Bab 19 - Terhapus

176 27 2
                                    

Aku hanyalah segumpal awan yang tak berarti, katamu. Tapi nyatanya, gumpalan awan itu berubah menjadi mendung kelabu. Lalu turunlah hujan yang mengganggumu.

💫

Alma yakin laki-laki yang ia temui kemarin saat di mall, menyampaikan pesannya kepada Mama dengan baik. Tapi dia tidak yakin kalau Mama akan menyambut baik pesannya itu.

Dan terbukti kan, sekarang? Mamanya tidak datang ke Indonesia. Jangankan untuk mengambil rapor, untuk memenuhi panggilan guru BK saja, Mama tidak datang.

"Alma, mana orangtua kamu?"

Alma menatap kelasnya yang sekarang sudah dipenuhi oleh orangtua teman-temannya yang hendak mengambil rapor anaknya. Cewek itu kembali menatap Bu Indri---wali kelasnya sekaligus orang yang bertanya padanya tadi.

"Mama saya sibuk Bu. Jadi saya sendiri yang akan ngambil rapor saya."

Melihat Bu Indri hendak protes, Alma dengan tidak sopannya memotong. "Tenang aja Bu, nakal-nakal gini saya jujur kok. Nanti kalau nilai saya jelek, saya bakal marahin terus ngehukum diri saya sendiri."

Setelahnya Alma berjalan menuju bangkunya, yang sebelahnya sudah di isi oleh Tante Asta---Mama Rahel.

"Tante~" cewek itu memeluk Tante Asta yang sudah akrab dengannya, karena saking seringnya memintakan ijin Rahel memginap di rumahnya.

"Apa kabar, Alma?" tanya Tante Asta sambil mengelus rambutnya.

"Seperti yang Tante lihat, aku makin cantik," kata Alma sambil terkekeh.

"Narsisnya juga nambah nih," balas Tante Asta sambil tertawa.

Setelah menyapa para wali murid, Bu Indri tadi pamit untuk mengambil rapor ke kantor. Alma memanfaatkan momen itu untuk ijin ke kamar mandi.

Tapi bukannya masuk ke kamar mandi, Alma malah duduk di bangku taman dekat kamar mandi. Cewek itu berusaha menelpon mamanya. Dan dia bejanji pada diri sendiri, kalau sampai pada panggilan kelima, Mamanya tetap tak mengangkat telponnya, dia tidak akan pernah menelpon Mamanya lagi.

Tapi untungnya, dipercobaan ketiga, Mama mengangkat telponnya. Karena jika tidak, Alma tidak yakin apakah dia bisa menepati janjinya tadi.

"Aku kaget Mama ngangkat telpon aku." alih-alih mengatakan rasa rindunya yang sudah menumpuk pada Mama, cewek itu justru membuka dengan kalimat sinis diiringi tawa singkat yang kentara begitu sarkas.

"Maaf ya, Mama lagi sibuk, Sayang." dan seperti biasa, tanpa nada kecewa ataupun bersalah, Mama membalas Alma dengan nada bicara seolah-olah hubungan mereka baik-baik saja.

Tapi itu bagus. Kalau Mamanya menjawab dengan nada kecewa karena ucapan sarkasnya, maka Alma yang akan merasa tidak nyaman. Dengan begini, Alma akan tetap bisa memperlihatkan rasa tidak sukanya.

"Eum... Mama nggak berniat minta maaf ke aku?"

"Soal---ah ya, Mama lupa. Maaf nggak bisa datang buat ngambil rapor kamu. Mama masih sibuk."

Mama sibuk.

Mama lagi sibuk.

Mama masih sibuk.

Sibuk. Sibuk. Sibuk. Kapan nggak sibuk sih Ma?!, Alma berteriak di dalam kepala.

"Lagi?"

"Hm?" tiba-tiba saja Alma membayangkan Mamanya mengernyit sambil bergumam. "Apalagi?"

Alma mendongakkan kepala lalu menghembuskan napas tak percaya. "Beberapa hari lalu aku ulang tahun."

"Oh ya?! Ya ampun, Mama sampai lupa. Happy Birthday, sayang."

Astrophile Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang