(25) I Will Be

84 15 0
                                    

Aku ingin menjadi sebuah bayangan, agar aku bisa mengikuti semua orang ke manapun mereka pergi. Agar aku tidak merasa sakit ketika terinjak ataupun disakiti. Agar aku tidak bersandiwara di hadapan siapapun lagi.”

****

Aku tengah duduk di kantin dengan semangkuk sup yang kubeli. Yena dan Yuri masih tampak seperti biasa, heboh, membicarakan tentang gosip di segala pelosok kelas hingga gosip dari para kakak kelas.

Walaupun ujung-ujungnya obrolan itu berakhir karena tiga bulan lagi kita akan menjalani ujian akhir semester. Artinya kita akan menghadapi ujian kenaikan kelas.

Mereka merasa khawatir jika nilai mereka tidak memuaskan, meskipun obrolan mereka kembali teralihkan saat Yena membahas tentang adik kelas. Yuri langsung bersemangat dan mengatakan keinginannya untuk melihat adik kelas yang keren.

Sedangkan aku, seperti biasa. Aku hanya akan diam, makan sembari sesekali mendengar berapa kali mereka mengganti topik pembicaraan. Rasanya tidak terlalu buruk, karena mereka benar-benar tau bagaimana caranya untuk membuat suasana tidak membosankan.

Namun aku teringat akan kejadian kemarin, saat aku merayakan ulang tahun Jeno. Aku teringat akan kata-katanya saat aku memberinya hadiah berupa gelang seharga 15.000.

Aku tidak terlalu mengerti apa arti dari ucapannya, tetapi aku merasa bahwa itu akan menjadi sangat merepotkan. Karena itu sedikit ambigu. Menjadi yang pertama dan terakhir, apa maksudnya? Apa dia membahas tentang ulang tahunnya? Apakah maksud dari kalimatnya adalah, dia hanya akan merayakan ulang tahunnya bersamaku? Begitu?

Aku tidak mengerti. Pemikirannya begitu rumit.

Murid pintar memang berbeda.

“Minggir dong Dek, kita mau duduk." Tiba-tiba segerombol orang datang lalu meminta Yena dan Yuri untuk menyingkir.

Aku terbelalak terkejut saat menyadari bahwa mereka adalah sekelompok kakak kelas yang sering mengganggu Yeonjun. Yang Yena dan Yuri sebut sebagai geng ubur-ubur.

Aku masih sangat hapal dengan wajah mereka, terutama kakak kelas bernama Changbin yang sengaja duduk di depanku dan tersenyum begitu menyebalkan. Aku melirik pada Yena dan Yuri, karena mereka berdua tidak mendapatkan tempat duduk, jadi mereka hanya berdiri diam sembari memegang baki makanan mereka.

Aku membeli sinyal mata seakan meminta mereka berdua untuk pergi. Namun keduanya terlihat sangat ragu hingga aku harus memberikan sinyal mata berkali-kali agar mereka berdua mau mengerti.

“Aduh, nggak usah ngode-ngode gitu dong. Langsung ngomong aja, biar gampang,” ucap Changbin dengan begitu mudah.

Kami bertiga hanya diam lalu Yena dan Yuri buru-buru menyingkir, seakan tau bahwa aku ingin lekas pergi apapun yang terjadi.

Karena aku tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada mereka.

“Kamu makan apa Dek? Minta dong." Orang itu menarik sendok dari mangkuk supku lalu memakan sesendok sup milikku tanpa menunggu izinku terlebih dahulu.

Aku bisa melihat wajahnya yang tampak masam. “Nggak ada rasanya. Aku tambahin saus sama kecap ya?” lagi-lagi tanpa seizinku dia mengambil botol saus dan kecap di dekatnya lalu menumpahkan isinya dengan sangat banyak.

R136a1 Beautiful Of You're [NCT × TXT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang