Bab 18 - Tanda Tanya Besar

152 26 0
                                    

Hari ini Bintang bilang dia akan pergi ke toko buku di salah satu mall. Tentu saja hal itu membuat Alma girang bukan kepalang. Bahkan tadi Alma berjingkrak-jingkrak di parkiran sekolah. Dan Bintang hanya bisa merasa malu oleh tingkah cewek itu.

Menurut Alma itu bukan sikap yang berlebihan. Mengingat selama hampir satu bulan Alma menjadi penguntit terang-terangan Bintang, ia hanya melihat deretan rak beserta macam-macam buku—meskipun nanti di toko buku Alma juga akan melihat banyak buku, setidaknya itu bukan di perpustakaan.

Mereka berdiri berdampingan di atas eskalator yang bergerak naik. Layaknya orang yang tidak pernah pergi ke mall sepanjang hidupnya, Alma mengamati sekeliling sambil tersenyum sumringah. Bintang membiarkannya. Asalkan cewel itu tidak melakukan hal yang memalukan, Bintang tidak keberatan.

Mereka masuk ke sebuah toko buku. Alma terus mengikuti kemanapun Bintang melangkah. Dari rak satu ke rak lainnya, dari tumpukan buku yang satu ke tumpukan buku yang lainnya.

Sesekali Alma juga ikut membaca judul-judul bukunya—tanpa berniat membeli, tentunya. Saat melewati deretan rak novel, cewek itu berinisatif berhenti. Matanya menyusuri buku-buku yang terpajang rapi. Lalu, pada rak yang memajang 10 judul buku terlaris, Alma mengingat salah satu diantara 10 judul buku itu ada di dalam wishlist Rahel.

Cewek itu lekas mengeluarkan ponselnya lalu memotret suasana toko buku yang cukup lenggang itu. Lalu mengirimkannya pada Rahel.

To Rahel:
Lagi di tempat yang kata lo surga dunia:)

From Rahel:
Bgst! Kok nggak ngajak-ngajak sih:(

To Rahel:
Lagi kencan, masa ngajak-ngajak:)

From Rahel:
Kencan sama sape lo? Kekasih bayangan? Hahahalu

To Rahel:
Rahel mulut lo bau, kambing!
Tapi sori mengecewakan, gue bukan manusia halu kayak situ.

Alma tertawa kecil membaca pesan dari Rahel. Cewek itu lalu mengarahkan kamera ponselnya untuk mendapatkan foto Bintang dari samping yang sedang membaca judul buku. Lalu mengirimkannya lagi ke Rahel.

From Rahel:
Anjir, Alma kok ngegas nggak bilang-bilang?! Gue mencium aroma-aroma pj nih wkwk

To Rahel:
Lo nyium aroma pj? Gue tiap chatan ama lo kok nyiumnya tai ayam mulu ya

From Rahel:
Padahal gue tiap hari mandi, keramas pake parfum. Pagi aja gue minumnya parfum loh bukan susu. Masa lo masih nggak bisa nyium wanginya gue ini

To Rahel:
Pantes otak lo sakit, overdosis parfum ternyata wkwk

From Rahel:
Baj*ngan, Anda

Alma tertawa kecil membaca balasan dari Rahel. Ia lebih memilih tidak membalasnya, cewek itu kembali memasukkan ponselnya ke dalam tas.

***

"Lo serius mau beli semuanya?" tanya Bintang dengan nada skeptis.

Alma mengikuti arah pandang cowok itu yang jatuh pada tujuh buku pilihan Alma yang ada di atas meja kasir.

Cewek itu mengangguk. "Emang kenapa?"

"Gue pikir, lo bukan orang yang suka baca."

"Emang. Tapi semua buku ini kan buat Rahel, Martin sama Yusuf."

"Hng? Mereka nitip?"

Alma menggeleng. "Kebetulan gue tau list novel yang pengen Rahel beli, jadi gue beliin. Terus dua buku TTS ini buat Martin. Dia suka gabut soalnya hehe." cewek itu mengambil dua buku yang paling tebal dari lima buku lainnya. "Kalo ini buat Yusuf. Katanya dia pengen belajar bahasa Korea sama Perancis."

Bintang cukup terkejut saat pegawai kasirnya menyebut total harga buku-buku itu. Untuk Bintang, itu bukan uang receh.

