4

1.3K 173 6
                                    

Maaf ya typonya

Pip~! Pintu apartemen terbuka. Irene masuk ke dalam kemudian ia berdiri di ruang tamu melihat sekitar.

" Belum pulang." Ucap Irene berjalan masuk ke kamar sekilas melihat jam dinding menunjukkan pukul 3 subuh.

----

Irene mematikan shower air. Ia pun keluar dari kamar mandi masuk ke ruang ganti.

Drrtt!!drrt!!! Telpon rumah berbunyi. Irene memakai cepat piyama nya dan keluar segera ke atas meja telpon.

" Keluarga Son disini?"

" Maaf, apa ada Son Seungwan?"

" Ini siapa?" Irene mengerut dalam dahinya mendengar suara wanita di sana.

" Kim Seolhyun. Sepupu Seungwan Oppa." Irene mengangkat badannya lagi sambil mengangguk percaya sekarang. Dia hampir berfikir buruk jikalau Wendy mempunyai wanita lain di belakangnya.

" Seungwan tidak ada di rumah."

" Ohh.... yasudah. Katakan saja pada Seungwan Oppa, Seolhyun menelpon. Khamsahamnida."

" Nee..."

Irene letak lagi gagang telpon di tempatnya. Ia langsung mendekati kasurnya untuk tidur. Ia lihat sekilas jam di hpnya sudah menunjukkan pukul 3.50.

Ternyata jadwal Wendy benar-benar sangat padat. Padahal Irene mau cepat-cepat bertemu dengannya walau hanya 1 jam. Setidaknya, dia bisa memeluk Wendy sebelum pergi lagi.

----

" Hah!?" Terkejutnya Irene saat seseorang memeluknya dari belakang kemudian menciumi lehernya.

" Seungwan?"

" Mhh~~" Dehem Wendy.

Irene berbalik. Masih saja Wendy mencium dirinya karena dia rindu dengan istri tercinta.

" Hajima..hahaha~~" Tawa kecil Irene saat Wendy menarik-narik Irene agar lebih dekat lagi ke arahnya.

Wendy menutup mata diam. Irene menatap Wendy yang sekarang seperti orang tidur.

" Andwe!" Pukul Irene. Wendy hanya tersenyum. Irene pun bangkit dari tidurnya. Ia naik ke atas badan Wendy membuat pria itu tidur lurus sambil memegang pinggang Irene.

Irene turunkan badannya memegang kedua pipi Wendy. Wendy diam saja sambil memejamkan matanya sedari tadi.

" Program anak yuk sayang." Kata Wendy.

" Kenapa harus program?" Tanya Irene.

" Kalau nggak program dulu, kita tidak mempunyai rencana untuk memilih anak laki-laki atau perempuan." Jawab Wendy sambil di sentuh-sentuh pipinya oleh Irene.

" Kamu mau?" Tanya Irene.

"......" Wendy diam saja.

" Sayang..?" Panggil Irene yang kali ini menggigit telinga Wendy. Pria itu langsung bergerak gelisah. Sambil tersenyum tawa singkatnya. Ia memiringkan arah kepalanya ke samping.

" Mau sayang?" Tanya Irene lagi.

" Ottoke?" Tanya Wendy balik.

" Bagaimana bisa kamu mengandung jika kamu masih di anggap singel oleh orang-orang di luar sana." Jelas Wendy karena pria itu tidak akan ketara kalau dia masih berada di industri musik sebagai seorang ayah. Tapi kalau Irene, resiko jika dia tidak akan kembali aktif di saat mengandung dan mengurus bayi nanti.

Fell The Heart ✓ [C]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang