camilan yang ada di atas meja. Meiva datang dengan tatapan heran melihat tingkah laku cowok itu sementara yang di tatap tetap santai memakan camilan yang kelihatan seperti astor.
Melihat hal itu membuat Rian seketika langsung menyondorkan toples yang ada di tangannya kepada Meiva untuk berbagi camilan. Sambil mengangkat satu alisnya seolah-olah tengah mengatakan mau? Pada Meiva.
"Lo ngapain ke sini?!" tanya Meiva lagi untuk yang ke dua kalinya.
Rian pun menghembuskan napasnya dan mengeluarkan sebuah buku tulis kemudian meletakkan di atas meja lalu melihat ke arah Meiva yang berada di depannya.
"Ngerjain tugas hukuman dari sir Dewo bareng lo." jawab Rian.
"Hah? Lo datang malam-malam kemari cuma mau kerja tugas bareng gue?!"
"Iya. Gue belum kerjain sama sekali, jadi gue liat punya lo." jawab Rian lagi lalu mengambil buku tulis Meiva yang juga berada di atas meja tersebut.
"Rangking satu masih mau ambil contekan anak pindahan? Lo sehat?" ejek Meiva.
"Hmm, emangnya kenapa kalau gue salin tugas lo?! Gue salah?!" kata Rian sambil mengangkat satu alisnya ke atas.
"Lagian gue di sekolah cuman do the best i can." Jelas Rian.
"Anak baru kayak lo perlu tau kalau di sekolah masih banyak yang ambis, pinter, dan lebih rajin dari gue. tapi gue selalu beruntung bisa jadi rangking 1 paralel." Mendegar hal itu membuat Meiva langsung terdiam.
Dan Rian membuka buku tulis milik Meiva yang dimana di dalamnya hanya terdapat dua jawaban.
"Lo baru kerjain dua nomor?" tanya Rian sambil menatap Meiva.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Buddy's
Teen FictionREVISI⚠️ Menceritakan tetang 4 sekawan yang saling melindungi dan peduli satu sama lain di Candles High School serta bakat yang luar biasa mereka miliki untuk melengkapi satu sama lain. Salah satu kesamaan mereka adalah memiliki nama yang berawalan...