Hari ini, selain mendapat bukti bahwa uang keluarga Alma itu memang tidak berseri, Bintang juga tahu sifat Alma yang satu ini. Cewek itu terlampau loyal. Bintang sangsi Alma akan menerima uang ganti dari sahabatnya atas buku-buku itu.

"Biar gue bawain." Bintang menyerobot kresek berisi buku belanjaan Alma tadi.

Sontak, hal itu membuat Alma tersenyum sumringah. "Ih, ternyata Bintang bisa care juga."

"Nggak usah ge-er."

Alma cuma bergumam sambil mengangguk-angguk.

Sampai seorang laki-laki tiba-tiba menubruk bahu Alma cukup keras. Membuat Alma terpelanting, tapi tidak sampai jatuh.

"Hati-hati dong!" seru Bintang.

Laki-laki tadi menggumamkan kata maaf sambil menunduk. Belum sempat Alma melihat wajahnya, laki-laki itu sudah berlalu dengan tergesa. Alma mengernyitkan dahi.

"Lo nggak papa?" tanya Bintang pada Alma yang masih mengamati laki-laki tadi.

Belum ada sepuluh meter beranjak, laki-laki tadi kembali menubruk bapak-bapak. Bahkan sekarang bapak yang ia tubruk itu jatuh terduduk di lantai mall. Seperti tadi, laki-laki itu meminta maaf sambil berlalu terburu-buru.

"Copet! Dia copet Pak!" tiba-tiba Alma berteriak. Membuat beberapa orang menoleh refleks

"Serius mbak?" tanya Bapak-bapak yang tadi jatuh terduduk tadi.

"Iya Pak."

Sontak Bapak itu lekas mengejar laki-laki tadi. Diikuti oleh beberapa orang lainnya. Sedangkan Bintang yang ada di samping Alma cuma bisa melongo. "Lo serius dicopet?"

Tapi bukannya menjawab, Alma malah menarik Bintang untuk menghampiri laki-laki tadi yang sudah berhasil ditangkap oleh beberapa orang.

Bukannya apa-apa, tapi tarikan Alma cukup kencang. Sedangkan sekarang ini Bintang sedang ribet membawa buku-buku cewek itu. Apa Alma tidak berpikir untuk memperlambat jalannya?

"Ini mbak. Mending langsung panggilin satpam aja mbak."

"Tolong jangan Nona, saya benar-benar tidak mencopet Nona." laki-laki tadi membela diri.

"Aduh, maaf ya Pak. Ternyata dompet saya nggak dibawa, tapi ada di tas," ringis Alma.

Bintang serta orang-orang yang mengejar laki-laki tadi, mendelik. "Mbak jangan bercanda dong! Lain kali pastiin dulu, jangan asal nuduh. Untung Masnya ini nggak digebukin."

Alma semakin memasang wajah bersalah. "Iya Pak. Sekali lagi saya minta maaf."

Dengan wajah yang masih kentara kesal, orang-orang tadi pergi membubarkan diri.

"Lo tuh malu----" Bintang sudah bersiap mengomeli Alma saat tiba-tiba cewek itu menarik laki-laki tadi saat ia hendak pergi.

"Mas mau kemana?"

"Alma, lo apa-apaan sih?!" sentak Bintang yang tak digubris cewek itu.

"Maaf Nona," ujar laki-laki tadi sambil menunduk.

Alma mengangguk-angguk. Ia menepuk-nepuk pelan bahu laki-laki itu yang terlapisi oleh jaket kulit berwarna hitam. Seolah sedang membersihkan debu yang menempel di sana. "Mas, tolong sampaikan ke Mama ya untuk datang ke Indonesia minggu depan, buat ngambil rapot saya."

Bintang memgernyit. Sedangkan laki-laki tadi hanya mengangkat wajah lalu mengangguk patuh kemudian berlalu pergi.

Saat benak Bintang masih diliputi begitu banyak tanda tanya dan kebingungan, Alma memutar pandangan kearahnya. Lalu cewek itu melingkarkan lengannya ke tangan Bintang sambil menarik cowok itu. "Yuk, pulang."

Sepanjang perjalanan, Alma selalu membicarakan hal-hal sepele yang ia temui di jalan. Sikapnya itu seolah menunjukkan kalau dia tidak memberi kesempatan Bintang untuk bertanya tentang hal tadi. Ya, walaupun Alma juga ragu apakah Bintang mau repot-repot menanyakan hal yang mungkin menurutnya tak penting itu.

***

Happy reading. Makasih buat 1k viewers-nya hehe

Astrophile Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang