38

1.6K 88 5
                                    

Chapter 38

"Mimpi buruk"

⚫⚫⚫

Ia sendiri. Berdiri di sebuah tempat yang ia sendiri tak tau apa. Luas, terlihat tanpa batas. Putih, tanpa ada setitik goresan pun.

Kepalanya menengadah. Tak ada ujung. Kepalanya menunduk. Kakinya masih menapak. Kepalanya menoleh ke belakang. Tak ada satu pun celah yang ia lihat.

Kembali menatap lurus ke depan. Tak ada batas. Tiba-tiba semua gelap. Hanya hitam yang bisa ia lihat. Mau tak mau ia menjerit. Ketakutannya menampakkan diri.

“SIAPAPUN TOLONG AKU!”

Suaranya menggema. Namun nihil, tak ada seorang pun yang datang. Air matanya luruh, ia menjambak rambutnya sendiri yang terurai bebas. Berharap sedikit mengurangi rasa takutnya.

Ia masih terisak. Namun tetap tak ada yangdatang. Ia berteriak. Namun tak ada yang mendengar. Ia benci gelap, itu sudah pasti. Dalam kegelapan ia tak tau mana kawan mana lawan. Dalam kegelapan ia tak tau mana yang benar dan mana yang salah.

Ditengah kekalutannya yang mendera, pijakannya tiba-tiba runtuh. Namun tanpa suara. Ia dibawa lebih dalam menembus kegelapan.

Ia jatuh, namun tak ada rasa sakit. Ia mencoba berdiri kembali. Ada seberkas cahaya yang masuk tak tau dari celah yang mana. Padahal ia mengamati tak ada celah sama sekali.

Cahaya itu terasa dekat, namun jauh. Ia mencoba mengejarnya. Semakin dekat, semakin dekat hingga ia melihat siluet seseorang berdiri membelakanginya.

Ia tak bisa melihat wajahnya. Namun dari postur tubuhnya, ia bisa menduga bahwa diaadalah wanita.

“Pembohong.”

Ia tak tau darimana suara itu berasal. Mungkinkah dari orang di depannya ini?

“Pembohong!”

Suaranya semakin meninggi. Penuh kebencian. Ia tetap maju melanjutkan langkahnya. Mendekati sesosok wanita di depannya. Ia menepuk pundaknya dan wanita itu berbalik.

“Pembohong!”

Kemarahan jelas tergambar. Jeritan itu melengking tinggi hingga ia harus menutup telinganya jika tak ingin tuli. Wajahnya samar-samar terlihat ketika cahaya itu mendekat ke arahnya.

Ia berjengit setelah tau. Sahabatnya tersenyum meremehkan ke arahnyaㅡoh, tepatnya menyeringai.

“Kau puas, hah?”

Ia menggeleng keras.

“Kau puas, hah!?”

Ia kembali terisak. Gelengannya semakin kuat. Tenggorokannya tercekat. Ia tak bisa bernafas. Tangan itu mencekik lehernya kuat-kuat. Berusaha menghentikan laju pernafasannya.

“Hen..ti..kan!”

Namun malah semakin kencang. Dadanya terasa sesak. Ia ingin berteriak meminta pertolongan namun itu akan sia-sia. Tak akan ada yang mendengarkan.

“Ber..hen..ti!”

Namun lawannya malah tertawa. Diabaikan. Seperti tak ada.

“Sekarang kau tau rasanya? Ini belum seberapa sialan!”

Ia menangis lagi, lebih keras. Tak peduli jikaair matanya mungkin akan habis dalam sekejap. Mungkinkah ini akhir dari hidupnya?

Tidak. Ia tak ingin itu terjadi. Matanya terpejam berusaha mengabaikan apa yang sedang terjadi.

Ia merasakan tangan itu menghilang. Ia bisa bernafas seperti biasa. Namun isakan tak bisa ia tahan. Apakah sebegitu sakit rasanya?

Matanya kembali terbuka. Ia berada di tempat lain. Hawa dingin menusuk kulitnya. Seluruh memori kebahagian yang ia miliki seperti lenyap begitu saja.

Hanya ada satu jendela kecil di pojok sana. Satu-satunya jalan cahaya untuk masuk. Tak ada pintu, namun ia masih bisa merasakan tembok membendungnya.

Fokus cahaya itu behenti di satu titik. Terlihat dua orang sedang berdiri berhadapan. Mereka berdua laki-laki. Terlihat dari proporsi tubuhnya.

Ia mencoba mendekat. Berharap jika mereka mau menolongnya keluar dari sini. Dengan air mata yang masih menetes, ia berlari. Dua langkah lebih seperempat dari mereka ia berhenti.

Min Yoongi dan Kim Taehyung berciuman di hadapannya.

Hatinya remuk. Akalnya tak bisa menerima. Ada air mata yang jatuh lagi.Ia diabaikan. Tak dianggap.

“HENTIKAN!!!”

Jeritannya keras, namun tak di dengar. Percuma. Mereka seolah tuli. Ciuman mereka masih berlanjut. Lebih intens. Lebih panas. Decapannya terdengar jelas.

Ia jatuh terduduk. Mengisak sekeras yang ia bisa. Sakit. Perih. Hancur.

“AKU BILANG HENTIKAN!!!”

Teriakannya menggema. Mereka tak berhenti. Seolah-olah ia tak ada. Keadaan semakin memanas. Ciumannya berpindah ke leher Yoongi.

Cukup. Ia tak akan sangggup melihatnya. Padahal ia telah mencoba. Ia rela ditampar dan dipukul demi melindungi Yoongi. Ia mati-matian menyembunyikannya agar Yoongi tak terlibat.

Ia bahkan rela membohongi dirinya sendiri jika semuanya baik-baik saja, namun tidak. Inikah akhir dari semuanya?

Apakah ia harus berhenti? Membuang seluruh rasa cintanya untuk Yoongi?

Apakah sekarang keadaan berbalik memusuhinya?

Apakah sekarang ia harus menerima jika Taehyung berhasil mendapatkan Yoongi?

Mereka belum juga berhenti. Semakin jauh membuka pakaian masing-masing. Jika ia mau, ia masih bisa menghentikannya. Merebut Yoongi dan membawanya ke pelukannya kembali.Ia ingin, namun tak bisa.









“CUKUP SUNBAE!!!!!”

Kiss Addict ; MYG [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang