26.berubah

616 27 0
                                    


"Tunggu!" Lontarku ketika ia ingin berlari menjauh.

Ia hanya menatapku dingin.

"Selamat kamu udah kembali jadi Dava yang dingin dan nggak perduli sama orang disekitar mu," Ucapku menatapnya. Lalu berjalan mendekat ke arahnya.

"Berubah?! Aku apa kamu yang berubah?!" Jawabnya.

"Aku?!" Tanyaku tak percaya menunjuk diriku untuk memastikan.

Dava menatapku dan tersenyum miring.

"Saat kamu ketemu Artha kamu berubah!" Jelasnya sambil memasukkan tanganya di saku hodieenya.

"Dia sahabatku. Jelas dong, aku dah lama nggak ketemu sama dia," Belaku.

"Jujur aja kamu suka kan sama Artha?" Dava menunjuk diriku.

"Apa urusannya. Kamu lagian siapa aku? Aku lebih dulu kenal Artha daripada kamu. Jadi jangan ngatur ngatur aku!!" aku meninggikan suaraku,

"Inget, aku lebih kenal Artha lebih dulu sebelum kamu!" Lanjutku.

"Hebat yah ngelak nya. Itu semua kelihatan dimata kamu!" jawabnya,

"Aku memang bukan siapa-siapa kamu kila—"

"Yaudah jangan ikut campur!" Potongku karena sudah kesal dengan sikapnya yang kekanak-kanakan.

"Ok ini untuk yang terakhir kalinya," Jawabnya, "Kamu tau aku berubah gara-gara kamu.kupikir kamu emang temen yang ngertiin aku. Tapi nggak Kila. Kamu sama!" Lanjutnya,lalu berlalu pergi.

"Kalau boleh jujur,aku cemburu," Ucapnya memberhentikan langkah tanpa menoleh kearahku.

Aku memperhatikan Dava yang berlari memasukki vila. Setetes air mata mulai turun menbuat muara kecil dipipiku.

Sentuhan lembut dipipiku membuatku tersadar. Disampingku telah berdiri pangeran kurcaci yang menatap ku intens.

"Peri jail kok nangis?" Tanyanya.

"Aku nggak nangis kok cuma kelilipan aja," Elakku.

"Bohong!" Lontar Artha.

"Aku nggak bohong!" Jawabku.

"Yaudah pangeran ngerti kok. Masuk yuk!" Ajaknya.

"Nggak ah."

"Trus mau kemana?" Tanyanya.

"Gimana kalau kita jalan-jalan aja naik sepeda gimana?" Usul ku.

"Jalan-jalan itu maksudnya jalan kaki. Bukan naik sepeda!" Lontarnya yang sukses membuat ku menahan sabar.

"Artha!" Ujarku.

"Apa jelek?" Jawabnya.

Ia sudah berlari menjauh sambil memeletkan lidahnya. Aku tak mau kalah apalgi Artha sangat payah untuk berlari.

~

Tanpa meraka sadari ada seseorang yang bersembunyi di balik pohon besar sambil mengepalkan tangan nya.

"Kak, ngapain?" Tanya Diva.

"Kepo!" Lontar Dava.

"Mammaaaaaaa kakaak nya!" Adu Diva.

1
2
3

"Dava!!" Lontar mamanya dari dalam.

Dava hanya mendengus sebal. Lalu pergi meninggalkan Diva yang masih menangis.

______________________________________

Assalamu'alaikum....
Maaf ya aku jarang up.....
Sekalinya up pendek...
Tapi tetep semangat baca ya.

Budayakan membaca....

Vote sesuai hati nurani ( bukan Nuraini)

Oh ya kalau ada mau nanya tentang cerita ini tanya aja di koment.

Misalnya tentang tokoh, kelanjutannya atau apapun. Nanya soal author juga boleh...#ngarep

Thanks..... For Reading my story

Revisi 27

my story : Twins ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang