Delapan

100 9 0
                                    


Kebodohanmu adalah di saat kamu merasa lebih pintar dari orang lain. Dan kekalahanmu adalah di saat kamu merasa telah menang dari orang lain.

Happy Reading❤

Kringg Kringg

Alarm berbunyi membangunkan gadis yang masih berada di balik selimut. Ini sudah pagi, matahari masih malu-malu untuk menampakkan dirinya. Ayam berkokok saling bersahut-sahutan.

Aila mengucek matanya sesekali menguap. Ia masih duduk di pinggir kasur, karena nyawanya belum terkumpul sepenuhnya.

Kemudian ia menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan mengambil wudhu. Aila sudah terbiasa bangun pagi. Karena pasti tidak akan ada yang membangunkannya jika ia kesiangan.

Setelah melaksanakan ibadah shalat Subuh, ia pun turun ke bawah untuk membantu Bi Ima memasak. Mamanya biasanya jam segini belum bangun.

"Bi Ima mau masak apa?" tanya Aila ketika dia sudah sampai di dapur.

"Oh ini Non, mau masak nasi goreng," jawab Bi Ima.

"Aila bantuin apa?" tanyanya.

"Eh, nggak usah, Non. Non duduk aja biar Bibi yang masak."

"Nggak papa, Bi. Aila biasa kok bantuin Oma dulu waktu di sana."

Dengan berat hati Bi Ima mengizinkan. "Oke. Non buat susu aja ya. Buat Nyonya Bella susunya rasa cokelat." Ucapnya.

"Oke, siap."

Tak lama kemudian nasi goreng buatan Bi Ima telah dihidangkan di atas meja makan. Kemudian Bi Ima memanggil seisi rumah untuk sarapan.

Bella, Tedy, dan Rama datang ke meja makan. Mereka pun menyantap sarapan mereka masing-masing.

Setelah Aila menyelesaikan sarapannya, ia melirik jam yang bertengger di pergelangan tangan kanannya. Sudah pukul 06.30. Aila pun pamit untuk berangkat ke sekolah kepada orangtuanya. Ia hendak menyalami mama dan papanya. Namun, langsung ditepis oleh mereka. Oke, lebih baik dia pamitan dengan Bi Ima saja.

"Bi, Aila berangkat ya. Assalamualaikum." Ucap Aila seraya menyalami wanita yang sudah menginjak kepala lima itu.

Kemudian, ia mengambil tas punggungnya yang ada di dalam kamar. Hari ini Aila akan mengendarai mobilnya.

***

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih dua puluh menit, Aila telah sampai di sekolahnya. Ia memakirkan kendaraannya. Setelah itu ia menuju ke kelasnya. Di sepanjang koridor, semua anak menatapnya dengan tatapan yang bermacam-macam. Samar-samar ia mendengar perbincangan salah satu gerombolan siswi.

"Ini yang namanya Aila? Yang katanya nyebarin konten nggak bener di grup sekolah?"

"Iya, gue denger-denger sih gitu."

A I L A🍃 [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang