"Bunga mawar tampaknya terlalu merah untukku, bunga lili mungkin terlalu indah untukku, mungkin tak ada yang secocok bunga kamboja putih."
****
Dunia tanpa diriku.
Jika aku memiliki sayap, aku akan terbang ke angkasa. Mengambil satu dari ribuan bintang dan berharap bahwa keinginanku akan terwujud. Mereka akan melihatku dengan takjup dan berkata bahwa aku sudah berusaha atas semua yang telah kucapai.
Jika aku punya sayap, aku akan terbang sejauh mungkin dan menjadi bebas, terlepas dari rantai besar yang mengikatku. Aku akan melayang di langit biru itu, dan aku akan tidur di langit biru itu.
Cepat atau lambat, aku akan melupakan semua yang telah aku tinggalkan di bumi, melupakan kedua orang tuaku, saudaraku, masalahku, teman, uang dan semuanya yang telah aku capai. Memikirkan mereka yang tersenyum bahagia tanpa diriku, entah mengapa aku merasa jauh lebih lega.
Meskipun terkadang akan ada rasa rindu di hatiku, dan aku akan menjadi dingin di atas sana karena terlalu merindukan mereka. Aku tetap yakin, mungkin aku tidak menyesal telah pergi jauh hingga ke tempat itu. Aku yang tidak ingin hidup dan tidak ingin mati.
Lalu perasaan apakah itu?
Dunia tanpa diriku, akankah baik-baik saja?
****
Malam hari yang cukup membosankan, seperti biasa, aku dan keluargaku bersama-sama tengah menonton tv. Jisung sedang duduk sambil memainkan ponselnya, sementara Raemi sedang sibuk menonton tv.
Kulirik bunda, dia masih saja memaksakan diri untuk bangun dengan mata setengah tertutup. Kulirik jam di dinding, masih menunjukkan pukul delapan malam tetapi dia sudah mengantuk seperti biasa. Kudengar suara tv di ruang tengah, sepertinya ayah lagi-lagi menonton tv sendirian di sana. Hal itu sudah biasa terjadi.
Sebenarnya aku sudah sedikit bosan dan mengantuk, tetapi film Harry Potter ini terlalu menyenangkan untuk ditinggal tidur.
"Aish!" aku mendengar Jisung mengomel pelan, seperti biasa, mungkin karena dia kalah bermain game
Dia menarik bantal di sampingku untuk dia peluk. Lelaki itu masih sangat muda, umurnya bahkan empat tahun di bawahku, sementara Raemi justru tiga tahun di bawahku. Lucu, umur kami memang tidak jauh berbeda karena ibuku melahirkan kami dengan tahun yang merapat.
Sesuatu yang terbayang dalam pikiranku tentang hal ini adalah : kami seperti anak kucing yang lahir secara beruntun. Berkat umur kami yang tidak terpaut jauh, kami jadi lebih dekat, namun sebagai kakak ucapanku jarang didengarkan oleh mereka.
Daripada disebut kakak-adik, kami bertiga lebih pantas disebut anak kembar.
Detik dan menit mulai berlalu, film Harry Potter sudah habis pada jam sepuluh malam, karena aku sangat mengantuk akhirnya aku memilih untuk tidur lebih dulu.
Ketahuilah bahwa aku masih tidur bersama Raemi, sejak kecil kami tidur berdua, mengingat masa-masa itu aku teringat saat ayah dan ibuku begitu berat untuk menuruti permintaan kami, yakni untuk pindah kamar dan memilih tidur berdua.
Terutama ketika listrik padam. Ayahku akan berteriak memanggil nama kami agar menunggunya membawakan lilin. Saat-saat itu adalah waktu yang menyenangkan.
Raemi mengatakan bahwa dia akan menyusul karena ada film lain yang ingin dia tonton, akupun mengerti tentang kebiasaannya yang suka tidur terlalu malam. Tanpa membuang waktu, aku segera pergi ke kamar dan menjatuhkan diri di sana.
Cuaca yang agak dingin membuatku menarik selimut hingga batas bahu. Aku memang orang yang mudah merasa kedinginan.
Tepat pada jam sebelas malam kurasakan Raemi masuk dan berbaring di sampingku, mataku sedikit terbuka, memastikan bahwa itu benar-benar dia. Kulihat dia menatapku dan tertawa pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
R136a1 Beautiful Of You're [NCT × TXT]
FanficSay you love me! "I love you." -Lee Jeno "I hate you." -Park Hana Lee Jeno orang baik-baik? HAHAHAHA, kalian hanya tidak tau bahwa dulu dia pembully!