terlihat biasa saja(2)-

38 5 0
                                    

-Ke esokan harinya

Rangga benar-benar berbeda dengan sikap yang seperti biasanya. sangat terlihat berbeda, dengan ia mulai tidak menyapa, tidak dekat denganku di sekolah, dan banyak hal lain lagi yang membuatku menjadi sedikit merasa sedih pada diri sendiri.

Aku berusaha agar ia menyapaku tapi malah justru rasa sesak di dada yang ku rasa dan ku dapatkan. Aku tak pernah melewati moment untuk memandanginya dari jauh mataku, dan aku tak pernah gubris dengan keadaanku saat itu. Aku hanya terus memikirkan hal ini.

Aku sengaja untuk berdiri dan mengobrol dengan temanku dan rangga berada tepat di belakang ku, tetapi yang ku terima hanya lah sesak lagi di dada. Ia berjalan melewati punggung belakang ku tanpa basa-basi, ia tak menghiraukan kehadiran ku sama sekali.

Ingin menangis, yang ingin ku lakukan hanya ingin menangis. Diam berusaha diam untuk menutupi apa yang terjadi.

Saat bel pulang sekolah, aku memberanikan diri untuk bertanya pada rangga. walaupun merasa takut akan menerima sesak di dada kembali, tapi aku harus mencobanya.

"Lo kenapa ih?" sambil berlari mengejarnya agar jalan ku dengannya sejajar.

Ia hanya melihatku dengan tatapan sinis tanpa ada satu patah kata pun yang keluar dari mulutnya.

Rasanya ingin menangis saat itu juga, aku terdiam dengan tatapan penuh rasa menyedihkan.

Aku bergabung dengan sahabat-sahabat ku saat di parkiran sekolah, rangga terlihat begitu sangat jauh denganku. Saat itu juga hujan turun sangat deras, rasanya ingin sekali menerobos hujan itu sambil menangis.

Hujan sudah mulai mereda tak sederas tadi, aku pamit kepada sahabat-sahabat ku untuk pergi pulang duluan.

"Juu apaan si masih ujan, mo kemane si buruburu bat lu taik." ocehan para sahabatku untuk aku tidak melanjutkan niatku.

"Ga, apaan lo mau balik. buruburu bat si mo ngapain masih ujan." lagi lagi tolakan mereka saat ku menjulurkan tangan untuk pamit.

"Gue mau balik ih, buru deh gue males nunggu ujan. gue mau ujan ujanan aja." sambil terus menjulurkan tangan untuk pamit kepada teman-teman ku.

"Yaelah apaan si, diruma lo ada apaan emang pengen bat buruburu pulang?" teruss menerus ngoceh fiki ini.

Aku hanya tersenyum miris dengan bola mata melebar.

"Gue mau balik ya?" saat berpamit dan menjulurkan tanganku kepada rangga dengan sedikit menunduk.

Yang rangga lakukan hanya diam tak gubris dengan apa yang terjadi dihadapannya. Aku memutus kan pulang tanpa berpamitan kepada teman-teman ku yang masih menunggu hujan reda.

Saat melangkahkan kaki rangga tiba-tiba menarik lenganku dan bertanya,

"Kenapa? mau kemana buruburu banget baliknya? masih ujan juga." sembari menarik lenganku dengan kencang dan mengarahkan pandangannya ke arah langit yang masih menurunkan hujannya.

"Gapapa, gue mau balik aja ya. lepasin ih gue mau pulang." tertawa kecil karena menahan rasa malu pada diri sendiri.

Sepasang mata orang-orang yang sedari tadi ikut serta dalam menunggu hujan reda melihat kejadian ku dengan tidak sengaja.

Dengan berat hati rangga melepaskan lenganku. Dan aku segera pergi dari keramaian yang menurutku sangat terasa sepi.

Di jalan kebiasaan ku yaitu melamun saat berkendara. Seperti orang yang mempunyai masalah yang begitu berat, entah mengapa setiap apa yang ku pikirkan terasa sangat berat untuk ku pikir berkali-kali. Menurutku dengan melamun saat berkendara itu sudah membuat hati menjadi lebih tenang, dengan tatapan kosong itu sudah lebih cukup untuk ku tunjukan kepada dunia.

Aku tak bisa hilangkan kebiasaan itu, aku selalu melakukannya jika aku sedang berpikir, karena angin yang sepoi-sepoi dan kesejukan hati tak bisa ku jelaskan jika sedang berkendara apalagi saat turun hujan lengkap sudah moment itu.

-Sesampainya dirumah

Aku pergi untuk membersihkan badan ku yang terguyur hujan, setelah itu perut ku sungguh terasa lapar dan pergi untuk mengisi perutku yang keroncongan.

Saat ku cek ponsel ku tak ada notif dari siapapun. Yasudahlah terima saja nasibmu juu.

Aku melihat whatsapp rangga sedang online, entah lah melihatnya sangat terasa sakit dan mata mulai berkaca-kaca. Tanpa di sadari satu persatu air mata ku menetes ke arah pipi, aku merasakan sangat miris sekali hidupku saat ini.

Tidak tahan dengan perlakuan rangga, aku segera menghubunginya dan menanyakan hal ini kepadanya via whatsapp.

°WHATSAPP

Friscastafany : Ngga? ada apa sama gue?:(

RanggaAnggara : Gpp

Friscastafany : Mau biasa aja gaperlu gini caranya. gue udah cukup sakit di cuekin di asingkan sama fardan. masa lo mau kayagitu juga?

RanggaAnggara : Emang siapa yang cuekin lu si baby?

Friscastafany : Boong banget si, sedih ni gue.

RanggaAnggara : Kenapa harus boong? sedih knp?

Friscastafany : Gatau tiba-tiba nangis aja.

RanggaAnggara : Lo aja cuek. lo sekarang nangis knp?

Friscastafany : Kapan gue cuek? tadi gue nanya lo knp, lo malah diem. gue pengen nangis disitu tapi gue tahan, mangkanya gue pengen balik.

RanggaAnggara : Tapi tadi ketawa ah pas gue tahan biar lo ga pulang.

Friscastafany : Yaiya lah masa gue mau nangis didepan lo. gue paling ga bisa di cuekin soalnya

RanggaAnggara : Yauda, gue minta maaf kalo udah buat lo sedih. sekarang jangan nangis lagi ya.

Friscastafany : Iya di maafin, didiemin tuh gaenak tau.

RanggaAnggara : Iyaa yaudah.

Pada saat itu juga, rangga kembali seperti yang aku kenal. Rangga tidak lagi cuek dan tidak diam kepadaku.

THANK YOU GUYS, LANJUTIN TERUS CERITAKU YA. DAN JANGAN LUPA TINGGALKAN VOTE UNTUKKU YA. AFTER!

-hikmaaaawps

After-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang