15. hospital

635 92 0
                                    

geng kak haechan duduk di depan ruang pasien. jisung keringet dingin, tapi ditenangin sama anak-anak lain. dia masih shock.

kak sicheng keluar dari kamar pasien. "ortunya udah perjalanan kesini?" tanya kak sicheng. anak-anak ngangguk. "gantian masuk ya, dua orang aja."

anak-anak pandang-pandangan. "lo aja ning. ntar kalo suster nanya-nanya gue gatau kudu ngomong apa." kata lami.

"ayo, sama gue." kata jisung, nafasnya masih pendek-pendek gitu. kayanya dia khawatir banget, tapi juga pengen tau keadaan kak renjun.

"yaudah gapapa," kata kak sicheng. "ayo salah satu temenin gue daftarin renjun."

kak jeno ikut kak sicheng ke resepsionis. gue sama jisung masuk ke ruang pasien.

kak renjun duduk di kasur, nunggu antrian rontgen.

"kak, kita masuk ya," kata gue. dia cuma 'hm' doang.

"sung, lo bener gapapa?" tanya kak renjun waktu gue sama jisung jalan ke biliknya. belum juga kita nanya keadaan dia. padahal yang parah dia.

"cuma memar. udah diobatin." kata jisung. dia berdiri samping kak renjun. "maaf banget ya njun."

"ini bukan salah lo," kata kak renjun.

jisung keliatan masih deg-degan. ya gimana, belum sampe sejam yang lalu dia didorong dari tempat setinggi itu. kalo jatuh beneran, kepala atau lehernya bakal retak. dua bagian itu bisa bikin cedera kepala, salah-salah lumpuh.

dan jisung sekarang ga kenapa-kenapa, tapi temennya retak tulang tangan. dia mungkin ngerasa bersalah bikin temennya sakit.

"gapapa, sung. siapa yang tau bakal kecelakaan." kata kak renjun.

"apa lagi yang sakit selain tangan njun? punggung? bahu?" tanya jisung.

"iya, memar kata suster. ntar juga dikasih minyak, kok."

jisung diem. gue cuma liatin dua orang itu. gue juga ga pinter bikin kata-kata di saat kaya gini.

"coba aja matahin kaki ga dosa ya njun." kata jisung.

jujur, gue juga kesel. habin udah kelewatan. jisung didorong dari tempat setinggi itu. ga mikir apa?

ujung-ujungnya habin juga ga ambil tanggung jawab soal ini. brengsek.

"gapapa, udah beres sama kak sicheng." kata kak renjun. "si habin dikeluarin dari ekskul."

"sumpah? langsung dikeluarin?" kata gue. jisung juga sama kagetnya.

"iya, kak sicheng bilang ke gue. udah gausah dipikirin lagi." kata kak renjun.

ga, belum impas.

"huang renjun?" suster tiba-tiba masuk, sama ortu kak renjun. gue sama jisung ngasih bow. jisung keliatan gugup.

"ayo ke ruang rontgen." suster dorong kasur kak renjun.

pak seunggi nyapa sebentar terus ikut suster ke ruang rontgen. bu yoona bilang makasih sebelum pergi, terus gue sama jisung keluar dari ruangan.

anak-anak masih di luar, nungguin.

"pulang dulu gih kalian. gue udah bilang kok ke bu yoona." kata kak sicheng.

"pulang sekarang yuk sung," ajak lami.

"g-gue ntar aja," kata jisung.

"loh, kenapa?" tanya lami.

"yah... rumah kosong," kata jisung, dia ngehindarin tatapan orang-orang.

oh... dia pengen tau keadaan kak renjun.

kak chenle kayanya peka.

"pulang bentar aja, ntar kesini lagi. gue temenin jam 7." kata kak chenle.

jisung ngeliatin kak chenle bingung. kaya masih ngitung-ngitung mending disini sebentar lagi apa pulang.

"lo bau sung, ntar kesini abis mandi aja," kata kak haechan.

jisung ngeliatin anak-anak satu-satu. "y-yaudah, bener jam 7 ya."

kak chenle ngangguk.

dan, udah bisa ditebak, karena jisung ngeiyain, lami ikut-ikut. disusul sama kak haechan yang bucinnya lami, kak jaemin yang ga tega liat anak-anak kecil di luar rumah, kak jeno yang mau kabur dari les, sama gue yang... khawatir sama kak renjun.

======

im yoona and lee seunggi as parents! hahaha gatau lagi ni siapa yang cocok jadi suaminya yoona, tiba-tiba aja keinget gosip jadul mereka pacaran.

anw, jangan lupa vote ya! thank youu

Renjun x Ningning || 434 MilesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang