Bab 7 - Heart & Hurt

190 30 2
                                    

Datangnya cinta dari terbiasa. Datangnya kecewa, karena berharap pada manusia

💫💫

Bintang keluar dari UKS dengan salep di tangannya. Entah kerasukan jin mana hingga membuat Bintang mau-mau saja menuruti permintaan Alma untuk mengambil salep.

Tapi, kalau dipikir-pikir lagi, sebenarnya ini bukan hal yang aneh atau salah. Anggap saja ini bentuk pertanggungjawaban Bintang kepada Alma, karena tangan cewek itu bisa terluka juga karena dia.

Baru sepuluh langkah berjalan dari UKS, Bintang bertemu dengan Kirana yang tampak dipapah oleh Lita-sahabat Kirana. Bintang secara reflek menangkap Kirana yang hampir jatuh ke lantai. Cewek itu terlihat lemas.

"Kirana kenapa Ta?"

"Tadi kita mau ke kantin, terus Kirana ngeluh kepalanya pusing, yaudah gue bawa ke UKS. Dari pagi dia emang kayak lemes gitu."

Setelah mendengar penjelasan Lita, Bintang dengan cekatan menggendong Kirana ke UKS. Sejenak, Bintang melupakan Alma yang menunggu salepnya.

Bintang dengan hati-hati menidurkan Kirana yang sudah benar-benar tak sadarkan diri di atas brankar. Cowok itu meraih botol minyak angin yang ada di kotak P3K, kemudian mendekatkan minyak angin itu ke hidung Kirana. Berharap dengan cara ini, Kirana bisa cepat sadar.

Lita yang tampak cemas, menepuk-nepuk pelan pipi Kirana. Usahanya membangunkan Kirana.

Beberapa menit berlalu tapi Kirana tak kunjung sadar. Bintang yang makin cemas meminta Lita mencari dokter Alya-dokter yang biasa berjaga di UKS.

Selagi menunggu Lita, Bintang masih terus berusaha membangunkan Kirana. Hingga akhirnya cowok itu bisa bernapas lega saat Kirana membuka mata.

"Na, udah sadar? Gimana? Masih pusing kepalanya?"

Rentetan pertanyaan Bintang tadi hanya dibalas oleh Kirana dengan kerjapan mata.

"Sabar bentar ya, Lita lagi manggil dokter Alya. Lo istirahat aja dulu."

Kirana yang tampak masih lemas hanya menurut. Sementara Bintang duduk di sebuah kursi yang ada di samping brankar Kirana. Cowok itu bergerak menarik selimut untuk Kirana.

"Lo mau minum Na?"

"Boleh," Kirana mengangguk.

Bintang mengambil air dari galon yang di letakkan di sudut ruangan. Pelan-pelan, cowok itu membantu Kirana minum. Setelahnya, ia letakkan gelas yang masih berisi air di atas nakas. Saat itu pula matanya menangkap salep yang tadinya ia ambil untuk Alma.

Cowok itu berdecak. Bingung antara tetap di UKS menemani Kirana atau pergi ke rooftop untuk memberikan salep ini pada Alma. Jika dia tetap di UKS, bisa jadi Alma kini sedang menunggunya memberi salep ini. Tapi jika dia pergi ke rooftop, Kirana akan sendirian. Bintang mengamati Kirana yang memejamkan mata. Tangan cewek itu memijit pelipis sambil sesekali meringis. Bintang tidak tega.

Mungkin jika bukan Bintang penyebab tangan Alma terluka, kedua hal tadi tidak akan menjadi pilihan yang sulit.

Sejenak cowok itu melirik jam yang tertempel di dinding putih UKS, sebentar lagi masuk. Bintang kembali berdecak, dia memilih untuk tetap di sini. Lagipula, Alma tidak akan repot-repot menunggunya di rooftop, karena cewek itu harus ke kelas saat bel masuk.

***

Alma membunuh rasa bosannya dengan memainkan kedua kakinya sambil menyenderkan tubuhnya ke punggung kursi. Sesekali ia melirik ke arah Rahel yang tengah mengamati bunga-bunga yang berjejer di tepi rooftop.

Astrophile Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang