Duduk menunggu di sudut cafe, menyeruput secangkir moccacino. Mungkin sedikit asupan gula dapat menetralisir kegugupanku.
Denting lonceng pintu pun terdengar, seketika kegugupan yang mulai terkontrol, mencuat kembali menyebabkan debaran tak menentu. Bahkan aku belum berbicara dengannya.
Kau terlihat sangat santai dengan pertemuan kali ini, bahkan dirimu bisa tersenyum dengan menggemaskan di depanku. Senyum yang tak pernah ku lihat 2 tahun belakangan ini.
Jungkook Side
Termenung setengah jam di dekat cafe, menunggu diri ini siap. Menghadapi dan menemuinya, harus ku lakukan. Menunggu dan mengikutinya hanya akan menyiksaku. Jangankan aku, dia pun tersiksa dengan semua ini.
Kulihat seorang gadis terduduk di pojok cafe, entah apa yang difikirkannya. Aku membuka pintu, sepertinya dia menyadari hal itu. Oh lihatlah dia terlihat sangat gugup dengan kedatanganku. Sungguh menggemaskan.
Back to Ji Eun
"Hai," satu kata yang keluar dari bibirnya yang tak pernah surut menampilkan senyuman. Bahkan aku tak mampu menjawab satu kata itu.
Mencoba mengendalikan diriku. Aku mengacuhkannya sejenak. "Aku akan profesional," satu kalimat yang aku persiapkan sejak semalam. Bahkan kantung mataku sudah terllihat saat ini. Aku harus maskeran nanti malam. Meskipun aku penulis dan sering begadang, aku tak pernah melupakan kesehatan kulit dan wajahku. Setidaknya aku ingin mengapus anggapan, kalau penulis itu tak terawat atau jelek. Hei penulis itu profesi, dan profesi tak berhubungan dengan fisik.
Senyumnya kini makin lebar mendengar kalimat itu, huft aku sudah tau dia selalu seperti ini. Mau bagaimana lagi, aku tak mungkin membuat Eun Woo merugi karena kehilangan klien sepenting ini.
"Kita akan pergi beberapa hari lagi. Apakah kamu sudah memberi tahu Taehyung?,". Oh aku melupakan Taehyung, bahkan 3 hari lagi aku akan ke Bali. Oh maafkan aku Tae
"Itu urusanku. Urus saja urusanmu. Kita profesional dalam hal ini,". Kulihat smirknya keluar, oh siapa yang mengajarkannya menyeringai seperti itu. Ya ampun, apa yang sebenarnya dia lakukan di Jepang selama ini.
"Baiklah noona, aku akan mengabaikannya. Meskipun dia temanku," menjeda beberapa detik. "Kita akan di Bali selama 3 bulan, maaf memperpanjang waktu perjalanan. Aku pun baru memberitahu bosmu terkait hal ini. Jangan salahkan dia," apakah dia peramal. "Kenapa aku menambah waktu perjalanannya?, aku butuh waktu mencari inspirasi dan alur ceritanya. Bahkan aku harus mengalami cerita dari novel yang akan aku buat. Aku dengar noona adalah seorang penulis dan editor yang profesional. Penelitianmu sebelum menulis, bukan sekedar penelitian biasa. Bahkan kamu bertemu langsung dengan para penjajah seks," smirk itu kembali menghiasi wajahnya. "Hah, apakah ada pertanyaan lebih lanjut noona,"
"Apa yang mau kamu rasakan?," berucap datar dengan rasa penasaran yang membuncah. Oh tenang, meskipun aku penulis. Aku bukan orang bodoh atau gila yang akan menghancurkan hidupku demi sebuah karya tulis. Hidupku lebih berharga bukan.
"Kencan, ayo kita kencan selama di Bali," mataku terbelalak mendengar satu kata itu.
"APA?, apa maksudmu Joen Jungkook!!!"
"Bukankah sudah jelas apa yang aku katakan noona. Aku bahkan tidak meminta bercinta denganmu. Ayolah noona, ada apa dengan tatapanmu ini. Nama profesionalitas yang noona miliki. Noona akan menjadi mentor atau penasehatku selama menulis karya romanceku. Aku perlu merasakan hal itu.
"YAH... Kau benar-benar. Apakah 2 tahun di Jepang kamu tak pernah berkencan. Jangan bilang tidak Jungkook. Jangan berbohong padaku,"
"Aku bahkan belum mengatakan apapun, kamu sudah menuduhku bohong," oh apa-apaan dia, bahkan sekarang dia pintar mengerucutkan bibirnya ini. Oh Tuhan. Makhluk apa lagi yang aku hadapi saat ini. Kemana Jungkook yang dewasa selama ini. "Jungkookmu yang dewasa sudah hilang noona sejak 2 tahun yang lalu. Sejak Noona memintaku pergi,"
TBC
Created by
L.C.S.B