Tiga

183 11 0
                                    

Orang yang sering menghina orang lain adalah orang yang merasa kurang puas dengan dirinya sendiri.

Happy Reading❤

Sinar mentari mulai memasuki celah-celah kamar Aila. Aila mengucek matanya dan beranjak dari tempat tidurnya.

Dengan nyawa yang belum terkumpul sepenuhnya, ia menatap jam dinding.

"WHAT!?", Aila terbelalak ketika melihat jam yang telah menunjukkan pukul 6.15. Artinya ia akan telat masuk sekolah. Apalagi hari ini adalah hari pertama ia masuk di sekolah barunya. Karena sebelumnya ia tinggal bersama neneknya di Palembang. Namun, dua hari yang lalu, neneknya menyuruh Aila untuk tinggal bersama orang tuanya di Jakarta supaya hubungan Aila dengan orang tuanya membaik.

Tanpa babibu, ia segera menuju kamar mandi. Setelah selesai melakukan rutinitasnya sebelum berangkat sekolah, ia segera keluar dari kamarnya dan menuruni anak tangga dengan berlari.

Ia melirik ke meja makan. Di sana ada kedua orang tuanya dan juga kakaknya- Rama yang sedang sarapan.

Aila tidak berniat untuk sarapan bersama mereka. Toh, orang tuanya juga tidak peduli padanya.

"Aila," panggil Rama.

"Apa?" kata Aila.

"Lo bareng gue aja," ucap Rama.

"Gak usah Kak, gue udah pesen taksi," tolak Aila. Dan ia langsung melenggang pergi.

"Biarin aja, gak usah peduli sama dia," ucap Tedy- papanya pada Rama. Namun, masih dapat didengar oleh Aila. Tedy dan Bella memang tidak peduli dengan Aila. Yang mereka pedulikan hanya Rama.

"Gue juga gak butuh kok," batin Aila. Hatinya tersayat. Dari kecil ia tidak pernah mendapat perhatian dari orang tuanya.

Aila menunggu taksi yang tak kunjung datang. Padahal ini sudah jam 6.50. Ia berdecak sebal.

"Beneran gak mau bareng?" tanya Rama yang tiba-tiba berada di sampingnya. Meskipun mereka akan satu sekolah, Aila tidak mau berangkat bersamanya.

"Gak deh, lo duluan aja," ucap Aila.

"Emm ya udah gue duluan ya," Rama segera melajukan motornya.

Sepuluh menit kemudian, taksi yang ia tunggu-tunggu akhirnya datang. Ia segera masuk ke dalam taksi.

Taksi pun melaju dengan kecepatan yang bisa dibilang pelan.

"Pak bisa cepet dikit gak? Soalnya saya udah mau telat nih," ucapnya. Sang sopir hanya mengangguk dan menambah kecepatan.

Namun ternyata jalanan sudah terlihat macet. Aila berdecak. Ia kemudian memilih untuk turun dari taksi dan berlari menuju sekolahnya. Karena jarak nya sudah lumayan dekat.

"Pak saya turun disini aja, ini ongkosnya," ucapnya sambil menyerahkan uang lima puluh ribuan.

Ia berlari secepat mungkin, dan akhirnya ia sampai di depan gerbang sekolah barunya SMA Bintang Bangsa, yang sudah mau ditutup oleh satpam. Dengan kecepatan kilat, ia pun masuk. Sang satpam hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkahnya.

Di tengah jalan, ia dihadang oleh guru yang kelihatannya killer.

"HEI BERHENTI KAMU!!" Aila terlonjak kaget ketika mendengar suara guru tersebut yang sangat memekakkan telinga.

A I L A🍃 [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang