Bab 16 - Tujuhbelas Kue

155 29 0
                                    

Dari jendela, ekor mata Bintang bisa melihat kelas Alma sudah sepi. Cowok itu sedikit memelankan langkahnya saar hampir melewati pintu. Tapi ketika tidak ada siapapun yang muncul, cowok itu jadi melongokkan kepala ke dalam kelas.

Kemana cewek itu? Biasanya saat pulang sekolah begini, dia sudah bersiap di balik pintu kelasnya. Dan saat Bintang lewat, dia akan keluar dengan tiba-tiba hingga membuat Bintang terlonjak. Tapi tumben cewek itu tidak ada.

"Ba!"

Bintang refleks menundurkan tubuhnya saat tiba-tiba wajah Alma muncul di belokan tangga.

Alm terkekeh melihat wajah kaku Bintang. "Hayo ngaku, tadi lagi nyariin gue kan?"

Bintang berdecak. Tanpa menjawab pertanyaan Alma, cowok itu melanjutkan langkahnya menuruni tangga.

"Hari ini mau kemana?" Alma sudah berjalan bersisihan dengan Bintang.

"Perpus."

"Ck, perpus mulu. Kan PASnya udah selesai."

"Emang ke perpus harus waktu PAS doang?"

"Ya nggak sih. Oh ya, kata Wendi, PAS kemarin lo remed matematika sama kimia. Ck, pasti gara-gara kebanyakan belajar nih lo makanya cuma remed dua mapel."

Lo sendiri, remed berapa mapel? Tiba-tiba Bintang terpikir untuk balik bertanya pada Alma. Tapi pertanyaan itu hanya berakhir mengendap di kepalanya.

Mereka sampai di depan motor Bintang. Saat cowok itu sibuk memakai helm, Alma tampak mengotak-atik ponselnya.

"Supir gue udah sampai. Gue duluan ya. See you tomorrow, Star!"

"Tunggu!"

Alma berbalik mendengar seruan Bintang. "Ya?"

"Lo nggak ikut ke perpus?"

Alma sejenak mengerutkan alis sebelum kemudian membuka mulutnya. "Ah, lo berharap banget ya gue ikut."

Melihat wajah menyebalkan Alma membuat Bintang memalingkan pandangan. "Nggak juga. Gue kan cuma nanya."

"Tapi, sori banget. Hari ini gue nggak bisa ikut lo. Ada urusan."

Urusan apa? "Oh ya udah. Lagian ada atau nggak adanya lo, nggak ngaruh juga buat gue."

Nggak ngaruh katanya? Cuih!

Katanya nggak ngaruh, tapi lima belas menit di perpustakaan yang Bintang lakukan cuma menatap layar ponsel yang menampilkan kontak Alma.

Lagian percuma juga. Tiap cowok itu mencoba untuk membaca atau mencari buku bagus, cowok itu akan ingat Alma. Alma yang biasanya akan merecokinya saat ia menyusuri deretan rak buku, Alma yang akan betah memandanginya yang sedang membaca buku. Tak jarang mereka berdua membuat keributan kecil---misalnya saja, Bintang yang berusaha meraih ponsel Alma, karena cewek itu sudah diam-diam memotretnya---yang untungnya tidak sampai mengganggu pengunjung lain.

Sebenarnya Bintang ini kenapa?!

Bintang meletakkan ponselnya ke atas meja. Mengusap wajahnya dengan kasar, sebelum meraih tas dan beranjak keluar dari perpustakaan.

***

Aroma manis khas coklat dan krim menyerbu indra penciuman Alma saat ia pertama kali membuka pintu toko kue yang di bagian depannya terdapat tulisan 'Galaxy'.

Di dalam toko itu terdapat beberapa etalase yang dipenuhi oleh kue dengan rasa, bentuk dan ukuran yang bervariasi. Cewek itu sedang sibuk mengamati kue-kue melalui kaca bening salah satu etalase ketika seorang perempuan muda yang memakai celemek berwarna hitam dengan bordiran tulisan 'Galaxy' berwarna putih, menghampirinya.

"Ada yang bisa dibantu kak?"

"Saya mau beli yang ini, mbak," ujar Alma sambil menunjuk kotak karton yang berisi kue-kue seukuran cupcake yang dibentuk seperti benda-benda langit, seperti bulan, bintang dan matahari. Satu kotak itu terdiri dari tujuh belas kue.

