24. Dream Garden

532 25 0
                                    


Hehehe mohon maaf ya guys kalau makin kesini cerita di setiap chapter makin dikit....

Sebenarnya aku lagi sibuk T.O demi kalian kulakukan semua untukmu....#RAN

SELAMAT MEMBACA ceritaku yang agak nggak nyambung ini guys....

______________________________________

Aku terus mengekori setiap Artha melangkah. Langkahku terhenti ketika kami sampai di sebuah pohon besar dan tua.

Aku terdiam cukup lama. Untuk apa berhenti dipohon ini?

Artha mengedarkan pandangan ke sekeliling akupun mengikuti arah pandangan Artha.

Taman ini, tempat ini masih sama seperti 1 tahun yang lalu. Terawat dan bersih. Membuat yang ada disana akan merasa nyaman.

Sebuah pendopo tua, air mancur yang berada ditengah taman, dipinggir taman sebelah kiri terdapat kolam ikan koi yang cukup besar, ayunan, dan beraneka macam jenis bunga yang menambah keindahan tempat ini.

"Ke atas yuk!" Ajak Artha. Aku mengerutkan dahiku. Binggung. Atas maksudnya surga?

"Surga?" Tanyaku binggung.

"Terserah kalau mau duluan nyusul Kira. Tapi kamu dulu nanti kalau aku dah tua dan bahagia dan dah punya cicit baru aku," Jawab Artha kesal.

"Artha!" Lontar ku.

"Kamu amnesia ya? Gara-gara kecelakaan itu?" Tanyanya yang justru membuatku tambah kesal.

"Base camp!" Lanjutnya menaiki tangga rumah pohon.

"Sorry ,Tha," Jawabku lalu mengikutinya menaiki rumah pohon.

Pemandangan nya indah disini. Tapi aku merasa risih.

"Kamu dulu sering kesini sekarang kamu ngelupain gitu aja," Lontar Artha.

"Dulu kamu selalu nangis disini, ngelampiasin kemarahan kamu sama pohon ini, tempat ini-- Tempat pertama kali yang wajib kamu kunjungin Kila," Lanjutnya.

"Maaf tha. Aku—"

"Kamu jangan pernah lupa sama masa lalu kamu, masa dimana sulit kamu, baik sama temen atau apapun. Jangan butuh saat susah nya doang. Ingat Kil, kamu bisa seperti sekarang karena masa lalu kamu. Karena kamu belajar dari hal yang tak sesuai ekspetasi kamu," Artha memotong ucapan ku.

Selama kami berpisah Artha menjadi lebih dewasa. Ia lebih bijak padahal sebelumnya diantara aku, Artha dan Kira dialah yang paling kekanak-kanakan.

"Thanks Tha,Kamu udah ngasih nasehat itu ke aku," Jawabku. Artha hanya tersenyum lalu mengacak rambutku lembut membuat beberapa helai rambut acak-acakan dari kunciran ku. Gaya pony tail ku rusak.

"Artha!" Lontar ku kesal.

Artha hanya terkekeh geli tak perduli dengan aku yang sudah kesal kepadanya.

"Cieeee peri jail marah ni yeee!" Goda Artha menyubit pipiku.

"Sakit Artha!" Artha terus menggodaku. Ia malah menarik hidungku.

"Biar mancung!" ketusku,

"Udah mancung,Tha," Lontar ku melepaskan tangannya.

 "Yaudah biar kayak Pinokio," Ledek nya lagi.

"Pendek!" Lontar ku

Artha terdiam. Aku merasa bersalah sepertinya ia marah.

"Tha?" Panggilku ia tak bergeming masih asik mengukir namanya di barang pohon.

"Tha,Kamu marah?" Tanyaku.

"Kalau iya kenapa?!" Jawabnya.

"Maaf," Lontar ku.

"Aku maafin tapi ada dua syarat," Ucapnya.

"Banyak amat," Lontar ku.

"Mau nggak?" Tanyanya.

"Apa?" Tanyaku menaikkan sebelah alisku.

"Kamu janji balik jadi Kila yang dulu dan jangan sedih lagi," Jawabnya memberikan jari kelingkingnya aku pun menyambutnya.

"Janji. Yang kedua apa?" Tanyaku.

"Mau tau?" Godanya menaik turunkan alisnya.

"Satu,

Dua,

Tiga!"

Artha mengelitikki pinggang ku. Aku hanya tertawa karena tak kuat menahan geli.

 "Artha, G- Eli--Geli---Tha--- Lepas-- Lepasin,Artha?!" Ucapku Artha memberhentikan kegiatannya mengelitikku.

Hening.

"Artha kebawah yuk! Bosen nih," Pintaku. Sebenarnya aku hanya merasa risih. Di tempat ini aku menumpahkan segala bebanku entah tentang Kira, Ayah dan Bunda, Oma dan Opa, Teman-teman sekolahku yang lama dan yang lainnya.

Rumah pohon ini adalah tempat wajib yang harus aku kunjungi ketika aku ke Puncak dan menginap di Vila.

"Yaudah ayok!" Jawabnya lalu menuruni tangga.

______________________________________

Mohon maaf bila banyak typo bertebaran ( author lagi ngantuk😅)

Sayang readers💕💕💕

Revisi 25

my story : Twins ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang