5.selalu dibandingkan

1.2K 50 2
                                    

Melihat langit biru membuat semangat diriku....
Tak peduli apapun itu, semua terhapus bagiku.....
Langit biru, sang penyemangatku....
Seberapa lama lagi aku bisa menjadi diriku?

*


Flashback on

"Kila, lihat nilai & prestasi Kira yang diatas kamu!?" Ucap Ayah sambil menyantap sarapannya.

"Kenapa sih, kamu selalu perjuangin karate kamu? Apa pernah kamu dapet penghargaan, nggak kan?" Ucap Ayah dengan nada menyindir ku.

Ayah memang tegas dalam pendidikan sama halnya dengan opa yang notabennya Daddy dari Ayah.

Aku tak kuasa menahan semua derita yang selama ini kututup demi Kira. Tanganku refleks mengepal menahan amarahku.

"Ayah sama bunda, selalu belain Kira. Selalu nganggep Kira itu segalanya. Sampai kalian nggak sadar sama kesalahan Kira," Aku menarik nafasku perlahan dan menghembuskan nya.

"Ayah tau, Kira nilainya bagus itu bukan nilai aslinya. Tapi, itu nilai Kila yang sengaja Kira tuker karena Kira takut dimarahin sama Ayah," Ucapku sambil meneteskan air mata.

"Saya nggak peduli. Nilai kamu itu tetep jelek. Saya yakin Kira itu pinter, dia rajin belajar," Ayah seolah mempertahankan Kira diposisi anak nya yang paling cerdas.

"Ok. Kalau Ayah nggak percayalah tes sekarang juga disini," Ucapku menatap sinis Kira. Skakmat kira batinku.

"Ayah tetap yakin Kira memang pintar. Nggak usah tes-tes an segala, buktinya itu nilai rapor kalian yang beda jauh!" Ucap Ayah.

"Seenggaknya Kila dah jujur terserah Ayah mau percaya apa nggak. Jangan ngeliat dari kenyataan, kadang kenyataan bisa direkayasa," Ucapku menghapus air mataku lalu keluar vila.

Liburan kali ini divila tak berjalan baik. Kira begitu bodoh dan egois mengorbankan orang lain demi kebahagiaan nya sendiri. Dia memang pintar bersandiwara.

**

"Assalamu'alaikum, Nek!" Ucapku mengetuk pintu rumah Nenek yang jaraknya hanya 1 km dari vila. Aku memarkirkan sepeda gunung ku di teras rumah Nenek.

"Waalaikumsalam. Eh, cucu Nenek. Nenek kangen lho!" Nenek menghampiriku lalu aku mencium punggung tangannya.

"Ayo masuk kebetulan Nenek sudah buat sarapan. Kamu dah sarapan?" Tanya Nenek

"Belum Nek tadi nggak sempet," Ucapku lalu kami pun memasuki rumah yang didominasi warna coklat.

"Ayo didalem juga ada Kakek," Aku tersenyum ketika mataku bertemu pandang dengan seseorang yang baru saja diperbincangkan.

"Kakek!" Ucapku sambil memeluknya. "Siapa ya?" Aku menatapnya, apakah Kakek sudah amnesia karena faktor U nya?

"Serius banget,Kakek bercanda kok," Kakek mengacak-acak rambut dari coklat ku yang sengaja ku gerai.

"Kakek nyebelin nih!" Aku melipat tangan didepan dada dan memajukan bibirku. "Nyebelin apa ngangenin?" Ucap Kakek menggoda ku. Aku tak berkutik.

"Nyebelin!" Ucapku ketus,"Bo'ong!" Kakekku terus menggodaku agar tak marah.

"Bilang aja ngangenin, kalau nggak ngangenin ngapain cucu Kakek yang cantik ini ada disini?" Ucapnya yang berhasil membuatku tersenyum.

"Tuh kan senyum," Kakek tertawa," Kakek, kila kesini tuh orang ada—" Aku menguntungkan kalimat ku.

"Ada masalah kan dengan Ayah kamu?" Tanya Nenek yang akhirnya angkat bicara. Aku hanya menunduk.