Alma menunggu selagi pegawai toko tadi membungkus kue pilihannya. Cewek itu berdiri di depan meja kasir sambil mengedarkan pandangan. Dekorasi toko ini unik. Didominasi warna biru cerah dan biru tua. Lalu di langit-langitnya ditempeli kertas-kertas yang bisa menyala dalam gelap. Karena toko ini hanya diterangi oleh lampu neon berwarna biru yang dipasang di setiap sudut toko, kertas-kertas tadi jadi seperti taburan bintang yang mengisi langit malam. Dan menurut Alma, itu indah.

"Alma?"

Ia menoleh saat mendengar seseorang memanggilnya. "Oh, Tante." ternyata Bundanya Bintang.

Wanita itu tersenyum. "Kamu mau beli kue?"

Alma mengangguk. "Tante sendiri? Mau beli kue juga?"

Bunda Bintang menggeleng. "Ini toko Tante."

"Oh ya?" Alma tampak takjub. Sekarang Alma tahu inspirasi darimana desain toko ini. "Kok Bintang nggak pernah bilang ya kalo Bundanya punya toko kue."

"Bintang nggak akan ngomongin hal yang menurut dia nggak penting."

Alma cukup tahu tentang hal itu. Hampir satu bulan dia benar-benar dekat dengan cowok itu dan kesimpulan yang ia ambil, Bintang bukan tipe orang yang banyak omong.

"Ini kak, kuenya." pegawai perempuan yang tadi kembali dengan kresek putih berlogo nama toko ini.

Setelahnya Alma melakukan pembayaran dan mengucapkan terimakasih. Cewek itu membuka kotak kue yang ia beli. Mengambil satu potong kue berbentuk bintang.

"Ini buat Tante."

"Loh, kok dikasih Tante?"

"Today my birthday, btw. Anggap aja sekarang Tante lagi ada di acara ulangtahunku. Terus aku baru aja potong kue dan potongan pertamanya buat Tante."

"Oh thankyou. And, happy birthday to you," kata Bunda Bintang tulus.

"Makasih juga Tante udah hadir di acara ulangtahunku." 

***

Alma duduk bersila di ranjang dengan sekotak kue yang ia beli tadi sudah ada di hadapannya. Seragam sekolahnya sudah berganti dengan baju tidur berbahan licin dengan gambar karakter berbentuk hati. Jam dinding kamarnya sudah menunjukkan pukul setengah delapan malam.

Cewek itu menatap lilin-lilin kecil yang menyala di atas kue---yang Alma pasang sendiri. Pelan tapi pasti mata Alma terpejam. Hanya sebatas itu. Di antara pejaman mata itu tidak ada doa maupun pinta. Baik di dalam hati maupun secara lisan.

Bukan karena dia tak punya keinginan. Tapi karena terlalu banyak hal yang Alnma inginkan, membuatnya tak yakin hal mana yang paling ia ingin.

Beberapa detik kemudian, mata indah Alma kembali terbuka. Ia meniup semua lilin-lilin itu sampai tak ada satupun api yang tersisa. Lalu, ia cabut semua lilin itu dari permukaan kue. Tangannya meraih kue yang berbentuk bulan sabit. Rasanya ia terlalu sayang memakan kue-kue dengan bentuk yang cantik itu.

Sebenarnya tadi di toko kue, ia menemukan kue tart yang biasa ada di acara ulangtahun pada umumnya. Tapi entah kenapa Alma merasa jika dia membeli kue itu, dia akan semakin terlihat menyedihkan.

Dulu sekali, saat Alma merasa hidupnya masih sangat sempurna. Di saat Papa dan Mama masih ada di sampingnya, mereka tidak pernah melupakan hari ulangtahunnya. Ketika pagi, di hari ulangtahunnya, Papa dan Mama akan membawa kue ke dalam kamarnya. Dan saat Alma membuka mata, mereka akan kompak bernyanyi untuknya. Setelah lagu selesai, Papa dan Mama akan bergantian mencium keningnya.

Lalu---

Ck, kenapa pula air matanya harus jatuh?!

Akan menjadi permintaan yang terlalu muluk jika yang Alma pinta adalah kehadiran Papa dan Mama sekarang. Mungkin, Mama masih bisa saja datang. Tapi Papa? Alma tertawa sambil terisak mengingat dunianya dan Papa sudah berbeda.

***

Tbc.

Astrophile Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang