Empat

160 11 0
                                    

Fungsi mulut itu ada dua. Pertama untuk makan. Dan yang kedua untuk membicarakan sesuatu.

Happy Reading❤

Suasana kantin sudah terlihat padat. Mereka berdua sudah kehabisan tempat duduk. Namun, ada satu meja yang sepertinya memang sengaja dikosongkan.

"Kita duduk di sana aja yuk," ajak Aila sambil menunjuk meja tersebut.

"Nggak! Kita bawa makanannya di taman kek atau di mana. Asal jangan di meja itu," cegah Rachel.

Aila menyatukan kedua alisnya. "Kenapa?" Tanyanya.

"Itu tuh bangkunya anak IPS kelas dua belas, La," jelas Rachel.

"Terus kalo bangkunya anak-anak itu emangnya kenapa?"

"Pokoknya nggak boleh duduk sana!" ucap Rachel.

"Bodo amat, Chel!" kata Aila.

"La.... please!" Rachel menyatukan kedua tangannya. Aila jadi tidak tega melihat pemandangan itu. Rachel sepertinya memang benar-benar takut.

"Oke."

Rachel tersenyum lega. "Kalau gitu lo mau pesan apa?"

"Apa aja deh. Asal bisa dimakan."

"Oke, pesan mi ayam aja ya. Lo tunggu di sini. Jangan kemana-mana, ok?"

"Hm."

Setelah Rachel pergi, Aila memundurkan langkahnya sampai mentok di dinding kantin. Tubuhnya ia sandarkan di sana, dengan kedua tangan terlipat di depan dada.

Lima menit berlalu, "Lama banget sih?" Aila sudah bosan menunggu.

"Sorry, ngantrinya lama." Rachel datang sambil membawa nampan berisi dua mangkuk mi ayam dan dua gelas es teh.

"Iya, nggak papa. Kita mau kemana ini?"

"Hey?"

Aila tersentak oleh sapaan yang datang bersamaan dengan tepukan di bahunya. Aila menolehkan kepalanya ke samping kanan.

"Sorry, siapa ya?" Tanya Aila dengan nada tak suka. Rachel langsung menyikut lengan Aila. "Apaan?" Bisiknya pada Rachel.

Cowok tanpa name badge di bajunya itu tertawa pelan. "Masa lo nggak ingat gue?"

"Nggak! Gue nggak pernah kenal, ataupun ngeliat lo."

"Gue Hafiz. Cowok yang nyamperin lo dua hari yang lalu di halte dekat mall."

"Maaf, gue nggak ingat!" Ujar Aila lalu menarik tangan Rachel untuk mengajaknya pergi dari sana.

Hafiz membalikkan badannya. "Selain cuek, lo juga pelupa ya ternyata," ucapnya yang sukses membuat langkah Aila terhenti.

"Daripada lo? Sok kenal dan sok tau kepribadian gue!"

Hafiz terkekeh lalu menghampiri Aila. "Nebak aja kok. Tapi emang bener kan ucapan gue?" Tanyanya.

Aila menatap Hafiz semakin sinis.

"Oh iya." Hafiz mengangkat salah satu tangannya untuk mengusap pipi kanan Aila.

"Lo cantik."

"Dan gue suka." Lanjutnya seraya menyunggingkan senyum termanisnya.

Aila segera menyingkirkan tangan Hafiz dari pipinya lalu kembali melanjutkan langkah yang sempat terhenti.

A I L A🍃 [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang