8.hukuman

925 40 0
                                    

Ruangan serba putih ber ornament  biru menghiasi mataku. Peralatan cangih di kanan kiriku dan aroma obat-obatan menyeruak menusuk hidungku.

"Alhamdulillah cucu opa dah bangun sayang?" Tanya Opa mengelus kepalaku lembut.

Aku hanya bisa menganggukan kepala. Badanku terasa sakit dan kaku karena tindakan pembully an itu.

"Nenek sama kakek mana?" Tanyaku yang rindu dengan mereka.

"Mereka ada diluar. Mau Opa panggilin?" Tanya Opa seraya tersenyum.

"Aku cuma pengen ngobrol sama Opa. Aku kangen," Ucapku.

Kami menghabiskan waktu yang sangat berharga bagiku. Bukan cuma Ayah sama Bunda saja yang tak pedulikan aku.

Oma, Opa juga sama. Tapi Opa masih mengerti ku buktinya Opa disini menemaniku.

"Opa, mau kemana?" Tanyaku ketika Opa mulai beranjak pergi.

"Opa, mau ngobrol bentar sama kepala sekolah kamu soal masalah kamu kemarin," Ucap Opa.

"Bu Laras ada disini?" Tanyaku ,Opa hanya mengangguk.

"Harus ya Pa?" Tanyaku yang ragu karena aku kasian dengan Farah, Airin, dan Ghea karena mereka sama seperti kelas IX yang sebentar lagi menghadapi ujian & ulangan.

"Seorang manusia biasa aja pasti punya hatters dan fans. Apalagi kamu yang notabene nya artis. Kila, kalau hatters udah keterlaluan bahkan sampai ngeliatin fisik itu dah nggak bisa dibiarin. Kamu ngerti kan maksud Opa?" Tanya Opa lalu berlalu keluar ruangan kamar VVIP.

Tak lama kepergian Opa dari kamar rawat ku. Kakek dan Nenek datang dengan wajah yang bahagia Nenek langsung memelukku dan mencium pipiku.

Aku lalu mencium punggung tangan Kakek dan Nenek.

"Kila kangen!" Ucapku ketika Nenek melepaskan pelukan nya.

"Kita juga, nih liat Kakek sama Nenek bawa apa  hayo?" Nenek menyodorkan sebuah kantung plastik bertuliskan AMANDA.

"BROWNIES!" ucapku sambil tersenyum.

"100 buat cucu Nenek nih makan!" Nenek menyuapi aku sepotong brownies bertopeng keju.

Aku mengerucutkan bibirku ketika brownies itu tak ada di mulutku.

"Kakek," Ucapku. Kakek malah tertawa yang membuatku semakin kesal.

"Kok malah Kakek yang makan. Nanti kambuh lho!" Ucapku masih kesal.

"Abisnya brownies nya menggoda. Kan yang ngebuat nya kan manis," Kakek melirik kearah Nenek yang sedang menautkan kedua alisnya.

"Maksud Kakek mba-mba ditoko tadi?" Kali ini Nenek yang marah.

"Lho kirain kamu yang bikin. Maaf ya," Ucap Kakek disertai cengiran khasnya.

"Kakek ini dah lupa kan tadi kita mampir dulu buat beli kue," Ucap Nenek mengingatkan Kakek,Kakek hanya mengangguk.

"Assalamu'alaikum," Ucap seseorang mengetuk kamar rawat ku.

"Waalaikumsalam, biar Nenek yang buka," Ucap nenek lalu beranjak ke arah pintu.

"Eh Dion, Laras masuk nak!" Nenek mempersilahkan mereka masuk.

Bu Laras lalu duduk disamping ranjang rumah sakit.

"Kamu sudah baikan sayang?" Tanya Bu Laras mengelus rambutku.

"Alhamdulillah Ma mendingan," Jawabku.

"Ma, Dava mana?" Tanyaku yang melihat kejanggalan karena muka datar nggak ada.

"Ekhem, kangen ya?" Goda Dava dari ambang pintu kamar rumah sakit. 

"Ge- er," Jawabku asal.

"Oh ya Ma, Pa kok aku bisa ditemuin?" Tanyaku penasaran.

"Orang mah bersyukur ditemuin!" Lontar Dava berjalan menuju sofa.

"Dava, nggak boleh kayak gitu!" Ucap Mama Laras, Dava lalu menunduk.

"Waktu itu Rena emang udah curiga kamu nggak masuk kelas. Tapi temen-temen kamu pikir kamu lagi sakit trus ditemenin sama Nina," Jawab Mama Laras

"Siapa yang bilang?"Tanyaku menatap Mama Laras

"Airin!" Jawab Mama Laras.

"Nah terus, waktu pulang sekolah di kamar mandi samping mading. Anak kelas IX5 nemuin Nina yang kekunci dikamar mandi. Nah setelah itu Nina cerita kalau kamu disekap sama Farah, Airin, dan Ghea di gudang," Lanjut Mama Laras.

"Apa Nina juga disekap sama mereka?" Tanyaku yang kasian dengan Nina.

"Iya, Nina tau kalau Farah dan gengnya nyekap kamu. Nina nggak sengaja ngeliat tapi dia ketauan trus di labrak di kamar mandi dan dikunciin," Aku hanya mengangguk mengerti mendengarkan cerita Mama Laras.

"Lalu mereka bertiga gimana?" Tanyaku

"Opa kamu minta buat ngeluarin mereka dan memindahkan sekolah mereka," Mama Laras lalu tersenyum ke arahku.

Aku hanya bisa tersenyum getir. Opa memiliki kekuasaan penting  disekolah. Aku tak bisa melakukan apapun, apalagi jika di dalam nya ada Opa yang terlibat Opa keras kepala sama seperti Ayah dan diriku

Revisi 9

Mianhae kalau masih ada typo

my story : Twins ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang