7.Tindak bullying geng farah.

971 41 0
                                    


"Pagi Shasha!" Ucap Farah menghalangi langkahku menuju kelas.

"Kila, acting kamu bagus deh sama kayak Kira," Farah menekankan nama Kira di ucapannya.

Tiba-tiba dadaku sakit aku terkejut Farah bisa mengetahuinya.

"Kok pucet mukanya?  Atau—" Farah menguntungkan kalimatnya membuatku harap-harap cemas.

"Atau apa?" Tanyaku penasaran.

"Kamu kan yang jadi Melody?" Ucap Farah sambil mendorong tubuhku.Punggungku menubruk tembok.

"Kenapa grogi ketauan ya dramanya?" Kali ini Ghea ikut ambil peran membuang kacamata ku.

"Jangan sok deh, kamu emang artis tapi,Kamu belum bisa nutupin drama kebohongan Shakila Caitlyn Andrea. Kamu saudara kembarnya Shakira Caitlyn Andrea kan?" Airin tersenyum licik padaku

Aku sedikit terkejut nama asli ku terbongkar. Darimana mereka bisa tau, aku hanya bisa terdiam.

Ghea melepaskan ikatan rambutku, tak lama sebuah flash kamera berhasil mengabadikan diriku.

"Mau apa kalian hah?!" Aku berusaha memberontak untuk mengambil sebuah benda panjang berwarna hitam yang dipegang Farah.

Aku berusaha mengambil kamera itu, tanpa sengaja Farah terjatuh dan terdorong.

"Nyari mati ya?!  Guys rencana 2!" Seru Farah menatap sinis kearahku

Aku balik didorong oleh mereka bertiga ke arah pintu gudang yang terbuka. Kepalaku terbentur sesuatu dan gelap.

*

Aku mendengar suara bel pulang sekolah, kepalaku pusing bau amis menyeruak disekitarku. Tangan dan kakiku seperti nya diikat oleh sesuatu. Aku tak bisa melihat jelas kondisi ku. Tapi ku yakin bel tadi adalah bel pulang sekolah

Aku baru menyadari sesuatu bahwa ruangan ini gelap. Tak lama mataku kembali ber kunang-kunang. Dan mataku kembali terlelap.

Aku phobia kegelapan.

*
*

Aku melihat sebuah keluarga bahagia turun dengan senyum yang menghiasi wajah mereka, berbeda dengan ku aku terduduk sendirian di tangga teras rumahku. Menatap keluargaku yang bahagia tanpa kehadiranku

"Dah pulang, dari jalan-jalan nya ke Singapura?" Tanyaku menatap mereka sinis.

"Kila aku bawa oleh-oleh buat kamu!" Ucap Kira memberikan sebuah koper sedang yang berisi oleh-oleh.

"Kila kecewa Yah, Bun!" Aku menetes kan air mata.

"Terserah, Ayah dah capek berdebat dengan kamu!" Ayah berlalu meninggalkanku. Ia merangkul Kira dengan senyum yang tak pernah pudar dari wajahnya ketika bersama Kira.

"Kila, bunda masuk dulu ya. Sayang," Bunda memberikanku senyuman tertulusnya, aku hanya terdiam tak merespon senyum itu.Aku menatap koper yang baru saja Kira sodorkan pada ku,aku membuang koper itu hingga terjatuh di tanah .

*
*

"Sayang bunda sama ayah pergi dulu ya," Ucap Bunda mencium pucuk kepala Kira, begitupun Ayah.

Aku berbeda mereka tak menyapaku dan melakukan hal yang sama terhadapku.

Aku memilih pergi menuju halaman rumah untuk bermain basket. Daripada terdiam cukup lama disini hanya melihat sesuatu yang sangat tak ingin ada dalam memori ku.

Aku terus Mendrible bola basket untuk membuat hentakan yang lebih keras daripada mendengar suara Kira yang terus mengajakku main.

"Shakila ayo!" Kira terus memelas. Akhirnya aku menyerah untuk menatapnya.

"Ap—" Aku terkejut ketika cairan merah segar menetes dari hidung Kira.

"Kamu kok natep aku kaya gitu?" Tanya Kira.

Aku hanya bisa menujukkan bagian hidungnya yang mengeluarkan darah.

Ia refleks berlari menuju kedalam rumah. Aku segera menelfon Dr. Ryan, dokter pribadi Kira.

*
*

"Sepertinya Kira harus kembali ke singapura. Dia belum sembuh pulih dari sakitnya," Ucap Dr. Ryan yang tengah menemui orang tua ku di depan  kamar kira.

"Maksud dokter?" Aku tak tahu apa yang dimaksud dokter itu.

Dokter itu melirik sekilas ke arah Ayah & Bunda.  Mereka seperti pasrah dan menyerahkan semuanya kepada dokter.

"Beberapa minggu yang lalu Kira sempat didiagnosa oleh Dr. Singapura bahwa kanker nya sudah bersih," Ucap Dr. Ryan.

"Apa dok, kanker?" Dokter itu hanya mengangguk mengiyakan pertanyaan ku.

"Kanker darah atau dikenal dalam dunia medis leukimia," Aku terduduk lemas mendengar penjelasan dokter.

Jadi ini alasan Ayah dan Bunda selalu mengajak Kira ke  Singapore.

"Maaf," Lirih ku kepada mereka. Bunda memelukku sedangkan Ayah hanya bisa bersandar lemas di pintu kamar Kira.

______________________________________

Gimana dah tau blm alasan sebenarnya? 
Jangan lupa terus baca ya sampai akhir cerita.
Budayakan membaca🙂

Revisi 8

Alur nggak diubah cuma Pran tinjau aja dengan kalimat typo yang bertebaran

my story : Twins ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang