(4) Si Otak Pintar

186 27 2
                                    

Jangan lupa tinggalin jejak ya guys~

"Anak yang pintar dan disenangi oleh para guru, anak yang mencapai banyak prestasi dan menjadi kebanggaan.
Dengan kepintaran di otak mereka, seharusnya mereka mampu menghormati orang lain,
tetapi mengapa, jarang orang yang pintar, bisa menghargai orang lain."

****

Sesuatu yang tidak mungkin di pisahkan oleh kehidupan manusia, yakni pendidikan, harta, kasih sayang, persahabatan dan cita-cita. Semua itu adalah suatu hal yang diberikan sejak hembusan napas pertama keluar dari hidung setiap manusia.

Tetapi ... emosi setiap manusia selalu berbeda. Karena itu, pendidikan, harta, kasih sayang, persahabatan dan cita-cita terkadang membuat seseorang menjadi tidak puas pada hidupnya sendiri. Namun pada dasarnya manusia harus menjadi dirinya sendiri, tinggal tergantung bagaimana dirimu menjadi lebih baik di mata semua orang.

Itupun jika kau adalah seorang manusia.

****

Betapa menyenangkannya hari ini, saat bibiku--kakak kandung ayahku--menjadi kaya raya karena suaminya, kami langsung dibelikan rumah yang jauh dari rumah lama kami yang kecil dan di belakang.

Rumah kami yang baru lumayan besar dan megah. Saat pertama kali melihat-lihat tempat itu kabarnya sudah kosong selama bertahun-tahun. Tetapi cat depannya yang berwarna putih kapur masih terlihat bagus.

Saat kami mengintari bagian belakang, kami bisa melihat kandang sapi yang sudah rusak dan diisi kayu-kayu berdebu dengan sarang laba-laba.

Desain rumah itu sangat aneh, karena ketika kami masuk, kami bisa melihat sebuah sumur di dalam rumah tanpa adanya pembatas antara ruangan satu dengan ruangan lainnya. Tak hanya itu, rumah ini memiliki dua ruang tamu.

Tetangga sebelahku adalah seorang penjahit bernama Kaeri, dengan kedua anaknya yang bernama Mirae dan Taeyu. Keluarga itu memiliki rambut keriting yang lucu seperti mie, namun kelihatannya mereka orang yang ramah dan baik.

Setelah rumah kami direnovasi, kami akhirnya pindah di sana. Tidur bersama di sebuah kamar dengan lantai dari semen kasar. Kami tidur berlima di atas ranjang besar milik orang tuaku.

Tempat itu beraroma cat dan batu bata, kupikir-pikir sepertinya rumahku yang lama jauh lebih menyenangkan.

"Bunda?"

Bunda menoleh padaku, menatap dengan tatapan bingung, "Apa kita bisa pulang ke rumah kita?" tanyaku.

Bunda menggeleng pelan, "Sekarang ini rumah kita," katanya dengan senyuman senang.

Pagi harinya para tukang kembali datang ke rumahku untuk membuat pintu kamar, aku dan adikku diminta untuk memilih kamar kami. Kedua kamar itu berhadapan dengan ruang tv sebagai pemisah di antara keduanya.

Aku memilih kamar sebelah kiri sementara Raemi memilih kamar sebelah kanan. Meskipun kami sudah memilih kamar, bukan berarti kami akan tidur di kamar tersebut. Aku takut gelap, jadi aku tidak bisa tidur sendirian. Sehingga kami tetap tidur berlima dalam satu kamar.

Seminggu setelah kami pindah, aku dan Raemi diberitau oleh ibuku bahwa kami akan mulai bersekolah di sekolah baru, besok. Terbesit kekhawatiran di dalam hatiku. Akankah aku bisa berteman baik dengan teman-temanku di sana. Tidak akan ada seorangpun yang akan bermain denganku seperti di sekolahku yang lama.

Mungkin di sana aku akan merasa sedikit kesepian. Tetapi aku akan berusaha agar mereka dapat menerimaku dengan senang hati.

****

R136a1 Beautiful Of You're [NCT × TXT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang