22.rencana

737 37 0
                                    


Semua berkumpul bersama diruang makan minggu pagi kami sarapan bersama. Momen ini sudah lama tak terjadi walaupun tanpa ada kehadiran Kila.

"Kila seneng deh. Kita bisa kumpul bareng lagi kayak dulu," Ucapku

"Iya sayang," Jawab Bunda mengelus rambutku lembut.

"Kan bentar lagi liburan gimana kalau kita ke vila?" Usulku.

"Ide bagus. Lagi pula kita sudah lama tidak pernah ke puncak," Jawab Opa.

"Tapi nanti Kila boleh ajak keluarga Artha dan Dava nggak?" Tanyaku.

"Kenapa nggak sayang?" Jawab Ayah sambil tersenyum.

"Thanks!" Ujarku.

"Nanti biar nenek sama kakek yang ngatur semuanya," Lontar Kakek.

"Asyhiap kan Kakek sama Nenek yang tuan rumah di Bogor," Jawabku.

Kami menghabiskan sarapan kami dengan canda dan tawa. Senyum tak lepas dan terus terukir di wajahku. Aku sangat bahagia.

*

Aku terduduk di kursi taman belakang sambil menikmati langit pagi, dan suara burung yang berkicau.

"Kila minum susu dulu nih!" Ucap nenek memberiku susu coklat kesukaanku

 "Makasih,Nek," Jawabku.

"Kalau kamu berfikir orang tuamu nggak peduli denganmu waktu dirumah sakit itu salah ,Kila," Lontar nenek

"Tapi mereka memang tak ada disana kan? Mereka hanya perduli dengan Kira," Jawabku

"Kata siapa? Sehari setelah pemakaman Kira, Bundamu datang ke rumah sakit menemanimu saat operasi dan merawatmu. Nenek tau kalau ia sangat terpukul waktu kehilangan Kira," Nenek menjeda ucapanya.

"Tapi, Bunda mu itu telah sadar bahwa ia hanya memilikimu, " Lanjut Nenek.Hening.

"Kamu tahu waktu ada yang memberikan rekaman video dengan Kira?" Tanya Nenek,aku hanya menggelengkan kepala.

"Jadi itu rekaman?"Tanyaku.

"Iya. Kamu tau kan nenek tak seperti Oma mu, Nenek tidak mengerti tekhnologi. Saat itu Bunda mu sayang yang selalu mengenggam tanganmu sambil menangis," Jelas Nenek.

"Jadi yang peluk aku waktu itu bunda?" Tanyaku.

"Saat itu seharusnya Kila nggak ngomong kayak gitu. Kila udah yakin aja kalau mereka nggak perduli sama Kila. Bunda yang masih bersedih peduli sama Kila," Ucapku tak percaya

"Sekarang kamu cari bundamu!" Jawab Nenek mengenggam tanganku.

Aku segera berlari mencari bunda di dalam rumah.

"Maaf sayang, ini demi kebaikanmu tidak sepenuhnya itu atas gerakan hati Bunda mu. Nenek juga harus turun tangan buat mu bahagia," Ucap Nenek melihat kepergian Kila yang tersenyum bahagia.

*

"Bundaaa!!" Aku segera memeluk wanita yang telah mengandungku itu

"Kamu kenapa sayang?" Tanya Bunda.

"Makasih Bunda. Aku pikir waktu aku selesai operasi Bunda nggak perduli sama aku," Lontar ku menangis di pelukan bunda.

"Itu semua berkat Nenek kamu," Ucap Bunda melepaskan pelukan kami.

Aku terdiam mencerna perkataan Bunda barusan.

"Maksudnya?" Tanyaku.

"Nenek kamu waktu itu menegur Bunda yang terus terusan menangisi kepergian Kira. Nenek bilang bahwa bunda nggak boleh menyia-nyiakan kamu untuk kebaikan kalinya. Ia juga berpesan kalau kamu adalah mutiara buat bunda yang tersisa saat ini," Ucap Bunda meneteskan air mata.

"Maaf bunda tak bisa memberikan lebih Kila. Saat itu juga bunda binggung. Bunda terlalu stress atas kepergian Kira," Aku memeluk Bunda. Kami sama-sama menyalurkan rasa sakit atas semua kepedihan yang berlalu.

"Kila sayang Bunda," Ujarku.

"Bunda juga sayang Kila," Jawab bunda lirih.

______________________________________

Author sayang readers....

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian...
Salam hangat author....
Thanks readers....

@anandataurisna

Revisi 23

my story : Twins ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang