EPILOG

1.3K 34 0
                                    


Aku menatap keluar pemandangan dari dalam mobil. Satu tahun ditempat tinggal kakek dan nenek di Bogor banyak memberiku pengalaman. Ada suka dan ada dukanya. Tapi itulah warna kehidupan bukan?

"Sayang ngelamun aja dah sampe tuh!" Ucap seorang laki-laki yang duduk di balik kemudi. Aku tersenyum ke arahnya.

"Oh iya, Makasih ya," Jawabku lalu mencium punggung tangannya. Aku pun keluar dari mobil tersebut.

"Good luck buat hari pertamanya ya!" Ucap nya sambil teriak dari dalam mobil.

"Thanks ayahku!" Jawabku.

"Assalamu'alaikum," Ujar ayah

"Waalaikumsalam," Jawabku. Sambil melambaikan tangan.

GARUDA BANGSA NASIONA HIGH SCHOOL. Lirih ku.

Aku bersekolah di pusatnya. Yang dimana sekolah ini mempunyai donatur salah satunya opa dan ayah. Opa yang asli orang australia itu sangat mencintai Indonesia. Ia sangat kritis dengan pendidikan. Ia dan ke empat temannya memang berniat membantu mendirikan  sekolah ini yang saat itu dirintis oleh dua saudara sepupu. Pemilik sekolah ini. Sekolah ini memang swasta tapi jangan salah banyak murid berprestasi lulus disini. Dan mendapatkan beasiswa.

Sekolah ini sudah memiliki cabang selain di Bogor sekolah waktu aku SMP. Bahkan dari catatan setahun banyak yang berminat.

Opa, Oma, Ayah, butnda, Kakek,  Nenek dan aku juga berencana membuat sekolah swasta gratis yang bisa dibilang seperti yayasan. Bagi anakanak yang kurang mampu dan memiliki minat belajar yang tinggi dan peduli dengan masa depan bangsanya. Sekolah ini juga di persembahkan atas nama Kira.

"Kriiiiiiiiinnnnnnngggggg!"

Suara bel masuk membuyarkan lamunanku. Aku buru-buru mencari kelasku berada.

"X IPS 1," Ucapku. Kenapa aku jadi anak ips?  Karena nanti aku bercita-cita seperti ayah yang sudah s3 ekonomi.

Aku lalu masuk kedalam kelas itu. Banyak murid-murid yang sibuk dengan dunianya masing-masing. Ada yang mengobrol dengan teman bangkunya atu teman  barunya. Ada yang membaca buku. Aku terdiam mencari bangku kosong tapi... Semua sudah penuh.

"Kila!" Panggil seseorang. Aku terdiam ditengah-tengah kelas dan ditatap oleh teman-teman sekelasku.

'itu beneran Kila?  Gw sekelas sama artis!'

"Kila ohhh...'

'si pembohong itu?'

'Kila si hati malaikat itu bukan sih yang beritanya trending banget gara-gara berjuang buat kembarannya.'

'dia yang nyelamatin anak kecil. Terus dia kehilangan matanya?'

Aku berjalan ke arah Artha karena tak ingin mendengar pendapat mereka tentangku baik itu baik atau buruk.

"Duduk disebelah aku ya?" Pintanya. Aku pun mengangguk mengiyakan, toh dengan siapa lagi?

"Good luck,Tha. Akhirnya kamu berhasil masuk sini lagi," Ucapnya setelah kami terdiam cukup lama.

"Kenapa IPS?" Lanjutku,

"Kila tau sendiri Artha paling lemah banget buat ngitung sama ngapalin rumus. Lagipula Artha juga pengen ngelanjutin bisnis keluarga. Terus kita bisa join deh. Kayak janji kita dulu,
" Jawabnya. Tak lama seorang guru berumur 40 tahunan memasuki kelas.

*
*
Hidup itu akan selalu berputar sama halnya dengan roda. Setiap adanya pertemuan bukannya selalu di akhiri perpisahan bukan?

Kita sebagai hamba hanya bisa mengikuti skenario Tuhan yang telah ia atur sedemikian rupa

Karena bagi kita baik belum tentu bagi Tuhan. Biar semuanya mengalir. Tapi jangan pernah menyesal akan keputusan yang nantinya akan kamu ambil karena itu adalah tanggung jawab mu.

Down itu untuk orang yang lemah. Bangkit itu untuk orang yang peduli dengan bangsa nya di masa depan. Untuk perubahan yang nanti akan menimbulkan dampak besar untuk orang disekitarnya.

______________________________________

Sedih kan author ,dah kelar. Tapi ada beberapa bonus part kok buat para readers ku.....

Salam hangat author...

@anandataurisna

Revisi 31

my story : Twins ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang