Penerimaan Diri

549 89 20
                                    

Istirahat akhirnya tiba, Rian melangkah pergi dari kelas menuju ke lapangan interior bola basket, sesampainya Rian di tempat yang sunyi itu membuat dirinyan menghela nafas sambil duduk di salah satu bangku yang berada di pinggir lapangan.

'Kenapa hidup gue kayak gini sih?!' batin Rian sambil mengacak-acak rambutnya.

Tiba-tiba sebuah bola basket mengelinding di hadapannya dan menyetuh kaki kirinyanya, melihat bola itu membuat Rian menengok ke arah si pelempar bola tersebut.

"Ngapain lo disini?" tanya Rian sambil mengangkat satu alisnya.

"Harusnya gue yang nanya kayak gitu." ujar si pelempar bola basket tadi yaitu Cynthia.

Gadis itu langsung duduk di samping sang sepupunya dan melihat ke arah ring bola basket yang ada di sport hall tersebut.

"Lo tau gak?"

"Nggak."

"Kan gue belum selesai ngomong, makanya lo nggak tahu!" kesal Cynthia melihat ke arah Rian yang tertawa.

"Dasar Kucing!" Ujar Rian.

"Kucing kata lo?!" Kesal Cynthia yang selalu di miripkan dengan kucing oleh sepupunya.

"Yes, you are a cat who really likes to sleep. Dan lo orang yang suka marah dan manja tiba-tiba, buktinya ada di kedua gigi ginsul lo yang udah mirip taring kucing." Ledek Rian sambil menunjukan foto cynthia yang sangat mirip kucing di ponselnya.

" Ledek Rian sambil menunjukan foto cynthia yang sangat mirip kucing di ponselnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nih mirip banget anjir." Ledek Rian lagi dan tertawa makin keras.

"Sialan emang lo! Orang juga mau ngomong serius!" Kesal Cynthia.

"Yaudah lanjutin." pinta Rian.

"Ada kata-kata yang mengatakan bahwa kita Jangan pernah salahin diri kita sendiri, dan lo udah berusah sangat baik sampai lo bisa buat sekolah ini ikut lomba internasional bola basket. Lo udah berusaha dengan baik dan jangan pernah salahin diri lo sendiri karena keadaan lo." ujar Cynthia panjang lebar lalu sambil tersenyum ke pada Rian.

"Peduli nih ceritanya?" Goda Rian.

"Dahlah lupakan!"

"Haha...thanks buat kata-kata lo Cyn, gue bisa belajar bahwa Kegagalan bisa diterima. Tapi tidak mencoba adalah sesuatu yang berbeda, menurut gue gagal pun gak masalah yang penting gue udah negelakuin yang terbaik." kata Rian yang memegang bola basket sambil pandangannya melihat ke arah Ring bola basket.

"Seberapa jauh basket mengubah lo?" Tanya Cynthia penasaran sambil melihat ke arah pandangan Rian.

"Jauh banget Cyn, sampai gue tau endingnya bermain basket ternyata gak ada batasnya. Tapi membawa nama klub tim basket profesional dan nama sekolah ada batasnya." Ucap Rian.

Rian kembali mengingat titik perjuangannya di dunia olahraga basket, dirinya selalu berusaha selalu tetap konsisten dalam latihan walaupun belum pernah menjuari sebuah lomba.

The Buddy'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang