27.maaf

647 27 0
                                    


Menatap indahnya lukisan sang pencipta. Langit malam dengan warna biru tuanya, bulan dan beribu bintang. Hatiku berulang kali menyebut nama sangat pelukis nya, yang telah menciptakan keindahan yang luar biasa.

"Kak!" Lontar gadis kecil ber kuncir 2,

"Apa sayang?" Jawabku.

"Mama diatas sana bahagia nggak ya?" Tanya Diva. Aku hanya tersenyum,

"Itu pasti!" Jawabku.

"Tapi mama dah jahat sama kakak, udah buat hati kakak terluka!" Ucapnya aku mencium dahinya.

"Kakak dah maafin mama Diva. Sekarang semua itu tergantung sama Diva. Diva mau buat mama bahagia kan?" Tanyaku,ia mengangguk penuh semangat.

"Sekarang Diva berdoa buat mama. Inget jangan lupa ngedoain mama. Diva juga harus jadi anak baik jangan buat senyum mama disurga hilang," Ujarku tersenyum kearahnya, "Kira-kira Mama Diva sama kak Kira ketemu nggak ya?" Gumamnya.

Aku hanya tersenyum lalu memandang langit malam yang indah.

"Artha!" Panggil mommy Artha.

"Iya My?" Jawabnya.

"Kamu bantuin mommy ke kamar ya. Mommy kedinginan nggak nyaman disini," Ucap mommy Artha.

Tante Ishani memang tengah mengandung adik Artha. Adik yang selalu dinantikan oleh Artha tentu nya.

"Kila,Mommy ke kamar duluan ya!" Ucap Mommy kepadaku,

"Iya Mommy, hati-hati ya!" Jawabku.

"Iya cantik," Jawab Mommy.

Aku berjalan ke arah Mama dan Bunda yang tengah sibuk meletakkan piring di meja makan.

"Loh,Kila," Lontar Mama.

"Iya Ma."

"Oh ya,Kila. Mama boleh minta tolong nggak?" Lontar nya,

"Apa Mah?" Tanyaku menatap wajah mama Laras yang tampak anggun tersebut.

"Panggilin Dava dong, dari tadi pagi dia belum makan. Mama khawatir  takut dia sakit," Ucap Mama Laras.

"Iya," Jawabku lalu berlengang masuk kedalam vila dan ke lantai atas.

"Oh Tuhan..... Ku cinta dia. Kusayang dia. Rindu dia. Dianya nggak."

Suara petikan gitar menyambutku ketika di depan kamar Dava.

Tok.... Tok.... Tok...

"Masuk!" Jawabnya. Aku memutar kenop pintu lalu masuk kekamar Dava.

"Dava—"

"Iya dah tau!" Potong nya sebelum aku berbicara, "Disuruh makan kan?" Lanjutnya lalu kembali memetik gitar.

"Nggak ada lagi kan?" Tanyanya sambil melirik pintu kamar. Aku mengangguk lalu keluar kamar Dava dan menutup kembali pintu kamar itu.

Lumpuhkanlah ingatanku.... Hapuskan tentang dia... Hapuskan memori ku tentangnya.
Hilangkan lah ingatanku jika itu tentang dia kuingin lupakan nya....

Suara merdu Dava begitu serasi dengan melodi dan petikan gitar yang ia mainkan. Lagu Geisha yang seolah menggambarkan suasana hatinya membuatku terduduk lemas didepan pintu kamar bercat putih itu. Setetes demi tetes air mata turun membasahi pipiku.

"Maaf," Lirihku.

*

"Kila kamu ngapain disitu?" Tanya seseorang.

Aku langsung berhamburan kepelukan ya dan menangis. Menumpahkan segalanya ke dalam pundak yang cukup lebar itu. Ia mengusap pelan punggungku.

Tanpa mereka ketahui berdua. Ada seseorang yang menatap tak suka dari balik pintu.

"Sekarang kita turun ,ok!" Ajaknya.

Aku mengangguk setuju. Lalu ia menuntunku ke taman belakang vila.


Revisi 28

my story : Twins ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang