18.good bye

1.1K 47 0
                                    


Aku membuka perlahan mataku yang telah lama tak berfungsi. Hari ini aku kembali bisa melihat betapa indahnya ciptaan sangat pencipta, betapa berwarna nya hidup ini.

Bukan gelap yang kulihat. Bukan.... Ini yang kuinginkan kembali melihat dunia dangan kedua mataku.

"Nek, Kek,"lirih ku melihat mereka dengan senyum yang tak pernah luput dari wajah keriput mereka.

"Kila!" Nenek memelukku penuh haru,setetes demi tetes air mata muncul dari mata yang sangat lelah mengurusku selama ini.

Aku melihat Dokter Melody tersenyum kerahku akupun membalas senyuman hangat itu.

"Yang lain mana?" Tanyaku.

"Dirumah sayang," Jawab nenek.

"Kakek," Lirih ku yang melihat kakek terdiam menatap ku lamat. Kakek hanya tersenyum.

Tak biasanya kakek seperti ini.

"Kila mau pulang?" Ucapku kepada Dr Melody.

"Baiklah kalau itu maumu," Jawabnya.

"Nek, kek nanti kita ke makam pendonor aku dulu ya!" Ujarku,Kakek dan nenek lalu setuju.

*
*

Aku berjalan dengan ditopang kedua tangan Dava yang memegang bahuku. Sejujurnya aku masih terlalu lemah untuk berjalan tapi ini adalah keputusan ku yang tak bisa diganggu gugat.

"Dav, makasih ya dah mau bantu aku kesini," Ucapku tersenyum kearah nya.

Ia hanya tersenyum tak banyak berkomentar. Mungkin dia sedang sariawan atau apalah.

Langkah kakiku berjalan masuk kedalam area pemakaman.

Kami berjalan menuju sebuah makam yang baru beberapa minggu. Kakek dan nenek bejalan didepan kami.

Langkahku terhenti ketika sebuah keluarga menangis tersedu diputaran itu. Aku melihat seorang anak laki-laki seumuranku menangis begitu dalam.

Aku berjalan mendekat membaca sebuah nisan yang terhalang oleh tubuh mereka.

Kakiku lemas seketika, terkulai lemas di rerumputan basah yang habis tergusur hujan.

Dava berusaha membantu ku berdiri tapi usahanya sia-sia.

Air mataku menetes, aku terlambat. Aku—

"Kila..." Lirih Dava tepat di telingaku.

"Itu bukan dia kan?" Tanyaku berusaha tak shok.

"Kila!" Kakek dan nenek memegang bahuku lembut.

Keluarga itu menengok aku bisa melihat dengan jelas siapa mereka.
Laki-laki itu yang selama ini ku rindu.

"Jawab!?" Tanyaku tak berdaya

"Kenapa... Jawab Nek,Kek!" Ucapku mengoncangkan kedua bahu mereka.

Aku kembali membaca sebuah nisan tersebut.

Shakira Caitlyn Andrea binti Alexander

"Mataku bermasalah kan itu bukan dia kan?! Jawab?! Please!!" Aku tak kuasa menahan semua kesedihanku.

"Kira kamu janjikan sama aku, kamu kenapa ninggalin aku?! Mana janji kamu, Kira kamu jahat!?" Lirih ku menatap nisan itu sendu.

Aku bangkit berdiri menghapus sisa air mataku dengan punggung tanganku.

"Kamu mau kemana Kila?" Tanya kakek

"Aku mau nyari Kira dirumah kek, kali aja Kira lagi tidur sambil dengerin lagu BTS kan biasanya dia begitu," Ucapku melangkahkan kakiku.

Dava memegang lenganku tapi aku membanting nya paksa diudara tak peduli karena ku yakin Kira lagi dirumah menantiku dengan senyuman diwajahnya.

Seseorang menarik pergelangan tanganku membawaku kedalam pelukannya.

"Kira udah bahagia disana, kalau kamu kayak gini Kira pasti sedih," Ujar laki-laki seumuran ku yang sangat familiar dihidupku.

"Tapi nggak secepat ini," Lirih ku tenggelam ke dalam pelukannya.

Aku menumpahkan rasa sedih, kekecewaan, penyesalan, semuanya kuharapkan dalam sebuah pelukan yang hangat itu. Air mataku begitu deras mengalir hingga membasahi kemeja hitamnya.

"Ayo, kita pulang!" Ucapnya mengandeng tanganku. Aku menempelkan kepalaku di lengannya, seakan hanya dia yang bisa menenangkanku.

______________________________________

Gimana? Udah kebawa alur belum ketika kamu kehilangan seseorang yang paling berharga dihidup kamu, orang yang sebagian dari jati diri kamu?

Vote anda comment 😊

Revisi 19

my story : Twins ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang