3.kecurigaan netizen

1.5K 58 0
                                    

Ruangan biru muda yang seperti nya baru dicat terlihat senada dengan sofa navy blue, dream capture, furniture dan beberapa alat musik. Ini adalah studio khusus milikku.

      "Hai!" Sapa Dava yang tiba-tiba muncul dihadapan ku.

"Dav, ngagetin tau!!" Ucapku.

Ia hanya tertawa, lalu terhenti ketika bu laras mendekati kami. 

"Dava," Ucap Bu Laras lalu berlalu menuju dapur.
      
"Dav, om Dion mana?" Tanyaku karena tak melihat kehadiran om Dion disini.

"Oh, papa tadi lagi sibuk. Dia telepon an gitu tapi mukanya frustasi. Aku yakin dia lagi ada masalah," Jawab Dava lalu duduk disofa.
     
Om Dion adalah managerku. Aku bersekolah dan tinggal disini supaya mudah ke lokasi syuting, lokasi syuting itu tak jauh dari Garuda bangsa nasional junior high school.

   "Dava kamu keluar sebentar,"ucap Om Dion yang tiba-tiba muncul. 

"Pah, Dava janji nggak nganggu kok," Ucap Dava memelas.

"Dava!!" Dava akhirnya berlari menuju Bu Laras dan memeluknya, seperti anak tk yang takut ketika awal masuk sekolah.
   
"Sudah siap Kila?" Tanya Om Dion tersenyum kearahku, aku hanya mengangguk.

Ia memainkan sebuah biola, alunan nya lembut terdengar.
Om Dion memang ahlinya dalam alat musik, aku pun mulai mengikuti alunan lembut petikan biolanya.

     
"Nih, pasti kalian capek," Ucap Bu Laras membawa nampan berisi makanan dan minuman, setelah baik aku maupun Om dion telah selesai bermain biola.

"Ayo kila, jangan malu," Ucap om Dion.

"Iya om," Jawabku. "Jangan manggil saya Om, panggil saja saya Papa seperti Kira," Ucapnya dengan nada humoris nya.

"Iya Kila, kamu juga boleh panggil saya mama. Tapi kalau di area sekolah jangan ya!" Ucap Bu Laras yang disusul tawa. Keheningan kembali mulai ketika handphone Papa Dion berbunyi.

"Oh ya Kila, kamu istirahat dulu ya. Saya pergi dulu mau ada urusan," Ujar Papa Dion lalu pergi bersama mama Laras.
     
Kecanggungan tadi membuatku gerah walaupun studio ini ber AC. Aku membuka ikatan rambutku dan mengerainya.

Rambut dark coklat alami ku sebagian basah oleh keringat. Aku hanya bisa mendengus nafas sebaliknya karena aku baru saja keramas.
      
"Hai Shakila," Sapa Dava yang duduk disebelah ku sambil memakan snack yang telah disediakan Mama Laras. Aku buru buru mengambil ikat rambut ku.

"Selow aja kayak Via Vallen," Ucapnya.

"Aku dah tau kok. Dari awal kamu masuk sekolah. Tapi itu bukan dari Papa ya! Aku ini fanbase Shakira sejati!" Ucapnya, aku hanya membeku ketika ia menyebutkan nama Shakira.

"Tapi kalau dilihat aslinya dan dari deket kamu cantik ya?" Aku hanya tersenyum.

"Tapi, kamu lebih cakep kalau kamu jadi diri kamu sendiri,"Ucap Dava yang membuat ku tertegun.Dia memang polos tapi dia orang yang berkata apa adanya.
      
Kami berbincang cukup lama dan seru, lalu terhenti ketika Papa Dion duduk disofa dan mengusap wajahnya dengan gusar.

"Shakira lagi ada masalah ya pa?" Tanyaku memberanikan diri.

"Iya, para netizen sama fans dah pada curiga, tentang warna rambut mu," Ucap Papa Dion.

"Tapi tenang ini udah diatur. Tadi papa bicara sama produser katanya nanti bagian perkenalan pemain diganti baru dan mereka memberikan alasan.  Jadi kamu nggak bakal ketahuan," Ucap Papa Dion. Setidaknya aku bisa sedikit tenang walaupun tetap saja kepikiran.
    
Walaupun aku dan Kira kembar kami layaknya anak kembar pada umumnya yang memiliki perbedaan. Warna rambutku dark coklat sedangkan Kira hitam. Warna pupil mata kami berbeda aku hitam Kira hazzel.aku dan Kira adalah blasteran Indonesia - Australia.

Ayah keturunan asli Australia sedangkan Bunda keturunan asli Indonesia .Mereka saling jatuh cinta saat pertama kali bertemu di Puncak Bogor tempat tinggal kakek dan nenek.Selain itu kami berbeda sifat, Kira sosok gadis yang sangat feminim sedangkan aku sedikit tomboy.

Revisi 4

my story : Twins ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang