Tiga Belas

69 5 0
                                    

Move on itu perkara ikhlas dan merelakan. Iya, ikhlas melihat dia bersama yang lain, pun merelakannya menemukan kebahagiaan yang baru.

Happy Reading❤

Cuaca hari ini sedang tidak bersahabat. Hujan belum juga reda sejak subuh tadi. Biasanya dalam keadaan seperti ini, kegiatan olahraga terpaksa harus ditiadakan untuk hari ini dan diganti dengan teori. Seperti di kelas XI IPA 2. Bel masuk sudah berbunyi sejak tadi. Namun, guru yang mengajar belum juga ada tanda-tanda mau masuk ke kelas ini. Para penghuni kelas XI IPA 2 sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing.

"Woy diem woy! Pak Budi mau ke sini!", ucap sang ketua kelas-Nando yang baru keluar kelas. Seketika semua murid berhamburan menuju tempat duduk mereka masing-masing. Hening.

" Assalamualaikum", ucap Pak Budi ketika menapakkan kakinya di kelas mereka. Pak Budi adalah wali kelas mereka. Orangnya masih muda, tampan, cool, dan yang pasti enak diajak bercanda. Nggak kayak guru guru lain.

"Waalaikumsalam", jawab anak-anak serempak.

Di belakangnya ada seorang lelaki jangkung dan kece. Kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku celana abu-abunya. Anak cewek pada berteriak histeris, melihat cowok itu yang super duper tampan. Mungkin ia akan masuk ke jajaran mostwanted SMA Bintang Bangsa.

Aila tidak memperhatikan lelaki tersebut. Ia sibuk mencatat ringkasan sejarah yang harus dikumpulkan hari ini juga.

"Aila", bisik Grace.

"Hm", jawanya tanpa menoleh.

"Itu Dico kan?", tanyanya sambil melihat ke arah depan dimana cowok itu berdiri.

"Mana?", tanya Aila linglung.

"Liat depan", ucap Grace dengan raut muka datar.

Aila tersentak. Mengapa ia harus dipertemukan dengannya lagi. Rumah deketan, sekelas lagi.

"Hari ini kita kedatangan murid baru lagi", ucap Pak Budi di depan sana.

"Perkenalkan diri kamu boy", suruh Pak Budi pada cowok itu.

"Nama saya Ferdico Dirgantara. Saya berasal dari SMA Widya Bakti, Palembang. Dan saya adalah mantannya Aila", ungkapnya dengan suara cool. Dengan mata yang melirik ke arah Aila.

Astaga!! Kenapa nama Aila dibawa-bawa?

Ingin rasanya Aila menghilang dari sini. Ia menutup wajahnya menggunakan buku tulisnya. Ia yakin, dia sedang menjadi pusat perhatian saat ini.

"Wahh, beruntung banget Aila punya mantan kek Dico", celetuk Yuni.

"Dico jomlo enggak?", tanya Resi.

Dan masih banyak lagi penututan yang dilontarkan teman teman cewek Aila.

"Udah udah. Sesi pertanyaannya dilanjutkan istirahat nanti. Sekarang kamu duduk di bangku yang kosong", perintah Pak Budi.

"Hari ini Pak Deny sedang berhalangan hadir. Inget! Nggak boleh berisik. Terimakasih", ucap Pak Budi lalu keluar dari kelas. Seketika kelas menjadi ramai sperti pasar.

Sementara Dico celingak-celinguk mencari bangku yang kosong. Kebetulan hanya satu yang kosong, tepatnya di samping Grace. Ia pun berjalan ke sana.

Grace deg-degan sekaligus senang, karena Dico akan menjadi teman duduknya.

"Inget Grace. Lo itu cuma dijadiin teman duduk aja bukan teman hidupnya", ucap Grace dalam hati.

Grace memang sudah mengenal Dico walaupun mereka tidak satu sekolah, karena ia sering main dengan teman teman Grace dan Aila. Aila pun mengenal Dico dari situ. Grace juga sempat menyukai Dico. Namun, Dico malah jadian dengan Aila. Nah, dari situlah Grace mulai membenci Aila. Rasa itu muncul kembali saat mereka dipertemukan lagi.

A I L A🍃 [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang