Delapan Belas

57 6 0
                                    


Aku hanya ingin melakukan yang terbaik. Bukan menjadi yang terbaik.

Happy Reading

"Rumah kakak di mana?", tanya Aila sopan.

"Jln. Anggrek No. 23", jawab Asyila. Aila menangguk mengerti.

Motor yang mereka tumpangi berhenti di lampu lalu lintas. Sebab, lampu berwarna merah tengah menyala.

Satu hal yang Aila ketahui. Asyila adalah tipe orang yang tidak banyak bicara. Terbukti ketika dalam sepanjang perjalanan tadi, ia tidak berbicara satu kata pun. Kalau nggak diajak ngobrol duluan, nggak bakal dia ngomong. Sama seperti dirinya.

Aila melirik ke kaca spion. Terlihat bahwa Asyila kepanasan. Mungkin dia tidak terbiasa menaiki motor. Beberapa kali ia membenarkan rambutnya yang terbang kesana kemari. Lampu hijau menyala. Aila segera melajukan motornya menuju tempat tinggal kakak kelasnya itu.

***

Aila menghempaskan tubuhnya ke atas kasur. Ia menatap langit-langit kamarnya yang bermotif bintang bintang. Ia masih memikirkan ucapan Asyila tadi siang.

Flashback on

"
Thanks ya Aila. Gue jadi ngerepotin elo", ucap Asyila setelah turun dari motor sport milik Aila.

"Ya enggak ngerepotin lah. Gue seneng malahan bisa nganterin Kakak. Gue jadi bisa main ke sini. Boleh kan kak?", ucap Aila. Entah kenapa Aila seperti sudah lama mengenal Asyila.

Asyila terdiam seperti keberatan dengan permintaan Aila.

"Kak?"

"Eh iya boleh lah. Biar gue ada temennya", ujar Asyila.

Aila menatap langit yang berubah menjadi gelap. Mungkin sebentar lagi akan turun hujan.

"Ya udah kak. Gue mau pamit pulang. Mau ujan nih", ujar Aila sambil merapatkan resleting jaketnya.

"Mending lo mampir ke rumah gue dulu deh. Gue yakin pulang-pulang lo pasti basah kuyup", ujar Asyila sambil mencekal tangan Aila.

A I L A🍃 [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang