Tujuh

113 8 0
                                    

Setiap orang mempunyai topengnya masing-masing untuk menutupi segala masalah yang mereka alami. Yang terlihat belum tentu itu nyata.


Happy Reading❤

Sudah satu bulan Aila bersekolah di sekolah barunya. Ia sudah bisa beradaptasi dengan lingkungan sekolah. Mulai dari Rachel yang cerewet. Hafiz yang gencar mengganggunya. Dan dengan guru-guru di sekolahnya.

"Aila!" Panggil seseorang yang suaranya sudah terdengar familiar di telinganya. Ia menghela napas panjang. Hafiz berlari menyusul Aila.

"Lo pulang naik apa? Bareng siapa?" cerocosnya.

"Naik sepatu!" ucap Aila sekenanya.

"Bareng gue aja." Ucapnya yang terdengar seperti memerintah.

"Gak!" tolak Aila.

"Ini perintah, dan gak ada penolakan!" jelasnya lalu menarik tangan Aila paksa.

"Iss lo itu ya. Udah gue bilangin gak mau masih aja ngotot," ucap Aila sebal. Ia berusaha melepaskan tangan Hafiz sekuat tenaga, dan berhasil.

Ia segera berlari menuju angkot yang kebetulan berhenti, dan masuk ke dalam.

"Oke, gue naik angkot juga. Biar romantis."

"Yon, lo nggak bawa motor kan? Nih bawa motor gue, tapi besok pas sekolah jemput gue!" Hafiz melemparkan kunci motornya kepada Dion.

"Siap Bos!"

Hafiz langsung berlari menuju angkot yang ditumpangi Aila tadi. Kakinya melompat ke dalam angkot yang sudah mulai berjalan itu.

Matanya menyapu bagian dalam angkot. Semua bangku terlihat penuh. Akhirnya ia memutuskan untuk ndusel di antara beberapa murid lelaki, hingga kini ia saling berhadapan dengan Aila.

Ia memandang wajah cantik Aila, dan dibalas dengan tatapan tak suka oleh cewek itu.

"Ngapain lo?"

"Naik angkot lah, bareng pacar," ujarnya sambil menaikturunkan alisnya.

"Najis, punya pacar kayak lo!"

"Heleh, najis najis, tapi suka kan?" Hafiz semakin gencar mengganggu Aila. Bahkan, kini tangan Hafiz bergerak membelai dagu Aila.

Aila langsung menepis tangan tersebut. "Cowok stress."

"Apa? Cowok keren?"

"Kuping lo udah konslet kayaknya."

"Iya, nih. Konsletnya gara-gara kamu!"

"Ekhem. Kalau pacaran jangan di angkot, Kak." Ujar siswa berseragam sama seperti Aila dan Hafiz yang duduk di sebelah Hafiz.

"Kenapa lo? Iri kan lo karena nggak punya pacar? Atau iri karena cewek gue secantik ini?" Ujar Hafiz.

Cowok tadi tidak menanggapi lagi.

"Bang, kiri," ujar Aila.

"Loh, rumah lo kan masih jauh." Ucap Hafiz terheran.

"Enek gue liat muka lo."

Setelah memberikan uang kepada sang kernet angkot, ia pun segera turun. Hafiz pun begitu.

"Eh, tunggu! Lo mau jalan kaki nyampe rumah? Rumah lo masih jauh." Ujar Hafiz.

A I L A🍃 [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang