Cuma mau mengingatkan, kalau semua orang itu berpotensi menyakiti
💫💫
Sudah tiga hari berlalu sejak kejadian Alma mimisan. Dan tiga hari itu Alma lewati dengan bayang-bayang kecemasan Rahel.
Sahabatnya itu tak bosan membujuknya pergi ke dokter. Dan tak bosan pula Alma menolak bujukan itu. Dia selalu meyakinkan Rahel bahwa dia baik-baik saja. Karena memang begitu faktanya, Alma sudah tidak mimisan atau merasa pusing lagi.
Tapi mungkin Alma akan membalikkan fakta jika Bintang yang menanyakan keadaannya. Sayangnya, cowok itu tidak pernah bertanya. Alma pikir apa?! Setelah kejadian di cafe itu Bintang akan berubah perhatian padanya? Sungguh, pemikiran yang tidak berdasar.
"Ma, popmie lo abis ya?"
Alma dan Rahel yang enak-enak rebahan di atas kasur menoleh ke arah pintu kamar dimana Martin sudah berdiri. Sedangkan Yusuf yang duduk di sofa pojok masih konsen dengan gamenya---iya, sahabat Alma yang satu itu generasi HP miring alias gamers.
"Budhe Narti baru dateng besok, Marimar," balas Alma menyebut pembantunya yang rutin datang satu minggu sekali itu.
"Ck, terus gue makan apaan?! Laper nih."
"Makan batu!" celetuk Rahel yang asik memakan kuaci.
"Coba lo dulu!" balas Martin kesal. Dia itu kalau lagi lapar, jadi rese. "Udah ah, gue beli di minimarket depan aja."
"Nah gitu dong. Jangan taunya ngabisin doang, sekali-kali isiin tuh kulkas gue!"
"Yeee dasar jambu busuk!"
"Elo belatungnya jambu busuk!" balas Alma pada Martin yang sudah keluar kamar Alma.
Sebenarnya kamar yang sering mereka berempat gunakan untuk kumpul ini bukan kamar Alma tapi kamar tamu. Karena mau sedekat apapun mereka, mereka masih tahu batasan antara cewek dan cowok. Contohnya seperti seorang cowok yang tidak wajar jika masuk ke kamar cewek. Makanya kamar ini mereka jadikan markas.
Kadang saat hari libur, kamar ini digunakan Yusuf dan Martin menginap. Sedangkan Rahel akan sekamar dengannya. Maka tak heran, lemari di kamar ini penuh dengan baju dua cowok itu.
"Ma, liat deh, ganteng nggak?" tiba-tiba Rahel mengacungkan ponselnya dengan foto seorang cowok.
Alma melirik sekilas. "Gantengan Bintang," jawab cewek itu acuh.
"Ish, serius ini!"
"Emang itu siapa sih?"
"Pandu, anak IPS 1. Lagi pdkt nih," ujar Rahel sambil senyum-senyum memandang poto cowok tadi. "Duh tau nggak Ma, dia tuh manisss banget!"
Alma memandang aneh ke Rahel yang tengah guling-guling heboh di kasur sambil ketawa-ketawa. Alma aja kalau dapat chat dari Bintang nggak pernah sampi guling-guling gitu.
Iyalah, orang emang nggak pernah dapat chat dari Bintang! batin jahat Alma berteriak.
"Loh Yusuf lo kemanain?! Katanya lagi pdkt sama dia," tanya Alma dengan suara yang dibuat pelan.
Rahel berdecak. Cewek itu bangkit duduk kemudian melirik sebentar ke arah Yusuf yang masih sibuk bermain game. "Kayaknya gue aja deh yang salah ngartiin perhatian Yusuf. Tuh cowok nggak ada niat deketin gue. Buktinya sampai sekarang dia nggak nembak gue. Capek nunggu Ma."
Iya sih, Alma tahu kok seberapa lelah menunggu.
"Tapi gue liat dia care gitu sama lo. Inget nggak jas lo ketinggalan waktu mau upacara terus dia minjemin jas dia buat lo. Dia rela di hukum buat lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Astrophile
Teen FictionAku bisa melihatmu tanpa mata Aku juga bisa mendengar suaramu tanpa telinga Bahkan, aku bisa menggenggammu hanya dengan udara. Jadi, mungkin saja aku bisa mencintaimu tanpa kamu balas dengan rasa yang sama. *** Alma tidak sedang meminta Bintang yang...