"Mereka pasti punya alasan Kila," Jelas Nenek mengelus rambut panjangku.

"Lagian Kakek dan Nenek ada disini," Lanjut Nenek.

"Tapi kalau nanti Kila ke Jakarta, Kila sama siapa?" Tanyaku. Sebelum Kakek menjawab. Suara mesin mobil yang baru dimatikan terdengar dari halaman rumah Nenek yang luas.

"Assalamu'alaikum," Aku hanya mendengus kesal, aku tau siapa yang datang.

"Waalaikumsalam," Jawab Kakek dan berlalu keluar rumah. " Ayo, sayang!" Ajak Nenek mengandeng tanganku dengan sangat terpaksa aku mengikutinya.

"Saya senang lho kalian kesini," Ucap Kakek membuka pembicaraan.

"Kami kesini ingin menjemput ,Kila," Ucap Ayah dengan tak berekspresi membalas kehangatan yang diberikan kakek.

"Untuk apa Kila dijemput? Kan ada Kira toh Kira lebih baik dari Kila. Kalian juga lebih sayang kan sama Kira? " Ucapku. 

"Yang sopan ya kamu sama orang tua!" aku mendengus sebal.

"mengapa saya harus sopan jika anda sendiri saja tidak sopan dengan mertua anda sendiri?"Sebuah tamparan melesat dipipi chubby ku.

"Ayah capek ya Kila, kita kesini tuh buat liburan!" Ucap Ayah yang barusan menampar pipiku.

"Kila, Ayah sama Bunda tuh sayang sama kamu," Ucap Bunda mengelus rambutku. Aku hanya berdecak meremehkan dan menepis tangan ibu yang berada dipucuk kepala ku .

"Sayang? Setiap hari Kila selalu sendiri dirumah nunggu kalian pergi dari jalan-jalan. Kila nggak diajak, bahkan nggak ada basa basi. Kalian sibuk kerja setiap pulang kerja pasti Kira yang selalu jadi pusat perhatian kalian," Aku menghembuskan nafasku kasar.

"Kalau kalian sayang, guratan merah ini apa?" Tanyaku sambil menunjuk bagian pipi yang barusan ditampar.

Aku tak kuat berada disana apalagi melihart Kira si sumber masalah utama yang membuat maslah menjadi rumit. Aku memutuskan untuk kembali ke vila menuju dream garden belakang vila atau yang biasa ku sebut base camp.

Tak banyak yang bisa kulakukan di base camp ini hanya menangis dan menangis.

"Kila,Shakila Caitlyn Andrea. Turun dong!" Aku mengenal suara itu, itu Kira. "Kila—" Ucapnya kembali.

"Nggak mau. Kalau kamu berani kamu naik kesini kerumah pohon ini,"
Ucapku lalu tersenyum sinis.

Aku membaca sebuah buku yang sengaja kusimpan dirumah pohon itu. 3 menit aku membaca...

"Ha-I-K.-Ki- Laaaaa," Ucap Kira dengan nafas tersengat. Kira phobia ketinggian ternyata tekadnya kuat juga.

"Mau apa? " Tanyaku sinis,"Mau minta maaf, soal tadi nanti aku yang jelasin ke Ayah," Ucapnya sambil tersenyum berharap aku memaafkannya.

"Nggak usah, itu dah basi aku males ngungkit nya!" Sebetulnya aku kagum dengan tekadnya yang membuatku mengabaikan permasalahan yang runyam itu.

Aku memeluknya, memeluk adik kecilku, saudara kembarku yang kini menatap ku.

"Kila?" Aku refleks menengok kearahnya. "Turun yuk! Aku takut," Aku hanya tersenyum dan kemudian mengikuti permintaanya.

______________________________________

Gimana ceritanya? Maaf ya kalau disini kila agar ngelawan orang tua atau disini di keliatan jahat tapi nanti ada penjelasan yang lebih rinci lagi kok di next capture. Tunggu ya & jangan bosen baca. Budayakan menbaca

Revisi 6

my story : Twins ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang