Seharusnya, bisa lebih bersyukur terhadap kesempatan-kesempatan yang jarang Tuhan berikan.
💫💫
Bintang pernah berharap, akan tiba saat dimana seorang Alma bosan mengacau di hidupnya.
Lalu Bintang melihat sikap cewek itu---yang tampak tidak tertarik lagi padanya---pagi tadi saat bertemu dia dan Kirana, Bintang merasa keinginannya itu hampir terkabul. Tapi hati yang seharusnya merasakan senang, malah merasakan keanehan.
Apa karena dia sudah terbiasa pada Alma yang pecicilan di depannya, jadi melihat Alma seolah acuh padanya menjadi sebuah kejanggalan.
Dan, keanehan itupun terjawab kini. Cewek itu tidak berniat menjauh. Karena jika Alma memang berniat menjauh dari Bintang, dia tidak akan ada di depan Bintang sekarang ini.
"Gue takut naik motor!" aku Alma dengan satu tarikan napas.
Bintang cengo. "Gimana-gimana? Lo... Takut naik motor?" tanya Bintang memastikan.
Alma mengangguk pelan sambil meringis.
Bintang melengos. Sumpah demi apapun, Bintang tidak pernah paham jalan pikiran Alma.
"Bukannya yang tiap hari minta tebengan pulang ke gue itu lo?" Bintang kembali menghadap Alma. Cowok itu duduk di atas motor ninjanya dengan tangan berada di atas tangki bensin motor.
Cewek itu kembali mengangguk.
"Dan lo tau kan kalo setiap harinya gue naik motor?"
Alma menganggukkan kepalanya lagi, kali ini begitu pelan.
"Terus kalo lo takut naik motor," Bintang berbicara dengan suara yang pelan. "Kenapa setiap hari lo bersikap seolah lo ngebet banget pengen gue bonceng?!"
"Karena... Karena gue tau kalo lo bakal nolak!" seru Alma yang tanpa sadar memekik.
Entah cewek itu yang begitu mudah terintimidasi atau karena tatapan Bintang yang luar biasa pemgaruhnya pada Alma. Cewek itu gugup.
"Kalo seandainya kemaren-kemaren gue mau nganterin lo pulang, apa lo bakal nekat ikut?"
Alma menggeleng. Bukan untuk jawaban tidak, melainkan untuk menyatakan bahwa dia tidak tahu.
Bintang tidak seharusnya membesar-besarkan masalah ini. Ia juga bingung kenapa dia harus berlebihan pada sikap pura-pura Alma. Tapi sudut terkecil hatinya berkata bahwa dia bukanlah orang sepenting atau seistimewa itu sampai membuat Alma rela berpura-pura demi dirinya.
Menghembuskan napas. Bintang---dan manusia di seluruh dunia---benci kebohongan. Alma yang berbohong---berpura-pura masuk kategori berbohong kan? Berbohong pada diri sendiri---membuatnya sedikit emosi.
Sekarang, Bintang ingin sedikit memberi pelajaran.
"Yaudah, buruan naik." Bintang mengulangi kalimat yang ia ucapkan beberapa menit tadi.
Alma terkejut. "Lo masih nyuruh gue buat naik motor?"
Bintang mengangguk acuh. "Itupun kalo lo masih pengen ngikutin gue. Kalo gak mau ya syukur. Gue bisa ngajak Kirana pulang bareng."
Sial! Bintang tahu kelemahan Alma.
"Eh jangan-jangan-jangan. Oke... Gue naik."
Alma tidak berhenti mengumpat dalam hati. Seharusnya saat ini dia itu deg-degan karena mau dibonceng gebetan. Lah ini malah gemetaran gara-gara ketakutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Astrophile
Teen FictionAku bisa melihatmu tanpa mata Aku juga bisa mendengar suaramu tanpa telinga Bahkan, aku bisa menggenggammu hanya dengan udara. Jadi, mungkin saja aku bisa mencintaimu tanpa kamu balas dengan rasa yang sama. *** Alma tidak sedang meminta Bintang yang...