WHen He is Coming Back,

189 22 2
                                    

Sebuah bola melintas di depannya, entah siapa orang tua yang membiarkan anaknya bermain di taman pada malam hari. Ji Eun tidak memusingkan hal tersebut dan terus sibuk dengan ketenangannya. Mencoba meresapi udara yang berhembus di sela pori-pori kulitnya hingga sebuah rasa nyaman timbul dalam dirinya. Duduk bersandar di tengah taman yang indah, ditambah dengan temaram lampu taman. Suasana yang nyaman setelah sibuk seharian mengurusi pekerjaan yang menggunung di kantor.

Lee Ji Eun adalah seorang penulis, dia tidak menelurkan buku-buku yang tercetak. Dia adalah seorang editor, dan  terkadang menulis bukunya sendiri untuk dijual secara online. Penjualan buku secara online memiliki prospek yang cukup bagus. Penghasilannya memang tidak cukup untuk membuat gunungan emas di rumahnya, namun penghasilannya cukup untuk memenuhi kehidupan sederhana ala Ji Eun.

Saat menikmati kesunyian malam, ada suara yang memanggilnya. Ingin dia hiraukan bak angin lalu, namun suara itu semakin mengusik hingga dirinya tidak bisa mengelak. "Noona... Noona", sebuah suara yang sangat ia kenal, sebuah suara yang sudah lama dia tidak dengar. Meskipun suara ini berbeda dan terkesan lebih dewasa, namun ia tidak pernah akan melupakan suara ini.

 Meskipun suara ini berbeda dan terkesan lebih dewasa, namun ia tidak pernah akan melupakan suara ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ingin membuka mata dan bebicara, namun hati ini menghentikan semua niatan ini. Berharap bahwa semua ini hanya ilusinasi yang biasa dia mainkan saat mengedit sebuah cerita namun suara itu terus mengusik. "Noona, apa kamu tidak merindukanku. Aku bahkan harus mencarimu selama sebulan penuh setelah kembali kesini, kenapa kamu pergi dan tidak ada yang mengetahui keberadaanmu. Bahkan teman-temanmu dulu tidak tau kamu dimana".Bukan sebuah kata-kata hangat yang terdengar melainkan sebuah pertanyaan yang memilukan, "apakah keberadaanku sangat penting?"

Bukan sebuah kata-kata hangat yang terdengar melainkan sebuah pertanyaan yang memilukan, "apakah keberadaanku sangat penting?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa noona berkata seperti itu?, apa aku terlalu menyakitimu. Bukankan apa yang aku lakukan adalah apa yang kamu inginkan?", Iris mata yang tak lagi berbinar mencoba meyakinkan sang pemilik mata tajam yang memandang dengan tatapan menusuk.

"Lalu kenapa kamu kembali?", bukanlah sebuah penjelasan akan situasi yang terjadi. Hanya ada pertanyaan-pertanyaan yang keluar dari bibirnya.

"Apa hanya ada pertanyaan yang menyakitkan yang bisa kamu ucapkan, apakah kamu tidak penasaran dengan apa yang sudah aku lalui selama ini," mendudukkan dirinya di samping gadis mungil yang masih tidak bersahabat.

"Untuk apa penasaran dengan orang yang sudah aku lupakan?," tidak tergerak atau berubah. Ji Eun masih teguh pada pendiriannya.

Mencoba mengembangkan senyum dengan helaan nafas kasar yang tak disadari keluar dari mulut Jungkook, "baiklah noona, aku tidak akan memaksamu untuk bersikap baik padaku. Sekarang tolong temani aku makan malam" belum sempat Ji Eun membantah, Jungkook berkata "aku tau kamu belum makan, jadi biarkan aku melakukan hal yang ingin kulakukan sejak beberapa jam yang lalu. Lagi pula aku sudah memberikan waktu untuk dirimu menenangkan diri, seperti biasanya bukan". Masih enggan bergerak, Jungkook menarik Ji Eun dengan lembut.

Tibalah mereka di sebuah kedai penjual makanan. "Ini adalah kedai terdekat, aku sudah terlalu lapar untuk mencari-cari makanan atau cafe lainnya. Tidak apakan?"

"ehmm...", setidaknya dia masih mau menemaniku makan. Itulah yang dipikirkan oleh Jungkook.

Mencoba mencairkan suasana dengan cerita-cerita lucu atau hal-hal menarik, terkadang berhasil dan menghasikan sebuah senyum kecil. Sebuah senyum yang coba disembunyikan. "Noona, ada kejutan untukmu besok. Tunggulah"

TBC

Created by

L.C.S.B

Dikala SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang