(31) Senyum Yang Berharga

38 8 0
                                    

“Saat aku mengenal dunia ini, entah mengapa hanya kegelapan yang ada di hadapanku. Aku tak tau ke mana aku harus pergi, dan aku tidak tau apa tujuanku tetap di sini. Namun senyummu perlahan menolongku, membawaku pada jalanku.”

****

“KENAPA JADI JENO YANG LUKA!”

Plak!

“KALO KAMU MAU MATI, MATI YANG BENER!”

Aku tertunduk diam, merasakan sakit pada pipiku akibat tamparan dari Jina. Iya ... aku bertemu dengannya. Dia sedang menjenguk Jeno dan dia melihatku saat aku sedang diam di depan pintu kamar rawat Jeno.

Dia berkata bahwa dia ingin berbicara denganku.

Awalnya pembicaraan itu hanyalah pembicaraan yang santai hingga dia mulai menunjukkan emosinya.

Aku tidak bisa melakukan apapun karena aku merasa bahwa aku pantas mendapatkannya. Karena akulah penyebab Jeno menjadi seperti itu. Bahkan tidak hanya dia, aku pun merasa marah pada diriku sendiri.

Seharusnya bunuh diri itu tidak gagal menjadi seperti ini.

“Pembawa sial! Kamu memang nggak pantas hidup di dunia ini!”

Aku tau.

Aku sangat mengerti tentang semua itu. Bahwa aku tidak pantas untuk hidup di dunia yang indah ini, karena itu aku mencoba untuk pergi dari sini.

“Kamu pasti sengaja ‘kan? Buat Jeno celaka. Kamu tau kalo Jeno bakal ngelindungin kamu, makanya kamu buat ulah.”

Tidak ....

Aku bahkan tidak pernah menginginkan hal ini terjadi padanya.

Melihat Jeno seperti itu justru membuatku merasa sedih.

“Aku juga nggak pernah mau Jeno celaka. Bukan ini yang aku mau.” Aku mengepalkan tanganku, menahan air mata untuk keluar.

“Dengar ... nyawamu itu, nggak berguna!”

Jina menatapku dengan penuh emosi sedangkan aku hanya bisa tertunduk tanpa ingin menatapnya, dari sini aku bisa melihat tangannya yang mengepal.

Dia mengangkat tangannya lagi, aku bersiap-siap dengan seluruh keberanianku. Terutama saat tangan itu terangkat tinggi-tinggi, hendak menampar lagi.

Namun tangan itu tidak lekas memukul wajahku.

Aku memberanikan diri untuk melihat, rupanya Yena dan Yuri ada di sini, berdiri di hadapanku dan Jina. Aku juga melihat tangan Jina dicengkram oleh Yena agar tidak memukulku untuk kedua kalinya.

Kini gantian Yena yang mengangkat tangannya.

Plak!

Suara tamparan itu terdengar keras di kedua telingaku saat tangan Yena berani memukul wajah Jina tepat di hadapanku, tatapan yang dia tunjukkan saat ini terlihat sekali bahwa dia sedang marah.

Jina tidak terima dengan perbuatan Yena.

Mereka berdua berkelahi tepat di depanku.

R136a1 Beautiful Of You're [NCT × TXT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang