(26) Tears

86 14 0
                                    

“Setiap kali aku melihatmu di hadapanku, aku merasa gila. Aku tidak mampu membohongi diriku sendiri, perasaan yang seperti teror dan terasa mengerikan ini. Aku tidak ingin merasakannya lagi, tetapi aku tidak bisa menghentikan alirannya, dengan cara apapun.”

****

Hari-hariku mulai berubah lagi.

Saat segerombolan orang masuk ke dalam kelas, membawaku bersama mereka, kini duniaku telah beurbah total.

Orang-orang itu membawa duduk di kantin bersama mereka. Membelikanku makanan yang enak dan memintaku untuk memakannya di dekat mereka. Namun saat aku hendak mengambil sesendok makanan itu, sebuah tangan menumpahkan air ke dalamnya, membiarkan makanan itu digenangi oleh air.

“Aduh maaf ya, tanganku agak oleng. Tapi kayanya masih bisa dimakan, coba kamu makan." Mereka menyendokkan nasi beserta lauk yang sudah dipenuhi air.

Mereka memberikannya padaku.

Aku mencoba untuk tidak membuka mulut dan memakannya, tetapi tatapan mereka seakan memenuhi setiap sudut pandanganku. Seakan dunia ini hanya dimiliki oleh kita saja, tanpa ada orang lain.

Di sudut sana, aku berusaha untuk melihat teman-temanku yang menatapku. Aku melihat Yuri yang ketakutan. Dan tanpa sadar aku melihat Jeno, melihat tatapannya yang tidak pernah bergeser dariku.

Dia tampak ingin bangkit dari bangkunya, namun aku terus menatapnya, melihat lengannya yang ditahan oleh Guanlin. Mencegahnya untuk pergi dari bangku itu.

Mereka menarik wajahku, tidak membiarkan aku untuk menoleh lagi.

Sendok itupun masih terarah padaku dan dengan bodohnya aku tetap memakan sesuap makanan penuh air itu.

Aku berusaha mengunyahnya, tetapi makanan itu membuatku merasa jijik. Air yang disuapkan tertelan begitu saja dan rasanya sangat mengerikan.

Aku memegangi mulutku, menahan rasa mual yang tiba-tiba saja semakin menjadi-jadi. Tetapi mereka mulai mengambil sesendok makanan itu lagi, mengarahkan sendok itu kepadaku seperti tadi.

“Ayo dong, masa udah kenyang. Baru satu suap nih, kamu tau sendiri kan kalo makanannya mahal.”

Mereka mendekatkan sesendok makanan itu ke hadapan wajahku.

Seperti orang yang ketakutan aku memukul tangan itu, membuat sendok dan makanan di atasnya terpental ke lantai dan membuat suara gaduh. Aku buru-buru berlari meninggalkan mereka. Aku sudah tidak mampu menahan rasa mual ini.

Ketika kakiku memasuki toilet, aku langsung memuntahkan rasa mualku di westafel. Memuntahkan seluruh makanan yang sudah kumakan tadi pagi ataupun sesuap makanan mengerikan tadi.

Aku mendengar suara langkah kaki,  suara Yuri mendekat padaku, memekik dan gelisah. Dia buru-buru memberikan sebotol air putih dan terus menggosok-gosok punggungku agar aku dapat mengeluarkan semua makanan yang telah kumakan.

Perutku terasa sakit dan tenggorokanku terasa seperti diremas.

Setelah memuntahkan semuanya, aku segera keluar dari sana dengan lenganku yang dipegangi oleh Yuri.

Langkahku terhenti tepat setelah selangkah melewati pintu toilet. Sesosok tubuh menghalangi jalanku dan kurasakan tangan Yuri yang memegangiku telah menghilang. Kemudian lelaki di hadapanku menarik pergelanganku.

“Ayo ke rumah sakit.”

Namun naluriku mengatakan bahwa aku tidak membutuhkan bantuan apapun, jadi aku melepas tangannya dengan kasar. Menatapnya dengan tatapan benci dan tanganku yang lemah ini mendorongnya sekuat yang kubisa.

R136a1 Beautiful Of You're [NCT × TXT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang